[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda Shenina

Sutradara dan cast berbagi cerita tentang Penyalin Cahaya

Film Penyalin Cahaya sudah tayang sejak 13 Januari 2022 di Netflix. Film ini berhasil membawa pulang sejumlah penghargaan, termasuk Best Original Screenplay di Festival Film Indonesia 2021.

Selain itu, Penyalin Cahaya (2022) juga diputar perdana di Busan Internasional Film Festival pada 2021 lalu. Menggandeng Shenina Cinnamon dan Chicco Kurniawan, film ini mengusung kisah tentang kekerasan seksual.

Di balik filmnya yang mengangkat isu sensitif dan inspiratif, ternyata banyak kisah menarik yang dialami sutradara hingga para pemainnya, lho. Mulai dari Shenina Cinnamon yang gak boleh diajak bercanda di lokasi syuting hingga rasa cinta para aktor dengan karakter masing-masing. Yuk, simak wawancara IDN Times bersama sutradara dan pemain Penyalin Cahaya (2021)!

1. Halo Wregas, kamu pernah dapat penghargaan bergengsi di film pendek, terus Penyalin Cahaya (2022) juga sukses di festival luar. Langganan bawa pulang penghargaan internasional, elemen apa dari film-filmmu yang membuatnya appealing di kancah internasional?

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaWregas Bhanuteja (Instagram.com/wregas_bhanuteja/)

Saya rasa pertanyaan tersebut sebaiknya ditujukan pada programmer festival film atau juri.  Saya tidak tahu pertimbangan mereka apa. Namun saya selalu memegang satu hal di setiap karya saya, bahwa apa pun bahasanya dan kulturnya, ada satu hal yang universal yang bisa dipahami semua manusia, yakni emosi. Emosi adalah suatu hal yang muncul dari reaksi kimia tubuh kita. Jadi dalam setiap film yang saya buat, saya mencoba untuk berfokus agar emosi film dapat disalurkan dengan baik ke penonton.

2. Ini pertama kalinya kamu bikin film panjang, terus langsung sukses. Apakah kamu nyangka Penyalin Cahaya (2022) akan sesukses ini? Ketika bikin film ini, target kamu apa?

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaWregas Bhanuteja (Rekastudio via Instagram.com/wregas_bhanuteja/)

Saya selalu beranggapan bahwa sebuah film harus memberi kontribusi yang nyata pada perkembangan kemanusiaan-untuk membuat manusia merefleksikan, mengevaluasi, dan mendiskusikan situasi yang ada dalam kehidupan kita sekarang.

3. Kenapa Wregas menggabungkan isu kekerasan seksual dengan kisah anak-anak komunitas teater?

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaWregas Bhanuteja (Instagram.com/wregas_bhanuteja/)

Teater adalah cabang kesenian dengan intensitas emosi, sentuhan, dan interaksi antar anggota yang lebih besar. Kita harus mendasarkan semua keputusan, sentuhan, interaksi, dan proses dalam teater berdasarkan persetujuan setiap anggota. Tidak boleh ada pelanggaran atau pemaksaan yang membuat kita melanggar batasan yang sudah diciptakan oleh orang lain.

Selain itu,  kekerasan seksual juga bisa terjadi dalam sebuah komunitas yang menganut kesetaraan antar anggota dengan tidak adanya posisi atau jabatan. Jadi kita harus terus berhati-hati agar konsep kekeluargaan itu tidak dimanipulasi sebagai salah satu peluang agar seseorang dapat melakukan kekerasan seksual.

4. Wregas, boleh ceritain gak, sih, apa pertimbanganmu memilih Chiccho dan Shehina sebagai pemeran utama?

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaPenyalin Cahaya (Rekastudio via Instagram.com/wregas_bhanuteja/)

Hannah Al Rashid memperkenalkan saya kepada Shenina. Saat bertemu dengan Shenina dan berdiskusi tentang skenario film, serta pengalaman dan kehidupan kami, saya melihat bahwa Shenina berani berbicara, bersikap, dan mengambil tindakan untuk melawan ketidakadilan. Dan itulah yang saya butuhkan untuk karakter utama film ini, Sur. Tidak hanya memerankan sosok Sur, Shenina juga mampu membawa cerita dan menyampaikan pesan positif yang dibawa oleh film ini.

Casting untuk Chicco, Dea, Giulio, Lutesha, dan Jerome dilakukan terpisah. Saya meminta mereka untuk membaca beberapa baris dalam naskah dan melakukan tes kamera, serta merasa bahwa mereka adalah sosok yang tepat untuk Penyalin Cahaya. Masing-masing orang rata-rata sudah memiliki irisan kemiripan dengan karakter yang saya tulis di sini sehingga saya tinggal mengembangkan lebih lanjut dari irisan itu.

Namun satu hal sama yang dimiliki mereka berenam adalah kemauan mereka dalam berproses, bekerja keras, dan meluangkan waktu yang sedemikian besar untuk berlatih. Banyak sekali masukan-masukan dari mereka yang disampaikan ke saya yang membuat saya menjadi menulis ulang beberapa dialog dan adegan. Dengan proses itu, karakter mereka menjadi utuh dan semakin realis.

Baca Juga: 5 Film Indonesia Terkait Isu Kekerasan Seksual, Ada Penyalin Cahaya

5. Kalian (cast) di dunia akting bisa dibilang underrated, lalu kini melambung usai Penyalin Cahaya (2022) sukses. Apa perbedaan yang kalian rasakan sebelum dan sesudah film ini?

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaPenyalin Cahaya (dok. Kaninga Pictures/Penyalin Cahaya)

Shenina Cinnamon:

Lebih ke Alhamdulillah aja, sih, karena sekarang orang kenal kita semua dari Penyalin Cahaya. Mungkin ada juga yang sebelumnya sudah pernah kenal dengan beberapa dari kita juga. Tapi yang jelas, gak ada perbedaan yang signifikan. Next-nya pun ketika kita dapat project lagi, kita melalui proses casting juga dan lain-lain. Cuma mungkin misal ketemu orang baru, tiba-tiba mereka panggil aku Sur, Suryani.

Chicco Kurniawan:

Kalau boleh jujur saya tidak pernah merasa bahwa diri saya underrated atau overrated. Saya hanya coba melakukan hal yang saya sukai, yaitu akting. Kalau jalannya lancar ya lancar, tapi pasti ada up and down. Tapi sejak Penyalin Cahaya, saya merasa kesempatan untuk berakting jadi lebih banyak. Jadi ya senang, karena bisa melakukan apa yang saya cintai dan karena I’m doing this for living, jadi bersyukur atas kesempatan ini.

Dea Panendra:

Saya selalu tumbuh menjadi aktor yang belajar banyak hal dari setiap proyek atau pekerjaan yang dikerjakan. Jadi perubahan yang saya rasakan adalah perkembangan dalam diri sendiri sebagai seorang aktor. Dan tidak akan pernah mencoba untuk melawannya untuk tumbuh.

Giulio Parengkuan:

Hal yang paling terasa adalah semakin banyak orang yang kesal dengan aku. Apalagi mereka yang sudah menonton Penyalin Cahaya, pasti ingin pukul aku, karena gemas dengan sosok Rama.

Lutesha:

Tentunya bangga, karena dikenal sebagai pemain yang bermain di sebuah film yang menyampaikan sebuah isu penting. Senang juga, karena sekarang lebih dianggap serius (secara karier) dalam industri ini.

Jerome Kurnia:

Saya tidak pernah merasa underrated, karena selalu mendapat apresiasi dalam jumlah dan bentuk yang berbeda. Selain itu, selama pesan yang ingin kami sampaikan bisa tersampaikan dengan baik, walau hanya ke satu orang saja, saya sudah senang. Khusus untuk Penyalin Cahaya, saya sangat senang, karena pesan yang ingin kami sampaikan dapat sampai ke banyak orang di dalam dan luar negeri.

6. Shehina dan Chicco, akting kalian dipuji karena kelihatan natural. Ceritain dong suasana di lokasi syuting dan cara kalian mendalami peran!

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaPenyalin Cahaya (Imdb.com/Photocopier (2021)/)

Shenina Cinnamon:

Teman main saya di Penyalin Cahaya adalah nama-nama yang sebetulnya sudah sering saya dengar dan tonton filmnya. Jadi ketika tahu akan main dengan mereka, saya penuh semangat dan merasa akan cocok dengan mereka. Selama syuting, energi kita juga sama dan tersalurkan dengan baik. Semua seakan terkoneksi. Saya senang bisa bertemu dengan ensemble cast yang benar-benar cinta pada pekerjaan, ditambah ketemu dengan Kak Wregas, sutradara yang sangat tahu apa yang dia mau.

Dua tantangan yang paling terkenang adalah tidak boleh bahagia dan harus menyendiri. Sisanya lebih pada bagaimana caranya saya bisa mewakilkan berbagai kisah dan trauma yang dirasakan oleh para penyintas melalui film Penyalin Cahaya. Pendalaman karakternya cukup sulit dan membutuhkan kurang lebih satu bulan. Saya mendapatkan banyak cerita dari teman-teman yang kebetulan penyintas kekerasan seksual, sehingga saya merasa harus mewakilkan suara mereka yang mungkin selama ini belum bisa keluar.

Chicco Kurnia:

Hubungan antara karakter di Penyalin Cahaya itu effortless, apalagi saat di lokasi syuting, kita bener-bener saling bantu satu sama lain. Saya, Dea, Giulio, dan Shenina juga sudah pernah kerja bareng. Lutesha dan Jerome pun melebur jadi satu dengan kita semua. Jadi bukan cuma bonding melalui karakter saja, tapi di luar lingkup kerja kita memang klop. Bahkan Shenina yang gak boleh kita ajak bercanda kadang juga terbawa suasana.

Ada beberapa cara mendalami karakter, seperti observasi, riset tentang karakter dan latar belakangnya, serta elemen teknis yang harus dikejar dan disetujui oleh Wregas dan saya. Amin itu harus dinamis, karena dia sudah harus mengurusi tugas-tugas anak kuliah sejak pagi. Saya membuat sosok Amin yang seperti ini. Hal-hal teknis yang harus saya accomplish cukup banyak, termasuk mengendarai motor, mengoperasikan mesin fotokopi, dan menghitung kertas. Namun di luar hal tersebut, saya juga mencari tahu kenapa tukang fotokopi sering senewen. Saya pun melakukan observasi di salah satu tempat fotokopi dan dikawinkan dengan perspektif saya.

7. Dea, Giulio, Lutesha, dan Jerome, seberapa total kamu saat memainkan karakter pendukung? Apa yang memotivasi kalian bisa selalu total dalam berakting, apapun perannya, termasuk pendukung?

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaPenyalin Cahaya (Imdb.com/Photocopier (2021)/)

Dea Panendra:

Menurut saya totalitas dalam berperan tidak terkait dengan peran sebagai pemeran pendukung atau pemeran utama. Saya lebih fokus terhadap tugas karakter itu dalam sebuah cerita. Bagaimana memaksimalkan kemampuan dengan berfokus pada karakter yang diperankan tanpa harus mempedulikan bahwa saya adalah pemeran pendukung atau lainnya, karena kreativitas seorang aktor tidak bisa dibatasi hanya dengan sebuah gelar.

Giulio Parengkuan:

Saya tidak terlalu mementingkan pembagian peran sebagai “pendukung” atau tidak, karena seakan membuat karakter “pendukung” hanya untuk mendukung pemeran utama. Namun saya lebih memilih untuk langsung terjun dalam mengolah dan mengobservasi karakter. Dengan ini semua akan berjalan secara alami tanpa adanya paksaan atas keterbatasan. Ruang terbuka seperti inilah yang akan membuat akting menjadi lebih maksimal.

Lutesha:

Sebisa mungkin saya bekerja secara profesional. Mau bagaimana pun hasil akhirnya, yang penting saya sudah memberikan yang terbaik dengan usaha maksimal.

Jerome Kurnia:

Dalam setiap proses produksi saya selalu berusaha memberikan yang terbaik, dengan bantuan tim produksi dan teman-teman yang ada di sekitar kita.

8. Di film ini, kalian punya karakter yang unik dan kuat banget. Kalau disuruh pilih, kalian bakal tetap meranin karakter kalian atau karakter lain? Apa alasannya?

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaPenyalin Cahaya (Imdb.com/Photocopier (2021)/)

Dea Panendra:

Sama. Saya akan pilih Anggun. Alasannya karena karakter Anggun sendiri sudah memilih saya. Saya tidak mau merusak hubungan kami, hahaha.

Giulio Parengkuan:

Tetap memainkan karakter Rama, karena membuat saya bisa mengetahui isi kepala serta alasan dan motifnya dalam melakukan hal tersebut, mendekatkan pada nilai moral yang ia miliki begitu juga dengan penyelesaian atau dengan variabel mana yang harus dibenarkan sebagai seorang individu yang hidup dalam keseharian di era modern ini. Dengan mengetahui pola yang akan terjadi dari kebiasaan masing-masing individu, kita dapat mencegah terjadinya hal seperti ini.

Lutesha:

Kalau disuruh memilih, saya sangat tertarik dengan karakter Tariq. Perbedaan perilaku eksternal dengan masalah psikis yang dia hadapi sungguh kontras dan menantang.

Jerome Kurnia:

Jika mendapat kesempatan untuk memilih saya tidak akan memilih karakter lain. Bukan saya yang memilih, karena pada dasarnya “Tariq” yang memilih saya.

9. Kalau kasus Sur ada di dunia nyata dan kalian orang di pihak Sur, bakal ngapain buat bantuin dia?

[EKSKLUSIF] Penyalin Cahaya: Cast Dilarang Ngajak Bercanda SheninaPenyalin Cahaya (Imdb.com/Photocopier (2021)/)

Shenina Cinnamon:

Berada di sisi korban dan berpihak kepadanya. Selalu berusaha ada dan mendengarkan dirinya dan tidak pernah bilang bahwa dia salah. Mendukung dia dan membantu apa pun yang dia ingin lakukan, terutama untuk mencari tahu langkah ke depan. Selain itu saya juga ingin pelakunya cepat dihukum.

Chicco Kurniawan:

Secara pribadi saya akan ada secara emosional dan cari fasilitas untuk dia dan coba bertanya apa yang dia mau. Di waktu yang sama akan cari kebenarannya juga. Karena saya merasa dalam kondisi ini, saya harus ada secara emosional untuk korban, tapi juga terus mencari kebenaran. Bukannya berarti meragukan yang ia lakukan, tapi saya selalu ingin tahu apa yang sebetulnya sudah terjadi.

Dea Panendra:

Pasti akan mencoba membantu. Tapi saya akan lebih fokus ke kesehatan dan kenyamanan mental korban terlebih dulu. Singkatnya saya akan ada di sisi dia sebagai teman atau pendengar yang baik. Dan tidak akan meninggalkan dia dengan mudahnya.

Giulio Parengkuan:

Melakukan hal yang telah dilakukan oleh Sur dan para korban Rama lainnya, yaitu menyuarakan yang tidak tersuarakan secara kolektif, tentunya tanpa harus ada paksaan.

Lutesha:

Melaporkan kasus kekerasan seksual ini ke pihak komnas perempuan atau LBH APIK agar dapat diinvestigasi lebih lanjut. Jika tetap tidak mendapatkan keadilan, walaupun terdengar dangkal, memang jalan yang paling ampuh agar kasus ditangani dengan serius adalah dengan cara membuat viral di media sosial maupun di lingkungan sekitar.

Jerome Kurnia

Saya akan membantu dengan cara mendengarkan, mendampingi, dan berusaha ada saat dibutuhkan. Langkah yang diambil tentu tergantung Sur, karena itu adalah cerita pribadi, tapi jika diizinkan Sur saya akan membantu semaksimal mungkin.

Ternyata film Penyalin Cahaya juga punya makna yang mendalam banget buat para pemerannya. Kamu sudah nonton filmnya, kan?

https://www.youtube.com/embed/KcxadiMAJLs

Baca Juga: Review Penyalin Cahaya: Pelecehan Seksual dari Sudut Pandang Korban

Topik:

  • Zahrotustianah

Berita Terkini Lainnya