Pengaruh Gangguan Bipolar terhadap Kehidupan Seks

Gangguan bipolar dapat mengganggu hasrat dan fungsi seksual

Gangguan bipolar adalah gangguan suasana hati yang bisa menyebabkan seseorang mengalami perubahan mood drastis, dari perasaan gembira menjadi sangat sedih.  Pergeseran suasana hati ini bisa memberikan dampak pada kehidupan pribadi, dan kehidupan seks termasuk di dalamnya.

Meskipun gejalanya bervariasi, gangguan bipolar dapat mengganggu hasrat dan fungsi seksual seseorang. Lewat artikel ini kita akan membahas bagaimana pengaruh bipolar terhadap kehidupan seks, dari gejala umum yang muncul dan cara mengelolanya. 

1. Kaitan antara bipolar dan kehidupan seks

Pengaruh Gangguan Bipolar terhadap Kehidupan SeksIlustrasi perubahan suasana hati (The Treatment Specialist)

Perubahan suasana hati bipolar umumnya terbagi dua, yaitu mania dan depresi. Keduanya memiliki masa berlaku yang disebut dengan episode. Setiap episode dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam kepribadian yang dapat memengaruhi seksualitas.

Sebuah penelitian dalam International Journal of Bipolar Disorders tahun 2017 menunjukkan prevalensi tinggi dalam tekanan dan ketidakpuasan seksual yang dialami oleh perempuan dengan gangguan bipolar.

Studi yang berbeda dalam The Journal of Sexual Medicine tahun 2018 menunjukkan bahwa laki-laki dengan gangguan bipolar lebih mungkin mengalami gejala disfungsi ereksi daripada yang tidak memiliki gangguan suasana hati tersebut.

Meski demikian, ini tidak berarti bahwa setiap pengidap gangguan bipolar mengalami gejala disfungsi seksual. Hanya saja, ada jumlah kasus yang lebih tinggi di antara kelompok ini. Gejala terkait seksual biasanya berubah tergantung gejala gangguan lainnya.

2. Selama episode mania

Pengaruh Gangguan Bipolar terhadap Kehidupan Seksilustrasi seks multi partner (pexels.com/cottonbro)

Episode mania dapat menyebabkan seseorang  dengan gangguan bipolar mengalami gejala hiperseksualitas. Seorang dengan hiperseksualitas mungkin tidak pernah merasa puas akan seks dan ingin terus melakukannya atau masturbasi selama berjam-jam.

Selama episode mania, beberapa orang terlibat dalam praktik seksual berisiko atau kesulitan dalam mengendalikan dorongan seksual. Menurut laporan dalam Psychiatry Journal tahun 2016, responden pria dengan gangguan bipolar cenderung memiliki lebih banyak pasangan dan melakukan hubungan seks tanpa pengaman. 

Contoh perilaku hiperseksual meliputi:

  • Kepercayaan seksual yang meningkat lebih banyak. 
  • Keinginan lebih untuk bereksperimen seksual.
  • Melakukan seks dengan banyak pasangan.
  • Seks dengan orang asing secara berkala. 
  • Terus-menerus memikirkan seks.
  • Sangat sering melakukan masturbasi sampai mengganggu aktivitas harian.
  • Peningkatan nafsu mengakses konten pornografi. 
  • Seks kompulsif dengan pekerja seksual. 
  • Melakukan praktik seks berisiko. 

3. Selama episode depresi

Pengaruh Gangguan Bipolar terhadap Kehidupan Seksilustrasi libido rendah (smartparents.sg)

Selama episode depresi, orang dengan gangguan bipolar akan merasa sedih, cemas, atau putus asa. Dalam episode ini, mereka bisa mengalami hiposeksualitas, yaitu rendahnya dorongan seks atau hampir tidak memilikinya. Gejala yang mungkin dialami antara lain:

  • Kurang berminat terhadap seks. 
  • Merasa tidak diinginkan atau tidak menarik secara fisik. 
  • Tidak tertarik merawat diri atau menjaga kebersihan. 
  • Merasa tidak berharga sehingga membatasi keterlibatan seksual yang menghambat aktivitas intim.
  • Merasa bersalah karena kurangnya hasrat seksual, itu dapat memicu siklus keraguan diri dan perasaan tidak diinginkan.

Studi bertajuk "Sexual problems in the patients with psychiatric disorders" dalam jurnal Wiadomości Lekarskie tahun 2019 menunjukkan bahwa episode depresi biasanya dikaitkan dengan ketidakpuasan dengan seks. Itu dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk menikmati seks atau menyebabkan tidak lagi mendapat kesenangan seperti biasanya.

Hiposeksualitas sering kali dapat menimbulkan masalah karena pasangan mungkin tidak sepenuhnya memahami masalah dorongan seksual yang dialami. Terutama apabila seseorang berperilaku hiperseksual dan kemudian tiba-tiba kehilangan minat terhadap seks. Pasangan tersebut bisa merasa frustrasi, bingung, bahkan merasa ditolak.

Baca Juga: 6 Fakta Gangguan Bipolar, Diderita Banyak Figur Publik

4. Efek dari obat bipolar

Pengaruh Gangguan Bipolar terhadap Kehidupan Seksilustrasi obat-obatan bipolar. (pexels.com/MART PRODUCTION)

Perawatan dengan obat-obatan dapat membantu mengelola episode mania dan depresi pada orang-orang dengan gangguan bipolar. Namun, dilansir WebMD, beberapat obat berikut ini memiliki efek samping yang dapat menyebabkan masalah seksual, seperti:

  • Litium: Sekitar 3 dari 10 orang yang menggunakan obat umum ini melaporkan adanya masalah seksual. Litium dapat menurunkan kadar testosteron yang mengakibatkan dorongan seks menjadi rendah. Litium juga dapat memblokir hormon yang membantu pria untuk ereksi. Efek samping dari obat ini bisa membuat kepuasan seks terasa lebih rendah.
  • Obat antipsikotik: Dokter mungkin meresepkan olanzapine (Zyprexa), aripiprazole (Abilify), atau obat antipsikotik lainnya untuk mengobati episode mania. Obat itu bekerja dengan memblokir reseptor dopamin di otak, tetapi memiliki efek samping meningkatkan kadar prolaktin yang mengontrol fungsi seksual seperti menstruasi dan produksi sperma. Alhasil, efeknya bisa bisa meredam libido dan membuat lebih sulit terangsang atau mencapai orgasme. 
  • Antikonvulsan: Obat ini ditujukan untuk membantu episode mania dan perubahan suasana hati, terutama jika litium tidak bekerja dengan baik. Beberapa antikonvulsan dapat mengganggu menstruasi atau hormon. Itu juga bisa menurunkan gairah seksual dan membuat lebih sulit untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi. 

5. Tips kesehatan seksual untuk gangguan bipolar

Pengaruh Gangguan Bipolar terhadap Kehidupan Seksilustrasi menerima perubahan suasana hati (pexels.com/Liza Summer)

Strategi yang direkomendasikan Medical News Today berikut ini dapat membantu mengelola gejala hiperseksualitas atau hiposeksualitas:

  • Memahami risiko seksual: Seks tanpa kondom dapat meningkatkan risiko infeksi menular seksual dan kemungkinan kehamilan. Sebaiknya hindari perilaku seksual berisiko dengan mempertimbangkan segala konsekuensi yang bisa terjadi.
  • Menghindari seks kompulsif: Seks di luar hubungan komitmen dapat menyebabkan perselingkuhan yang bisa merusak hubungan.
  • Memahami dan menghindari pemicu: Mengenali gejala awal perubahan suasana hati dapat membantu mengetahui kapan harus mencari bantuan. Misalnya saat memiliki tingkat stres tinggi, seseorang bisa mencoba mengelola stres dengan mekanisme coping yang didiskusikan bersama dokter.
  • Mempelajari efek samping: Bila terus merasakan gejala seksual yang tidak biasa, sebaiknya mengonsultasikan efek samping dari penggunaan obat untuk bisa memutuskan opsi pengobatan lain. 
  • Mempertimbangkan terapi: Terapi seks mungkin dapat membantu mengelola gejala seksual, dan terapi pasangan juga tersedia untuk mengatasi kesulitan dalam hubungan. Bahkan, sekarang juga sudah berkembang terapi kelompok yang bermanfaat untuk mendorong suasana lebih suportif untuk mengurasi rasa malu isolasi.

Peningkatan dorongan seksual atau hilangnya minat terlibat aktivitas intim merupakan salah satu pengaruh bipolar terhadap kehidupan seks. Mengelola gangguan bipolar adalah langkah pertama untuk meningkatkan hubungan seks. Lebih mudah untuk mengatasi masalah ini ketika suasana hati sedang stabil. Ambil waktu seperlunya untuk mengenali diri sendiri hingga tahu kapan harus menemui praktisi kesehatan.

Orang dengan gangguan bipolar memiliki kesempatan yang sama untuk berada dalam hubungan yang sehat dan  memuaskan. Kuncinya adalah bekerja sama dengan dokter untuk menemukan pengobatan yang tepat dan menjalin komunikasi terbuka dengan pasangan terkait masalah seksual yang dihadapi.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: 5 Cara Terbaik Menghadapi Pasangan yang Memiliki Gangguan Bipolar

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya