Nostalgia, 5 Kelebihan & Kekurangan Dora and the Lost City of Gold
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dora The Explorer yang pernah jadi teman masa kecil anak 90-an dan generasi-z akhirnya direalisasikan jadi film live action! Dahulu sempat jadi wacana, rupanya pada 2019 hal ini jadi nyata.
IDN Times telah menyaksikan Dora and the Lost City of Gold. Dibintangi Isabela Moner dan Michael Peña, inilah lima kelebihan dan kekurangan yang saya tangkap dari film petualangan tersebut.
Peringatan: Artikel ini berpotensi mengandung spoiler, jika tak ingin terkena harap berhati-hati saat membaca ya!
Pertama, yuk bahas beberapa kelebihan Dora and the Lost City of Gold
1. Dihiasi cast-cast terkenal & sesuai dengan karakternya
Film ini diadaptasi dari serial edukasi anak-anak Dora the Explorer yang pernah mewarnai masa kecil kita. Dora adalah seorang gadis kecil berdarah Amerika Latin yang senang bertualang bareng ransel dan monyetnya, Boots. Nah Dora and the Lost City of Gold bercerita tentang kehidupannya setelah tumbuh besar.
Isabela Moner, aktris muda berdarah Peru didapuk untuk memerankan versi remaja dari Dora. Sang ayah dan ibu dimainkan oleh Michael Peña dan Eva Longloria.
Gak main-main pemenang Oscar, Benicio del Toro didapuk sebagai pengisi suara Swiper. Sementara aktor laga ikonik, Danny Trejo, menyumbangkan suaranya untuk si monyet Boots!
2. Penuh humor & mengocok perut
Dora yang belasan tahun menjalani homeschooling dan tinggal di hutan harus menuruti perintah orang tua untuk pindah ke Los Angeles dan masuk SMA. Petualangan sebenarnya dalam kehidupan pun dimulai.
Sepanjang film kamu akan disuguhi aneka jenis humor yang mengocok perut. Mulai dari permainan kata (puns) yang butuh referensi, hingga humor slapstick yang bisa dimengerti siapa saja.
Dalam Dora and the Lost City of Gold, penonton juga akan mengeksplorasi bagaimana kocaknya seorang gadis yang tumbuh di hutan ketika akhirnya harus beradaptasi di sekolah perkotaan. Pergulatan Dora untuk tetap jadi diri sendiri di tengah kejamnya kehidupan anak SMA masa kini menarik untuk disimak.
Beberapa kali kita juga akan diberi jokes yang bikin nostalgia sama Dora The Explorer. Misalnya ketika Dora menembus fourth wall dan berinteraksi dengan penonton, persis seperti di film animasinya dulu.
Sayangnya, Dora and the Lost City of Gold punya beberapa kelemahan
3. Terkadang ceritanya terasa tak logis & tidak konsisten
Editor’s picks
Lewat serangkaian peristiwa akhirnya Dora kembali harus mengarungi hutan belantara untuk mencari tahu keberadaan orang tuanya. Kali ini ia membawa serta tiga orang teman dari SMA-nya.
Perjalanan cerita Dora and the Lost City of Gold jadi salah satu hal yang bikin saya lebih sering mengernyitkan dahi alih-alih mengangguk puas. Ada sejumlah plot hole, ketidakkonsistenan, dan logika yang gak runtun di film ini.
Mungkin memang sengaja disederhanakan karena film ini diperuntukkan bagi penonton belia. Namun, beberapa bagian bisa membuat kamu yang suka memperhatikan cerita jadi menghela napas.
Iya sih, film ini memang dimaksudkan untuk menghibur bukan mengedukasi. Tapi, kalau terlalu banyak hal yang gak sejalan sama logika, pasti akan bikin risih juga. Jadi jika ingin menikmati Dora and the Lost City of Gold, sebaiknya gak usah terlalu banyak dipikirin ya, guys!
4. CGI yang kurang oke & meyakinkan
Untuk mempertahankan kesesuaian dengan franchise aslinya, Swiper dan Boots tetap hadir di film ini. Namun dalam bentuk CGI. Sayangnya penampilan mereka masih terasa nanggung antara animasi atau hewan nyata.
Sejumlah efek juga masih terlihat kurang halus, kurang realistis atau tampak seperti animasi. Meski begitu harus diakui Dora and the Lost City of Gold bisa menyajikan beberapa pemandangan menyegarkan dari pedalaman hutan Amerika Selatan.
5. Terasa nanggung, mau menyasar penonton anak-anak atau orang dewasa ya?
Diadaptasi dari serial untuk anak-anak otomatis bakal banyak penonton cilik yang berminat menyaksikan film adaptasi ini. Tetapi ada sejumlah bagian yang justru rasanya gak bakal sampai ke penonton bocah.
Misalnya ada bagian yang menggambarkan pengaruh tanaman halusinogen pada Dora dan teman-teman petualangnya. Atau penjelasan ayah Dora soal clubbing dan rave music yang... lucu sih, tapi anak-anak mana paham?
Ini dibuktikan dengan kebingungan sejumlah penonton cilik yang duduk sederet dengan saya. Alih-alih fokus pada cerita, mereka lebih sibuk minta penjelasan pada orang tua mereka.
Itu dia lima kelebihan dan kekurangan dari Dora and the Lost City of Gold yang sedang tayang di bioskop. Film ini sangat menghibur selama kamu gak rewel soal plot dan logika cerita, guys.
IDN Times beri skor 2/5 untuk Dora and the Lost City of Gold. Buat kamu yang pengen nostalgia bareng Dora dan Diego, jangan lupa saksikan di bioskop favoritmu ya!
Baca Juga: Nostalgia Masa Kecil, 7 Fakta Menarik Seputar Film Live Action Dora