Hypersex: Definisi, Gejala, Penyebab, dan Penanganan

Apakah hypersex sama dengan kecanduan seks?

Bagi banyak orang dewasa, aktivitas seksual merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Banyak orang menikmatinya karena menciptakan intimasi dengan pasangan. Hormon kebahagiaan yang dilepaskan sewaktu berhubungan badan, membuat seks terasa menyenangkan dan ingin kembali dilakukan.  

Namun, bagai dua sisi mata uang, seks juga bisa menjadi permasalahan. Misalnya, ketika seks berubah menjadi obsesi. Masalah ini disebut hypersex atau hiperseksual, kondisi ketika hasrat seksual muncul melebihi batas normal sehingga mengganggu kehidupan.

Bagaimana dunia medis menjelaskan hypersex dan langkah apa yang bisa dilakukan untuk menangani kondisi ini? Baca sampai akhir, ya, untuk menuntaskan rasa penasaranmu!

1. Definisi

Hypersex atau hiperseksual, adalah kecenderungan untuk memiliki dorongan seksual berlebihan, berupa fantasi dan obsesi seks yang susah dikendalikan. Dalam dunia medis, Hypersex diasosiasikan WebMD sebagai gangguan seksual kompulsif yang menyebabkan seseorang tidak bisa mengatur perilaku seksualnya. 

Gangguan seksual kompulsif sendiri, telah diklasifikasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai penyakit internasional. Para pakar melihat bahwa hypersex termasuk kelainan yang berkaitan dengan kontrol impuls, yaitu sebuah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur hasrat seksual yang berdampak pada aspek kehidupan personal dan profesional.

2. Gejala umum

Hypersex: Definisi, Gejala, Penyebab, dan Penangananilustrasi kecanduan pornografi (unsplash.com/charlesdeluvio)

Kondisi hypersex pada orang yang berbeda memiliki kecenderungan untuk mempraktikkan aktivitas seksual yang berbeda pula. Ini dapat menyulitkan pendefinisian pola perilaku hypersex secara umum. Namun, dilansir Medical News Today, beberapa aktivitas yang dikaitkan dengan pertanda hypersex adalah: 

  • Masturbasi kompulsif.
  • Perselingkuhan berulang, dan atau one night stand.
  • Seks tidak aman.
  • Kecanduan pornografi.
  • Terlibat aktivitas seks secara virtual.
  • Menyewa jasa pekerja seks komersial (PSK).

3. Kaitannya dengan kecanduan seks

Ada anggapan yang menyamakan arti hypersex dengan kecanduan seks. Namun, konsep kecanduan seks sendiri masih belum disepakati oleh para ahli, dengan alasan bahwa definisi kecanduan tidak mewakili gejala yang ditunjukkan hypersex

American Psychiatric Association (APA) mendefinisikan kecanduan sebagai kondisi yang menyebabkan perubahan di area otak terkait pemberian penilaian, pengambilan keputusan, pembelajaran, ingatan, dan pengendalian perilaku. Perubahan tersebut dapat terlihat pada pemindaian otak. 

Bagaimanapun, APA mendefinisikan kecanduan sebagai ketergantungan pada substansi dan bukan pada aktivitas. Hypersex dinilai kurang memenuhi bukti empiris yang bisa dikategorikan sebagai kelainan kecanduan. Jadi, penyebutan kecanduan seks sebaiknya dihindari. 

Baca Juga: Kecanduan Seks Parah, Ini 7 Fakta Gangguan Hiperseksual 

4. Mengidentifikasi hypersex

Hypersex: Definisi, Gejala, Penyebab, dan Penangananilustrasi murung (pexels.com/Liza Summer)

Psychology Today memberikan panduan kriteria untuk mengidentifikasi hypersex. Kecenderungan ini setidaknya telah terjadi dalam jangka waktu enam bulan:

  • Memiliki fantasi, dorongan, atau perilaku seksual yang intens dan berulang. Ini terus mengganggu aktivitas utama maupun kewajiban lain.
  • Hypersex muncul setelah mengalami ketidakpuasan secara emosional (kecemasan, depresi, kebosanan, mudah marah), atau menerima peristiwa yang membuat tertekan.
  • Terus gagal dalam berusaha mengendalikan fantasi atau perilaku seksual.
  • Mengabaikan potensi bahaya fisik atau emosional ketika beraktivitas seksual. 

Perilaku hypersex dimungkinkan mengalami kesulitan untuk memproses emosi, dan menggunakan aktivitas seksual sebagai pelarian. Oleh karena itu, hasrat seksual dianggap bisa menutup masalah yang bersumber dari kegagalan manajemen emosi.

5. Penyebab

Penyebab pasti hypersex belum diketahui secara pasti. Namun, dilansir Verywell Mind, terdapat beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan hypersex berdasarkan penelitian, meliputi:

  • Pengembangan kondisi tertentu: Kondisi seperti epilepsi diperkirakan menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian otak yang dapat memicu hypersex.
  • Ketidakseimbangan kimiawi di otak: Otak mengontrol hampir semua perilaku keseharian, termasuk aktivitas seksual. Ketidakseimbangan kimia dapat menyebabkan kurangnya minat atau minat berlebihan pada hal seksual.
  • Penggunaan obat-obatan: Menurut beberapa peneliti, hypersex dapat berkembang sebagai efek samping dari obat-obatan tertentu. Obat pengganti dopamin yang bisa digunakan untuk penyakit Parkinson kadang ditemukan sebagai penyebab hypersex

Beberapa orang lebih rentan mengalami hypersex bila memiliki catatan penyalahgunaan narkoba atau alkohol, riwayat keluarga dengan kondisi kesehatan mental, dan pelecehan seksual.

6. Perawatan

Hypersex: Definisi, Gejala, Penyebab, dan Penangananilustrasi melakukan konsultasi seks (pexels.com/Alex Green)

Perawatan yang disarankan untuk mengurangi perilaku hypersex adalah kombinasi dari penggunaan obat dan psikoterapi. 

Obat-obatan 

  • Penstabil suasana hati: Obat penstabil mood seperti Lithobid, Depakote, dan Depakene bisa digunakan untuk membantu mengurangi dorongan seksual pada hypersex.
  • Antidepresan: Mengobati kondisi yang diperkirakan menjadi pemicu seperti depresi, bisa membantu mengendalikan hasrat seksual pada hypersex. Obat yang telah terbukti membantu adalah selective serotonin reuptake inhibitors (SRRI).

Psikoterapi 

  • Psikoterapi psikodinamik: Terapi ini membantu meningkatkan kesadaran pada pikiran dan perilaku alam bawah sadar, serta apa yang menjadi pemicu.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT): Terapi ini berfokus untuk membantu mengidentifikasi pikiran dan perilaku negatif, serta menggantinya dengan perilaku positif.

Perlu digarisbawahi bahwa memiliki hasrat seksual adalah hal natural, demikian pula dengan perilaku seksual yang merupakan kebutuhan biologis manusia. Hal itu menjadi masalah ketika menyebabkan penderitaan atau berisiko melukai, baik pada diri sendiri ataupun orang lain. 

Kalau kamu mengalami situasi ini, atau mengenal seseorang yang sedang berjuang menghadapinya, mendapatkan perawatan untuk pulih sangat bisa dilakukan. Ada tenaga profesional yang bisa membantumu dalam mengatasinya.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: 5 Tanda Suamimu Memiliki Kecenderungan sebagai Hiperseksual, Catat!

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya