Review Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire, Teror di Singapura!

#ReviewFilm Pertama kalinya bertempat di luar Jepang

Untuk pertama kalinya setelah 13 tahun sejak film pertamanya rilis, film Detective Conan dibuat bersetting di luar Jepang. Ini tentu sebuah sejarah yang unik bagi para penggemar setia Conan. Apalagi The Fist of Blue Sapphire bertempat di negeri tetangga yang sangat dekat dengan kita: Singapura.

Singapore Tourism Board (STB) pun melihat momen baik ini untuk semakin memperkenalkan daya tarik negara tersebut lewat event Nonton Bareng Conan Fans Club di CGV Marvel City, Surabaya pada Minggu (29/7). IDNTimes turut menyaksikan film animasi garapan Tomoka Nagaoka tersebut dan ini dia review-nya.

Pertama, yuk kita bahas kelebihan dari film Detective Conan:

1. Mencetak sejarah: untuk pertama kalinya film Detective Conan bersetting di luar Jepang, yaitu Singapura!

Review Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire, Teror di Singapura!dok. TMS Entertainment

Untuk pertama kalinya setelah 22 film dirilis, film Detective Conan mengambil setting di luar Jepang. Negara pertama yang jadi tempat petualangan baru Conan adalah Singapura.

Bagaimana caranya Shinichi yang bertubuh anak-anak bisa terbang keluar Jepang, sementara paspornya adalah paspor remaja? Semua itu tak lepas dari kejeniusan Kaito Kid yang akan membuat penonton terpukau saat menyaksikan The Fist of Blue Sapphire.

Setting di Singapura untuk pertama kalinya ini juga membuat penonton bakal merasakan inovasi baru dalam film Detective Conan. Mulai dari landscape yang berbeda, sampai banyaknya percakapan bahasa asing yang terlibat dalam film ini.

Yup, kali ini ada sejumlah seiyuu asal Amerika yang turut berperan lantaran sejumlah tokoh dalam The Fist of Blue Sapphire merupakan warga lokal Singapura. Unik bukan?

2. Walau formatnya animasi, kecantikan Singapura tergambar jelas lewat grafis yang ciamik

Review Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire, Teror di Singapura!dok. TMS Entertainment

Shinichi, Ran, Kogoro, dan Sonoko diceritakan datang ke Singapura untuk mendukung Makoto Kyogoku dalam kejuaraan bela diri. Tak disangka di momen yang sama, seorang pengacara terbunuh secara misterius di hotel Marina Bay Sands.

Ada konspirasi besar yang menghantui di balik kematian pengacara cantik ini, dan tugas Conan untuk membongkarnya. Selain cerita utamanya, penonton juga disajikan pemandangan Singapura yang memukau.

Walaupun formatnya animasi, namun secara mengejutkan detail-detail negeri jiran ini bisa digambarkan dengan sangat baik. Firhan, Area Director Singapore Tourism Board, juga menyampaikan kekagumannya. "Sangat surprised ya, detailnya itu sangat akurat & sangat merepresentasikan Singapura."

Mulai dari Marina Bay Sands hotel, Merlion, hingga Gardens by the Bay tergambar baik di sini. Animasi yang sukses menangkap kecantikan Singapura ini pun dan berpadu apik dengan pilihan music score yang mantap.

Baca Juga: Review Film Kutuk: Teror Perawat Misterius di Panti Jompo 

3. Beda dengan film-film terdahulu, Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire menawarkan lebih banyak aksi laga seru

Review Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire, Teror di Singapura!dok. TMS Entertainment

Film kali ini gak hanya berkutat soal misteri pembunuhan atau pencurian seperti di kisah-kisah Detective Conan biasanya. Melainkan juga membahas konspirasi besar yang mengancam Singapura.

Uniknya lagi, film ini juga melibatkan tokoh-tokoh berbahaya tingkat internasional seperti serangan bajak laut. Kaito Kid juga memberikan banyak laga lewat aksi perampokannya yang cerdas. Ditambah kehadiran Makoto Kyogoku, juara karate asal Jepang yang juga gebetan Sonoko Suzuki.

Hasilnya adalah film animasi yang lebih action packed dan seru. Semua ini ditunjang efek dan animasi yang sangat halus mengalir dalam setiap gerakan pertarungan.

Meski begitu, ada sedikit kelemahan dalam film terbaru Detective Conan ini

4. Tumben, jalan cerita kali ini terasa terlalu lempeng dan mudah ditebak

Review Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire, Teror di Singapura!dok. TMS Entertainment

Jika biasanya kita diajak mikir, Detective Conan kali ini terasa terlalu lempeng dan mudah ditebak bagi saya. Daripada misteri, fokus cerita lebih bertumpu pada intrik perebutan Fist of Blue Sapphire yang berisiko menghancurkan negara kecil tersebut.

Alhasil menurut saya tidak banyak bagian yang bikin mind blown dari deduksi-deduksi sang detektif muda itu kali ini. Semuanya seolah sudah bisa disimpulkan penonton jika cukup jeli selama menonton.

Meski begitu plot yang tidak rumit ini justru bisa jadi hal menarik bagi para penonton baru film Detective Conan.

5. Tempo cerita kurang konsisten. Kadang terasa begitu cepat, kadang juga begitu lambat

Review Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire, Teror di Singapura!dok. TMS Entertainment

Satu lagi, beberapa kali tempo penceritaan terasa begitu cepat dan seolah terburu-buru. Terutama di awal-awal cerita. Tetapi beberapa bagian lain, misalnya di babak pertengahan justru terasa begitu lamban.

Ketidakkonsistenan ini berisiko bikin rasa tegang yang harusnya terbangun dalam kisah-kisah misteri detektif Conan jadi hilang. Sayang padahal film kali ini sudah terasa lebih segar dengan lebih banyak adegan laga dan pertempuran seru.

Itu dia review film Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire, film pertama yang bersetting di Singapura. Ada sedikit kekurangan namun tetap terasa menghibur kok untuk ditonton bersama orang-orang tersayang. Apalagi bagi kamu para fans berat Detective Conan. Untuk itu IDN Times memberi skor 3,5/5 bagi Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire. Yuk saksikan segera di bioskop favoritmu!

Baca Juga: 10 Potret Seru Jirayut D'Academy Asia 4 Saat Kunjungi Singapura

Topik:

  • Triadanti
  • Erina Wardoyo

Berita Terkini Lainnya