Dianggap Tak Konsisten, 5 Film Adaptasi Game Ini Jadi Karya Terburuk

Padahal diadaptasi dari game besar #IDNTimesHype

Beberapa game yang diterbitkan oleh pengembang besar pernah diadaptasi ke layar lebar oleh produsen film kenamaan Hollywood. Sayangnya, tidak semuanya bisa menuai kesuksesan seperti layaknya kesuksesan dalam game. Bahkan, saking buruknya, beberapa film tersebut mendapatkan banyak kritikan dan caci maki dari para penggemar yang tentu saja memiliki ekspektasi tinggi.

Nah, apa kamu penasaran dengan film-film buruk yang dimaksud dalam artikel ini? Kalau penasaran, ayo simak hingga tuntas.

1. Street Fighter: The Legend of Chun-Li (2009)

https://www.youtube.com/embed/EctFEyCMDL0

Tak banyak yang tahu bahwa Capcom pernah membuat sebuah film yang diadaptasi dari sebuah game besar ketika Ryu, Ken, Guile, Chun-Li, dan beberapa petarung lainnya berjuang di jalannya masing-masing untuk mencapai tujuan yang sama. Nah, tentu saja kamu tahu bahwa Street Fighter adalah sebuah game pertarungan legendaris yang disukai oleh semua kalangan gamer.

Sayangnya, alih-alih menitikberatkan pada sosok Chun-Li, film berjudul Street Fighter: The Legend of Chun-Li justru memiliki alur cerita yang sama sekali melenceng dari cerita dalam game. Dalam film garapan sutradara Andrzej Bartkowiak ini, penonton akan disuguhi banyak adegan menggunakan senjata api dan pertarungan yang ada di dalamnya tidak digarap dengan serius dan maksimal.

Dalam film berdurasi 96 menit ini, kamu gak akan melihat kehebatan Ryu dengan jurus Hadouken miliknya atau Guile dengan jurus tendangan mautnya. Bahkan, tokoh antagonis dalam film bernama Bison digambarkan secara tak konsisten jika dibandingkan dengan Bison versi game aslinya.

Itu sebabnya Rotten Tomatoes membanting dan melancarkan kritik habis-habisan terhadap film yang dibintangi oleh Kristin Kreuk dan Neal McDonough tersebut. Tak tanggung-tanggung, skor yang diberikan juga sangat menyedihkan, yakni hanya sebesar 5 persen, sebuah skor yang cukup memalukan bagi sebuah film yang seharusnya bisa digarap dengan lebih baik lagi.

2. Doom: Annihilation (2019)

https://www.youtube.com/embed/AD5lIw7OO9o

Ekspektasi besar terbukti sudah banyak berujung pada kekecewaan. Dalam dunia perfilman, sebuah ekspektasi atau harapan biasanya muncul dari penonton dan penggemar fanatik dari sebuah game, manga, atau anime. Sayangnya, banyak harapan besar tersebut harus kandas saat penonton disuguhkan sebuah film yang seharusnya berada dalam jalur yang benar.

Doom: Annihilation yang dirilis pada 2019 lalu adalah salah satu contohnya. Bayangkan saja, game keren berjudul Doom yang legendaris harus dieksekusi ke dalam sebuah film berantakan yang memiliki durasi 96 menit. Bahkan, ada banyak penggemar game yang menilai bahwa film tersebut bukanlah Doom karena tak ada pasukan Doom di sana.

Monster-monster yang bermutasi seperti dalam game memang masih ada. Namun, dengan eksekusi yang sangat buruk, film garapan sutradara Tony Giglio ini hanya sanggup mengantongi skor 3,6/10 di IMDb dan 29 persen dari seluruh penonton. Oh ya, film ini juga dinilai lebih buruk dari film Doom sebelumnya yang pernah dirilis pada 2005 lalu. Padahal, Doom (2005) juga mendapatkan banyak kritik yang cukup membuat telinga sang sutradara meradang.

Baca Juga: 10 Video Game Adaptasi Film Ini Terbaik untuk Movie Mania

3. Alone in the Dark (2005)

https://www.youtube.com/embed/Zcgl9YqTlPA

Tidak salah jika film berjudul Alone in the Dark yang dirilis pada 2005 hanya mengantongi pendapatan 12 juta dolar AS atau Rp170 miliar, padahal budget film tersebut mencapai Rp400 miliar. Apa penyebabnya? Itu karena memang film garapan sutradara Uwe Boll tersebut layak mendapatkan kritik pedas.

Tak main-main, IMDb bahkan memberikan skor menyedihkan sebesar 2,4/10. Jalan cerita yang hancur lebur, akting yang berantakan, sampai efek yang sekadarnya membuat film berdurasi 96 menit tersebut terasa jauh dan timpang jika dibandingkan dengan karya game-nya. Kamu gak akan menemukan kejutan-kejutan atau jump scare seperti di dalam game. Kamu justru akan melihat banyak adegan konyol yang seharusnya gak ada.

Uwe Boll sendiri memang dikenal sebagai produser dan sutradara dengan film budget rendah. Pasalnya, ia membiayai hampir semua pembuatan film yang sayangnya tidak laku di pasaran. Korban terbesarnya apa lagi kalau bukan film-film buatan Boll yang diadaptasi dari banyak game terkenal.

Selain Alone in the Dark, Uwe Boll juga pernah menggarap film adaptasi lainnya berjudul House of the Dead. Lagi-lagi, film dari game terkenal tersebut harus berakhir dengan caci maki dan skor yang akan membuat para penggemarnya mual, yakni 2/10 pada IMDb dan 3 persen pada Rotten Tomatoes.

4. Dead or Alive (2006)

https://www.youtube.com/embed/SHQFZV_dgsU

Dead or Alive memang bukanlah game legendaris layaknya Street Fighter, Mortal Kombat, atau Tekken. Akan tetapi, setidaknya game buatan pengembang Team Ninja tersebut cukup sukses di pasaran. Terbukti, mereka selalu merilis banyak game terbaru mereka di konsol-konsol terbaru yang ada di pasaran.

Nah, terlepas dari anggapan miring tentang game ini—saat banyak orang menganggap game tersebut hanya mengumbar pakaian seksi—seharusnya Team Ninja sanggup menggarap film Dead or Alive dengan lebih apik dan maksimal. Nyatanya, film berdurasi 87 menit tersebut justru merugi cukup signifikan di box office.

Film yang dibintangi oleh Jaime Pressly, Holly Valance, dan Devon Aoki ini masih belum cukup layak untuk diberikan skor tinggi di pasaran. Terbukti, Metacritic hanya memberikan skor 38 persen, bahkan Rotten Tomatoes hanya memberikan rating sebesar 33 persen. Terlepas dari penilaian buruknya, kamu bisa menonton dan menilainya sendiri jika kamu memiliki waktu luang.

5. Super Mario Bros. (1993)

https://www.youtube.com/embed/wtMZKYnLg5c

Banyak penonton dan penggemar yang sudah kehabisan kata-kata dengan film berdurasi 104 menit ini. Bagaimana tidak? Super Mario Bros. yang legendaris dan menjadi game terpopuler sepanjang masa harus diadaptasi paksa ke layar lebar. Hasilnya? Berantakan! Kamu gak akan menemukan dunia imajinasi yang ada seperti dalam dunia game. Sebaliknya, kita akan disuguhkan dengan latar belakang kota modern yang penuh dengan senjata api.

Bisa dikatakan, semua yang ada dalam game Mario Bros. tidak ada dalam film ini. Bahkan, tokoh Mario dan Luigi juga diperankan secara kaku. Bagaimana dengan musuh-musuhnya? Sama buruknya! Sosok King Koopa atau Reptil Bowser justru digambarkan sebagai sosok manusia. Bahkan, pertarungan ikonis ala Mario malah digantikan dengan adegan aksi menggunakan senjata mesin.

Dari segi pendapatan juga tak begitu bagus. Film yang disutradarai oleh Rocky Morton dan Annabel Jankel ini hanya mengantongi pendapatan separuh dari modal yang sudah dikeluarkan. Kesimpulannya, Super Mario Bros. bukanlah film adaptasi yang bakal memuaskan penggemar dengan ekspektasi tinggi. Namun, tak ada salahnya kamu tonton ulang dan nilai sendiri film lawas tersebut di waktu senggangmu.

Itulah beberapa film adaptasi game yang dianggap sebagai film terburuk yang pernah dibuat. Bagaimana menurutmu? Apakah film-film di atas memang layak mendapatkan skor rendah dan kritik pedas?

Baca Juga: 8 Film Adaptasi Manga Dibintangi Yoshizawa Ryo, Ada Kingdom

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya