Film Review: Split

Thriller yang unik, namun kedodoran di penceritaan.

Casey, adalah seorang gadis penyendiri yang secara tidak sengaja, mengikuti sebuah acara pesta ulang tahun teman sekolahnya. Sepulang dari pesta tersebut, Casey dan kedua temannya bertemu dengan seorang lelaki aneh nan misterius, Kevin (James McAvoy). Pertemuan yang berakhir mengerikan dikarenakan Kevin adalah seorang lelaki yang tidak stabil dan memiliki 23 kepribadian. Setelah melakukan perdebatan dengan ke dua puluh dua kepribadian lain di dalam dirinya, salah satu kepribadian Kevin memutuskan untuk menculik ketiga gadis tersebut, dan memulai sebuah ritual yang mengerikan.
Terbangun di sebah bunker nan dingin, Casey dan kedua temannya harus berpacu dengan waktu untuk keluar dari tempat tersebut, sebelum kepribadian paling buruk dari kevin muncul dan menghabisi mereka semua.

Performa terbaik dari Split tentu saja diberikan oleh James McAvoy sebagai Kevin, dengan premis seperti ini, Split akan sangat tergantung dengan bagaimana performa dari McAvoy, dan untunglah dia memberikan akting yang sangat brilian untuk karakternya. Berapa karakter yang dimainkannya? Enam? Lima? Saya lupa tepatnya. Anya Taylor sebagai Casey juga tampil apik, sebagai perempuan awkward namun juga tangguh di saat yang bersamaan. Diawal film, penonton mungkin akan sedikit antipati dengan karakternya, namun seiring durasi berjalan, kita akan bisa mengerti mengapa dia bertingkah demikian.

Hal yang coba diusung Split sangat menarik, plot tentang seorang psikopat yang menculik gadis-gadis mungkin bukanlah hal baru, dan saya yakin sudah sangat sering kita lihat sebelumnya. Namun seberapa sering anda melihat seorang villain yang tingkahnya sangat sulit ditebak, bukan karena mengalami gangguan jiwa, namun dikarenakan dia memiliki puluhan kepribadian di dalam dirinya?
Sebelum Anda bertanya, "Memangnya kepribadian ganda tidak termasuk ke dalam gangguan jiwa?" Jujur, saya tidak tahu jawabannya.
Namun yang jelas, hal ini lebih menarik untuk digali, dibandingkan dengan karakter yang hanya sekadar mengalami gangguan jiwa biasa. Sangat aneh mengucapkan hal ini, namun itu memang benar.

Hal yang paling mengganggu saya dalam menikmati Split adalah pacing cerita, terutama di pertengahan film, yang sangat-sangat melelahkan untuk diikuti. Split sebenarnya memiliki amunisi yang berlimpah untuk setidaknya, membuat bagian ini lebih menarik, namun sayang terasa hambar dikarenakan kurang mulusnya film dalam memainkan tempo cerita. Hal yang saya rasa sangat penting, terutama untuk film dengan genre seperti ini.
Film terakhir yang saya rasa sangat berhasil dalam melakukan hal tersebut adalah 10 Cloverfield Lane, yang berhasil menjaga tempo cerita, dan juga unsur ketegangan di sepanjang film. Dalam beberapa bagian, Split nampak berhasil melakukan hal tersebut, namun tidak bertahan lama karena selanjutnya terasa sangat melelahkan.

Ini diperparah dengan fakta bahwa dari tiga karakter yang diculik Kevin, hanya Casey lah yang benar-benar terhubung dengan audience, dua karakter lain? Saya bahkan tidak mengingat nama mereka. Hal yang sangat disayangkan, karena di film dengan genre thriller seperti ini, Split harus bisa menggiring penonton untuk dekat dengan sang victim, sehingga bisa memberikan unsur ketegangan yang maksimal.

Paruh akhir film sedikit awkward, karena saya merasa terlempar dari apa yang disajikan Split, mulai dari awal, sampai pertengahan film. Namun karena terdapat satu hal yang benar-benar membuat saya penasaran, saya mencoba mencari jawaban hal tersebut di dunia maya, dan menemukan jawaban yang cukup memuaskan.

Banyak orang berkata bahwa twist yang diusung Split sangat mind blowing, namun secara pribadi, saya tidak melihat sesuatu yang istimewa dari hal tersebut. I mean, kita sudah bisa melihatnya dengan jelas di second act film ini, so bagian mana yang sangat mengejutkan itu?, saya tidak melihatnya sama sekali.

Overall, Split memiliki premis certia yang sangat menarik, dengan karakter yang belum pernah saya lihat di film manapun sebelumnya. Namun cara penyajian yang tidak terlalu rapih, dengan pacing cerita yang sangat lambat, membuat Split sedikit melelahkan untuk diikuti.

Arie Ardian Photo Writer Arie Ardian

Seorang pria yang terjebak dalam mimpi dan fantasi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya