Ceritakan Cut Nyak Dhien, Monolog Sha Ine Bius Millennial Makassar

Penonton seolah diajak mengarungi kehidupan perempuan tangguh tersebut.

Makassar, IDN Times - Rintihan tangis sosok wanita terdengar dari sebuah kesunyian. Tangis tersebut ternyata milik Cut Nyak Dhien. "Nangroe, Nangroe, Nangroe," begitu teriaknya lirih.

Kehidupannya penuh perjuangan. Di usianya yang baru berinjak 12 tahun, ia sudah dipaksa menikah dengan Teuku Ibrahim, seorang pria tangguh asal Aceh. "Pada saat itu saya tidak mengerti apa itu cinta. Tubuhku belum tumbuh sebagai wanita seutuhnya," tuturnya.

1. Dua kali menjanda karena perang

Ceritakan Cut Nyak Dhien, Monolog Sha Ine Bius Millennial MakassarIDN Times/Ardiansyah Fajar

Meski masih muda, Cut Nyak Dhien tetap berusaha menjalani kehidupan rumah tangga layaknya wanita dewasa. Namun nahas, sang suami harus gugur di medan perang. "Saya tak kuasa menerima itu, tak lama datang pria lain melamar saya," kata Cut.

Ceritakan Cut Nyak Dhien, Monolog Sha Ine Bius Millennial MakassarIDN Times/Ardiansyah Fajar

Pria tersebut adalah lelaki tangguh lain asal Aceh, yaitu Teuku Umar. Tak mempunyai banyak pilihan, Cut kembali dipaksa menikah dengan Umar. Ternyata kebahagiaannya juga tak berlangsung lama. 

Kala pertempuran dengan penjajah kembali terulang, nyawa suami keduanya terenggut. Bak de javu, Teuku Umar tewas seperti Ibrahim di medan perang. Cut pun kembali menjanda. 

Namun, kesendirian tak lantas membuatnya rapuh. Ia justru berkali-kali memimpin pasukan untuk melawan Belanda di tanah rencong. Sayangnya, nasib nahas kembali mengahmpirinya. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.

2. Menjelma menjadi seorang wanita tangguh

Ceritakan Cut Nyak Dhien, Monolog Sha Ine Bius Millennial MakassarIDN Times/Ardiansyah Fajar

Dalam kesendirian, Cut pun menjalani  pengasingan di hutan Sumedang. Bermodalkan penerangan api, Cut bertahan hidup di sana. Tak banyak keluhan yang keluar dari mulut manisnya. Ia juga memilih diam dan mematung meski penyakit mulai menggerogoti tubuhnya.

Dia mulai lemah, meski terus melanjutkan kehidupannya. "Bagi banyak orang perang sudah selesai. Tetapi bagi saya perang ini terus berlanjut," tegasnya. Cut pun meninggal pada 6 November 1908.

3. Sha Ine membius penonton di Makassar

Ceritakan Cut Nyak Dhien, Monolog Sha Ine Bius Millennial MakassarIDN Times/Ardiansyah Fajar

Beberapa adegan itu merupakan potongan monolog Cut Nyak Dhien yang diperankan oleh aktris kondang, Sha Ine Febriyanti. Sha Ine seakan kerasukan sosok Cut Nyak Dhien. Penjiwaannya begitu terasa sehingga membuat ratusan penonton yang mayoritas millennial menyimak monolognya hingga akhir.

Ceritakan Cut Nyak Dhien, Monolog Sha Ine Bius Millennial MakassarIDN Times/Ardiansyah Fajar

Hanya dibantu dengan sorot cahaya yang minim dan dawai senar, semua yang hadir seakan diajak mengarungi kehidupan wanita tangguh asal Aceh tersebut. Pementasannya pun ditutup dengan riuh tepukan penonton.

Pertunjukan yang digelar di benteng Fort Roterdam Makassar pada Kamis (3/5) malam itu merupakan bagian dari acara Bakti Budaya Djarum Foundation 2018. Kegiatan ini, diselenggarakan sejak tanggal 27 Juni di Gianyar Bali, kemudian bulan Mei ini ke Makassar, Solo dan Surabaya. Bulan berikutnya, Bakti Budaya berlanjut di Kudus, Tasikmalaya dan Bandung. Kemudian ke Medan serta Padang, Cut Nyak Dhien akan mengakhiri tournya di kota ke sepuluh yakni Padang Panjang pada bulan September nanti.

 

Baca juga: Teater Koma 'Bius' Penonton di Festival Hadhrami UI

 

 

 

 

 

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya