Belum Puas Nonton Barbie, Baca 6 Novel Soal Perempuan Ini

Pesan pemberdayaan dan inklusivitasnya komplit

Jauh sebelum rilis, film Barbie versi Greta Gerwig sudah jadi perbincangan hangat. Setelah akhirnya bisa dikonsumsi publik, Barbie (2023) ternyata tidak mengecewakan. Banyak pesan pemberdayaan perempuan dan inklusivitas di dalamnya. Ia tipe film yang bikin penontonnya terenyuh dan merasa lebih baik saat berjalan keluar dari bioskop. 

Belum puas nonton Barbie? Masih butuh cerita-cerita seru dengan lakon perempuan yang bermuatan nilai-nilai inklusivitas dan pemberdayaan? Coba baca novel soal perempuan berikut ini!

1. Concerning My Daughter

Belum Puas Nonton Barbie, Baca 6 Novel Soal Perempuan IniConcerning My Daughter (instagram.com/picadorbooks)

Concerning My Daughter ditulis dari sudut pandang seorang ibu paruh baya yang bekerja di institusi yang mengurusi lansia di Korea Selatan. Satu hari putrinya yang berusia 30-an pulang dan menumpang tinggal di rumahnya. Ia sebenarnya tak keberatan, tetapi gaya hidup putrinya yang tidak sesuai dengan norma yang dipercayanya membuat sang ibu khawatir. 

Sudut pandang orangtua yang melakukan refleksi lewat pilihan hidup putrinya bisa dibilang menyegarkan dan inovatif. Ini salah satu novel yang bakal mengajak pembaca berkontemplasi, sekaligus berkenalan pada berbagai gaya hidup yang berbeda. Inklusif dan kaya perspektif perempuan berdaya. 

2. The Idiot

Belum Puas Nonton Barbie, Baca 6 Novel Soal Perempuan Ininovel The Idiot (instagram.com/penguinusa)

Novel lain yang cocok dibaca usai nonton Barbie adalah The Idiot dari Elif Batuman. Seperti Barbie, ada unsur coming-of-age alias proses menemukan diri sendiri dalam novel ini. Selin, sang lakon diceritakan sebagai mahasiswa baru di Harvard yang berusaha beradaptasi dengan lingkungan barunya. 

Sebagai keturunan imigran Turki di Amerika Serikat yang berada, Selin mengalami krisis identitas. Namun, cukup mawas dengan privilesenya. Ceritanya kocak, realistis, dan mengalir.

3. We Have Always Lived in the Castle

Belum Puas Nonton Barbie, Baca 6 Novel Soal Perempuan IniWe Have Always Lived in the Castle (instagram.com/penguinclassics)

Kalau kamu menikmati film terbaru Margot Robbie itu, coba juga novel klasik bergenre misteri dari sang legenda Shirley Jackson berjudul We Have Always Lived in the Castle. Sama dengan Barbie yang dihantui berbagai ekspektasi sebagai perempuan muda, dua kakak beradik di novel ini juga harus menghadapi isu serupa dalam hidup mereka. 

Apalagi dengan fakta bahwa seluruh anggota keluarga mereka tewas karena kasus keracunan, wajar polisi mencurigai adanya unsur kesengajaan dalam tragedi tersebut. Saat tak terbukti bersalah, interupsi datang dari salah satu kerabat laki-laki mereka. Rasanya tak ada yang percaya bahwa dua kakak beradik perempuan itu bisa hidup dan mempertahankan diri sendiri. 

Baca Juga: Greta Gerwig dan Kepiawaiannya Sertakan Narasi Feminis dalam Film

4. Yellowface

Belum Puas Nonton Barbie, Baca 6 Novel Soal Perempuan IniYellowface (instagram.com/boroughpress)

Yellowface juga bisa memuaskan rasa hausmu akan asupan cerita-cerita feminisme dan inklusif. Ceritanya tentang seorang perempuan yang mencuri naskah buku milik sahabatnya yang meninggal. Tak disangka, naskah itu membawanya meraup kesuksesan. Namun, bisakah ia hidup tenang dengan mencuri karya orang lain? 

Sampul novelnya sebenarnya sudah berisi petunjuk. Yakni lakonnya orang Asia yang identik dengan kulit kuning dan mata kecil. Ada kritik terhadap inklusivitas parsial yang digaungkan di Amerika Serikat. Bacaan yang menarik untuk penikmat film Barbie, nih.  

5. The Rachel Incident

Belum Puas Nonton Barbie, Baca 6 Novel Soal Perempuan IniThe Rachel Incident (instagram.com/aaknopf)

Suka dengan hubungan platonik Ken dan Barbie di film live action-nya? Silakan baca The Rachel Incident karya penulis Irlandia Caroline O'Donoghue ini, deh. Latarnya Kota Cork, di mana Rachel tinggal bersama rekan kerjanya di toko buku, James. Awalnya menjalin asmara, hubungan keduanya berkembang jadi platonik. 

Rachel dan James sama-sama jatuh cinta pada orang lain dan memutuskan untuk saling mendukung. Satu hal yang mereka tak sadari, sosok incaran mereka ternyata bukan orang sembarangan yang mudah ditaklukkan. Buku ini masih bisa dikategorikan coming-of-age, mengingat keduanya masih berusia awal 20-an dan berusaha menemukan posisi mereka di masyarakat. 

6. Convenience Store Woman

Belum Puas Nonton Barbie, Baca 6 Novel Soal Perempuan IniConvenience Store Woman (instagram.com/portobellobooks)

Kalau belum baca Convenience Store Woman, mungkin ini pertanda bahwa novela Jepang ini harus kamu comot dari rak buku. Seperti film Barbie, Sayaka Murata membahas hal-hal seputar inklusivitas dan pemberdayaan perempuan lewat sosok Keiko, sang lakon. 

Ia diceritakan punya kondisi neurodivergent dan selama 18 tahun terakhir hidup tanpa mengikuti ekspektasi orang terhadapnya. Sampai satu hari, kesal dengan segala kode dan tuntutan dari orang-orang di sekitarnya, Keiko mencoba keluar dari zona nyamannya. Berhasilkah ia melakukannya? 

Barbie jadi bukti bahwa film punya peran penting dalam mempromosikan dan mendorong diskursus soal isu-isu tertentu. Dalam hal ini inklusivitas dan feminisme. Jika belum puas nonton Barbie, kamu pun bisa menemukan bahan diskusi serupa lewat sederet novel soal perempuan ini.

Baca Juga: 4 Film yang Disutradarai oleh Greta Gerwig, Terbaru Barbie

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa

Berita Terkini Lainnya