5 Kesalahan yang Bikin Live Action The Last Airbender Gagal di Pasaran

Siapa yang juga gak suka sama film ini?

Harus kita akui dengan bijaksana, bahwa The Last Airbender adalah film adaptasi yang lebih buruk dari serial aslinya. Awalnya direncanakan sebagai film pertama dalam trilogi, The Last Airbender karya M. Night Shyamalan mendapat kritikan pedas pada rilisnya tahun 2010 sebagai salah satu film terburuk dan hingga kini masih sering masuk ke dalam daftar film terburuk sepanjang masa. 

Memangnya apa saja sih yang bikin film ini sebegitu dibenci oleh penonton?

1. Kontroversi whitewashing

5 Kesalahan yang Bikin Live Action The Last Airbender Gagal di Pasaranmariviu.com

Menjelang debutnya, The Last Airbender sudah memiliki bayangan kontroversi karena pilihan aktor dan aktris yang memerankannya. Dunia Avatar sejak awal dimaksudkan untuk menjadi perwakilan budaya Asia, dengan Empat Negara mewakili budaya yang berbeda dari seluruh benua Asia. Namun, casting karakter utama film ini hampir tidak mencerminkan hal ini, dengan Aang, Katara, Sokka, dan sebagian besar Suku Air Utara dimainkan oleh aktor kulit putih, dengan sebagian besar aktor India berperan sebagai warga Negara Api.

Bahkan satu dekade setelah tayangnya The Last Airbender, film ini tetap menjadi salah satu yang dirujuk sebagai contoh film whitewashing hingga hari ini.

Memang apa susahnya sih memilih karakter yang sesuai dengan versi aslinya?

2. Gaya bela diri pengendalian elemen yang buruk

5 Kesalahan yang Bikin Live Action The Last Airbender Gagal di Pasaranmedium.com

Premis film Avatar: The Last Airbender sebenarnya unik dan inovatif dalam membangun konsep "pengendalian elemen", kemampuan untuk memanipulasi unsur-unsur Bumi, Api, Air, atau Udara. Film ini mengambil konsep untuk menghubungkan setiap elemen ke disiplin ilmu bela diri yang berbeda, dan kemudian berkembang menjadi cabang lain dari pengendalian elemen, seperti pengendalian logam dan bahkan pengendalian darah. Avatar adalah satu-satunya orang di dunia yang mampu menguasai semua elemen, yang terus-menerus bereinkarnasi menjadi suku yang berbeda dari Empat Bangsa sementara juga mampu memanggil kekuatan inkarnasi Avatar sebelumnya dengan memasuki "Negeri Avatar" .

Di film The Last Airbender (Huft...) nyaris tidak bisa kita temukan keindahan seni bela diri pengendalian elemen, bahkan gerakan bela diri yang dilakukan para pemainnya bisa kita katakan buruk. Gerakan pengendalian elemen yang seharusnya indah malah terlihat seperti gerakan tarian yang tidak teratur. 

Baca Juga: 5 Fakta Serial Avatar: The Legend of Korra yang Belum Kamu Tahu

3. Kurangnya aspek humor dalam film ini

5 Kesalahan yang Bikin Live Action The Last Airbender Gagal di Pasaranoperanewsapp.com

Kita semua ingat betapa lucunya Sokka di serial animasi Avatar: The Last Airbender. Petualangan tim Avatar penuh dengan canda tawa karena mereka adalah sekumpulan remaja yang memang penuh dengan selera humor yang receh. Aang mungkin dibesarkan di kuil, tapi Biksu Gyatso juga memiliki selera humor yang bagus. Tak lupa dengan Sokka yang memang sepanjang season selalu menjadi karakter yang mampu memberikan tawa karena kebodohan dan gaya sarkastiknya.

Tapi keseruan itu tak kita lihat di live action The Last Airbender. Sokka, yang bisa dibilang karakter paling manusiawi di antara semua karakter, rasanya terlihat begitu menderita dan depresi. Sementara Aang juga terlihat seperti seorang anak-anak yang tak tahu apa-apa tentang apa yang harus ia lakukan untuk memenangkan pertarungan. Film ini begitu suram sampai kamu gak punya waktu untuk memikirkan masalahmu sendiri.

4. Semua yang ditulis scriptwriter pada dasarnya memang jelek

5 Kesalahan yang Bikin Live Action The Last Airbender Gagal di Pasaranthegamer.com

The Last Airbender adalah produk dari naskah yang sangat buruk. Selain berusaha memaksa tiga season ke dalam 103 menit waktu tayangnya, film tersebut ditekan penuh melalui dialog dan peristiwa yang sebenarnya tak perlu durasi lama. Romansa Putri Yue dengan Sokka dan pengorbanannya untuk menyelamatkan Suku Air Utara adalah beberapa contoh paling mencolok dari skenario yang terburu-buru untuk menyingkat season pertama, dan penonton dipaksa berpindah ke peristiwa berikutnya tanpa adanya kesan emosional dari peristiwa sebelumnya.

5. Makeup karakter-karakternya yang tidak memuaskan dan memanjakan mata

5 Kesalahan yang Bikin Live Action The Last Airbender Gagal di Pasaranscreenrant.com

Setiap kali kamu nonton film adaptasi kartun menjadi live action, dapat dimengerti bahwa beberapa hal memang perlu diubah. Perlu diakui keputusan untuk mengubah tato Aang menjadi lebih jelas merupakan hal yang baik. Tapi di sisi lain film ini mengurangi bekas luka di wajah Zuko hingga bahkan hampir tidak terlihat. Sepertinya mereka menghabiskan terlalu banyak uang untuk Appa versi CGI yang jelek dan tidak punya cukup waktu untuk merias wajah pada Dev Patel setiap hari.

Faktor ini tidak hanya terlihat bodoh, tetapi juga menghilangkan Zuko dari karakter yang sangat penting. Sepanjang kartun, ia selalu menjadi karakter yang paling berperang dengan dirinya sendiri. Bekas lukanya melambangkan sisi marah dan obsesifnya, yang selalu menjadi pengingat masa lalunya. Dengan mengurangi aspek itu, karakter Zuko dalam film rasanya tidak memiliki kedalaman dan karakterisasi, membuat kita sulit untuk merasakan simpati apa pun untuknya.

Baca Juga: 5 Fakta Tenzin, Anak Bungsu Avatar Aang yang Juga Pengendali Udara

Anastasia Jaladriana Photo Verified Writer Anastasia Jaladriana

Moonlight bae.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya