Sleep Orgasm, Merasakan Ledakan Sensasi Orgasme saat Tidur 

Paling sering dialami perempuan

Intinya Sih...

  • Sleep orgasm merujuk pada konsep klimaks seksual yang dicapai seseorang saat tertidur lelap tanpa menerima rangsangan seksual apa pun.
  • Sleep orgasm sejauh ini hanya dialami perempuan dan tidak meninggalkan jejak fisik seperti keluarnya cairan ejakulasi.

Seperti yang diketahui, orgasme adalah puncak kenikmatan dari aktivitas seksual yang sengaja dilakukan. Saat tubuh menerima rangsangan seksual yang dilakukan secara mandiri ataupun dengan pasangan, normalnya orgasme dicapai dalam keadaan sadar. 

Namun, ternyata ada jenis orgasme yang bisa dicapai melibatkan aktivitas intim. Lewat sleep orgasm alias orgasme saat tidur, konon katanya seseorang bisa merasakan sensasi orgasme saat terlelap.

Kali ini akan dibahas apa itu sleep orgasm dan benarkah itu dapat memberikan kepuasan seksual layaknya orgasme pada umumnya.

1. Apa itu sleep orgasm?

Sleep orgasm merujuk pada konsep klimaks seksual yang dicapai seseorang saat tertidur lelap tanpa menerima rangsangan seksual apa pun.

Juga dikenal sebagai nocturnal orgasm atau orgasme nokturnal, orgasme saat tidur bisa membawa sebuah mimpi indah dan mengubahnya menjadi mimpi erotis yang luar biasa.

Berbeda dengan mimpi basah yang dialami oleh laki-laki, sleep orgasm sejauh ini hanya dialami perempuan dan tidak meninggalkan jejak fisik seperti keluarnya cairan ejakulasi. Inilah yang kadang membuat seseorang bingung tentang apa yang dialaminya karena sensasi orgasme begitu nyata.

Misalnya, saat sedang bermimpi seks secara samar-samar sambil merasakan sesuatu yang perlahan terbentuk, lalu ketika terbangun mengalami ledakan orgasme dan menemukan diri sendiri tidak sedang dalam aktivitas seksual apa pun.

Meski itu mungkin terdengar sulit dipercaya, tetapi beberapa ahli membenarkan bahwa itu dianggap sebagai orgasme, sekalipun tidak merasakan rangsangan fisik sebelumnya. 

2. Apakah sleep orgasm benar-benar dialami perempuan?

Sleep Orgasm, Merasakan Ledakan Sensasi Orgasme saat Tidur ilustrasi perempuan orgasme (unsplash.com/Emiliano Vittoriosi)

Hal yang menarik dari sleep orgasm adalah, sekitar 37 persen perempuan diperkirakan akan mengalami orgasme tidur sebelum berusia 45 tahun, menurut Kinsey Report dilansir Vice. 

Dalam studi, yang sama disebutkan juga bahwa 40 persen responden perempuan pernah mengalami sleep orgasm setidaknya satu kali. 

Sebagian perempuan yang merasa beruntung mencapai klimaks dalam tidur mengungkapkan kepada The Health Site bahwa mereka berharap untuk bisa mendapat sleep orgasm lagi.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Mengenai Orgasme Perempuan, Sudah Tahu?

3. Usia dimulainya sleep orgasm

Dilansir MIC, sleep orgasm sering dimulai pada usia 20-an. Itu karena umumnya perempuan menjadi menyukai seks pada usia tersebut. 

Perasaan nyaman yang sama umumnya juga berlaku dalam kehidupan nyata. Para peneliti mencatat adanya peningkatan orgasme yang lebih tinggi untuk perempuan pada pertengahan hingga akhir 20-an, 30-an, dan 40-an. 

Jika kamu perempuan berusia 20-an atau 30-an dan belum pernah terbangun mencapai klimaks, ada kesempatan besar untuk mengalami sleep orgasm saat menginjak usia 40-an sampai pertengahan 50-an. Ini bisa menjadi keuntungan tersendiri dibanding orgasme nokturnal pada laki-laki yang umumnya berkurang dengan cepat pada usia 30-an.

4. Bagaimana sleep orgasm bisa terjadi?

Sleep Orgasm, Merasakan Ledakan Sensasi Orgasme saat Tidur ilustrasi perempuan tidur (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Siklus rapid eye movement (REM) memungkinkan kamu terhanyut dalam mimpi, aliran darah akan meningkat ke jaringan ereksi, termasuk pada klitoris perempuan. Otak dapat mengenali itu, yang dapat menyebabkan peningkatan gairah seksual yang ditandai dengan kontraksi otot lalu kemudian terjadi orgasme. 

Pada fase itu, tubuh tidak memberikan perlawanan. Pikiran dan perasaan mengalir dengan mudah sehingga tubuh menjadi rileks. Semua hal tersebut biasanya terjadi saat kondisi terangsang, dan itulah mengapa beberapa orang bisa mengalami orgasme dalam tidur. 

Namun, adanya respons fisik itu, menurut penelitian lampau, bisa berasal dari stimulasi pikiran dan proses mental yang dilakukan oleh perempuan (Archives of Sexual Behavior, 1992).

Penelitian itu menunjukkan reaksi otak yang sama dari perempuan yang melakukan masturbasi dengan perempuan yang hanya memikirkan untuk merangsang diri sendiri. Keduanya menunjukkan tanda orgasme melalui peningkatan tekanan darah, detak jantung, diameter pupil, dan toleransi rasa sakit.

Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa hanya dengan memikirkan rangsangan, seseorang bisa mencapai orgasme seolah menerima stimulasi fisik seperti bagian tubuh yang disentuh. Hal itu semata-mata karena otak memiliki peta konteks sensorik yang diaktifkan sesuai dengan wilayah yang dipikirkan.

5. Berkaitan dengan kecemasan seksual

Tidak sedikit perempuan yang mengaku hanya bisa mengalami orgasme saat tertidur. Hal tersebut juga mengungkapkan bahwa sebagian orang mengalami kesulitan untuk orgasme saat berhubungan seksual dengan pasangannya.

Permasalahan itu juga dibuktikan melalui penelitian lampau dalam The Journal of Genetic Psychology, yang menunjukkan adanya hubungan antara kecemasan dan sleep orgasm.

Hal itu bisa dijelaskan karena pada dasarnya orgasme bagi perempuan melibatkan proses psikologis yang tidak sedikit.

Ketidakmampuan orgasme saat berhubungan intim bisa terjadi karena merasakan kecemasan, depresi, rasa malu, tekanan budaya, yang mengakibatkan kurang memiliki kenyamanan dalam situasi seksual. 

Sementara ketika tidur, tidak ada gangguan yang perlu dikhawatirkan atau disadari. Jadi, jika seseorang bisa orgasme dalam tidurnya namun tidak dalam kehidupan nyata, itu dapat menunjukkan orang tersebut kesulitan mengondisikan pikiran yang mengganggu atau mengalami tekanan selama berhubungan seksual. 

Memiliki pengalaman sleep orgasm bisa menjadi sesuatu yang menakjubkan. Namun, bila tidak mengalaminya itu bukanlah suatu masalah.

Terutama untuk perempuan yang sering merasa tertekan untuk mencapai klimaks selama pengalaman seksual, penting untuk dicatat bahwa tidak perlu mencoba mencapai sesuatu yang bersifat relatif, sebagaimana setiap pengalaman seksual itu sendiri yang seharusnya tidak memiliki standar ideal.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: Teknik Edging untuk Mengulur Orgasme, Bagaimana Caranya?

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia R F
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya