6 Alasan Harus Nonton 14 Peaks: Nothing is Impossible, Inspiratif!

Film dokumenter pendakian puncak-puncak Himalaya

Sudah beragam film yang mengangkat dengan pendakian seperti The Summit (2012), Meru (2015), Beyond the Edge (2013), Everest (2015) dan masih banyak lagi. Namun, salah satu film ini tidak boleh dilewatkan loh. 14 Peaks: Nothing is Impossible memberikan warna baru dalam film dokumenter bertema pendakian dengan panorama alam yang megah nan mewah.

14 Peaks: Nothing is Impossible menceritakan pendakian Nirmal Purja di 14 puncak tertinggi di dunia dinaungi oleh rumah produksi Noah Media Group dan Little Monster Films. Film dokumenter ini dirilis pada tanggal 29 November 2021 yang disutradarai oleh Torquil Jones yang dapat kalian nikmati di Netflix. Nirmal Purja, Elizabeth Chai Vasarhelyi dan Jimmy Chin menjadi produser dalam proyek film ini yang sebelumnya Vasarhelyi dan Jimmy Chin menggarap film Free Solo (2018).

Nirmal Purja yang selanjutnya disebut Nims Dai, membuat dunia mencatat namanya sebagai orang yang mendaki 14 puncak tertinggi dalam waktu beberapa bulan. Yuk simak kisahnya dalam fakta 14 Peaks: Nothing is Impossible di bawah ini.

Baca Juga: 5 Alasan Nonton Drama China Nothing But You, Manis dan Minim Konflik

1. Berawal dari Project Possible 

6 Alasan Harus Nonton 14 Peaks: Nothing is Impossible, Inspiratif!Salah satu dari 14 puncak yang didaki Nims Dai (dok. Netflix/14 Peaks: Nothing Is Impossible)

Apakah mendaki 14 puncak tertinggi Himalaya dalam kurun waktu 7 bulan bisa dilakukan? Padahal beberapa pendaki sekurang-kurangnya membutuhkan waktu 8 hingga 16 tahun untuk dapat memecahkan misi tersebut.

Nims Dai pendaki asal Nepal ingin membuktikan tidak ada yang tidak mungkin. Bahwa mendaki 14 puncak dengan rata-rata tinggi di atas 8.000 meter dari permukaan laut dapat diselesaikan dalam waktu 7 bulan. Puncak yang menjadi tujuannya ialah Annapurna, Dhaulagiri, Kangchenjunga, Everest, Lhotse, Makalu, Nanga Parbat, Gasherbrum I, Gasherbrum II, K2, Broad Peak, Cho Oyu, Manaslu, dan Shishapangma. Maka dari itu lah proyek tersebut diberi nama Project Possible.

Rencana Project Possible ini awalnya tidak disambut baik bahkan banyak diremehkan oleh beberapa pendaki professional karena dalam catatan sejarah pendakian, belum ada yang menaklukkan 14 puncak tertinggi sesingkat itu. Namun dengan keteguhan dan konsistensi kuat, Nims Dai membuktikkan bahwa hal yang mustahil bagi sebagian orang akhirnya dapat ia wujudkan dengan orang-orang yang solid dalam timnya.

2. Latar belakang Nims Dai 

6 Alasan Harus Nonton 14 Peaks: Nothing is Impossible, Inspiratif!Nimsdai ketika menggenakan seragam Angkatan Laut Britania Raya (instagram.com/nimsdai)

Chitwan ialah kota asal Nims Dai, yang merupakan kota terbesar kedua setelah Ibukota Kathmandu. Nims baru mulai mendaki gunung pada tahun 2012, tepatnya Puncak Everest. Dilanjutkan pendakian ke Puncak Dhaulgiri tahun 2014, dan Puncak Lhotse tahun 2017.

Nims mengawali karier sebagai anggota pasukan Gurkha, dengan masuk ke kamp pelatihan pada tahun 2004. Tidak sembarang orang dapat menjadi pasukan Gurkha, karena harus mempunyai ketahanan fisik yang kuat. Setelah mengabdi sebagai pasukan Gurkha, Nims terpilih Pasukan Khusus Angkatan Laut Britania Raya. Ia menjadi tantara Gurkha pertama yang terpilih dalam Pasukan Khusus Angkatan Laut Britania Raya.

6 bulan sebelum pelaksanaan Project Possible, tepatnya Oktober 2018, ia memutuskan untuk melepas karirnya sebagai Angkatan Laut Britania Raya untuk terjun sepenuhnya sebagai pendaki gunung. Ini adalah keputusan luar biasa yang dibuat Nims karena masa kerjanya masih 6 tahun lagi. Tekad yang kuat ini mengantarkannya pada misi yang juga tidak kalah luar biasa.

Baca Juga: 10 Meme Dom Toretto 'Nothing Stronger than Family' yang Kocak Abis

3. Kunikan pribadi Nims Dai 

6 Alasan Harus Nonton 14 Peaks: Nothing is Impossible, Inspiratif!Potret Nims mendaki 14 puncak tertinggi (dok. Netflix/14 Peaks: Nothing Is Impossible)

Nims Dai dan tim memulai pendakian pada bulan April 2019. Sekitar 6 bulan kemudian, tapatnya 29 Oktober 2019, ia berhasil menaklukkan puncak ke-14, yakni ujung Gunung Shishapangma di wilayah Tibet yang dikuasai China. Total waktu yang dibutuhkan Nims untuk menyelesaikan misi luar biasanya ialah 6 bulan 6 hari. Lebih awal dari target yang ia buat yaitu 7 bulan.

Hal ini tidak terlepas dari keunikan karakter Nims yang pantang menyerah pada tujuannya. Ia yakin pada pilihannya dan ketangguhannya ketika di atas gunung. Sebagai leader dalam tim, ia mempunyai sikap kepimpinan yang mengayomi dan menyenangkan. Ia mengambil banyak keputusan tepat saat proses pendakian. Ia pun mempunyai jiwa sosial yang kuat, kala dibuktikan dengan penyelamatan salah seorang pendaki yang terjebak di Annapurna. Sayangnya pendaki tersebut tak terselamatkan dan meninggal di pangkuan Nims.

4. Memperkenalkan peran Suku Sherpa 

6 Alasan Harus Nonton 14 Peaks: Nothing is Impossible, Inspiratif!Ilustrasi Suku Sherpa (instagram.com/nimsdai)

Menurut pemaparan film ini Suku Sherpa di Nepal kerap kali tidak dihormati meski mereka punya jasa besar untuk aktivitas pendakian di Pegunungan Himalaya. Dunia luar menganggap suku Sherpa sebagai orang-orang yang sekadar mencari penghidupan dari jasa memandu pendaki gunung. Anggapan ini yang hendak dibantah oleh film 14 Peaks: Nothing Is Impossible.

Hanya segelintir orang Suku Sherpa yang tercatat namanya ketika memandu pendaki dari negara barat sekalipun mereka juga sama-sama mempertaruhkan nyawa. Padahal, orang-orang Sherpa selama ini berperan penting sebagai pembimbing, pendukung, sekaligus pemberi motivasi ke banyak pendaki di Himalaya.

Aktivitas kecil yang luput disadari bawah orang-orang Sherpa membimbing pendaki untuk menyiapkan perbekalan, memasang tali dan tangga, persiapan lintasan tali di depan, dan mengantar ke batas ketinggian sebelum berpisah di titik puncak gunung. Nims ingin mengubah kesan bahwa orang-orang Sherpa hanya tukang angkat barang atau pemandu, melalui Project Possible-nya.

5. Ibu mempunyai peran penting 

6 Alasan Harus Nonton 14 Peaks: Nothing is Impossible, Inspiratif!Potret Nims Dai dan Sang Ibu (instagram.com/nimsdai)

Sebelum berangkat melaksanakan misinya, Nims kembali ke kampung halamannya di Chitwan untuk bertemu sang Ibu. Restu, dukungan dan doa seorang Ibu memang mempunyai dampak yang tidak main-main. Setelah hal itu dikantongi Nims, ia merasa yakin bahwa misinya dapat terselesaikan dengan baik.

Sayangnya, kondisi sang Ibu ketika itu sedang menurun, ia harus meninggalkan ibunya yang sedang sakit untuk menjalani proyeknya yang tidak mudah tersebut. Sebagai anak bungsu, Nims Dai memiliki ikatan yang sangat kuat dangan sang Ibu. Bahkan hal pertama yang dilakukan Nims setelah misinya selesai ialah menelvon yang Ibu dari puncak Shishapangma.

6. Tips bagi para pendaki 

6 Alasan Harus Nonton 14 Peaks: Nothing is Impossible, Inspiratif!Potret pendakian ke Pegunungan Himalaya (instagram.com/nimsdai)

Keberhasilan misi Nims menaklukkan 14 puncak tertinggi Pegunungan Himalaya dalam waktu kurang dari 7 bulan tidak terlepas dari tim yang sangat solid. Nims tidak sendirian dalam menjalankan proyeknya. Pemilihan individu dalam tim mutlak dipilih oleh Nims yang sudah mengetahui kapasitas masing-masing, baik mental maupun fisik.

6 bulan sebelumnya melaksanakan proyek, Nims selalu bangun pukul 03.00 waktu setempat, lalu berlalu sejauh 20 km sambil memikul beban 34 kg. Setelah itu ia pergi bekerja dan selepasnya melanjutnya Latihan fisik di gym.

Itu lah kenapa  kamu perlu film dokumenter 14 Peaks: Nothing is Impossible. Film ini penuh inspirasi bahwa mimpi dapat digapai meskipun terlihat mustahil namun dengan kerja keras dan konsistensi, tidak ada yang tidak mungkin. Untuk kalian yang kehilangan motivasi dalam mewujudkan mimpi tentang pendakian, film ini sangat cocok untukmu. Selamat menonton!

Baca Juga: Kronologi Mission Impossible Barcelona Buat Lionel Messi

Dina Stevany Photo Verified Writer Dina Stevany

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya