10 Sutradara Non Amerika yang Filmnya Bikin Nagih 

Harus tahu, nih

Selama ini nama-nama sutradara kondang didominasi orang-orang berkebangsaan Amerika Serikat. Misalnya saja Martin Scorsese, Quentin Tarantino dan Christopher Nolan. Padahal tak sedikit sineas di luar Amerika yang sudah mengeksekusi ide brilian mereka dalam bentuk film-film berkualitas. 

Berikut beberapa daftar sutradara yang mulai sekarang harus kamu kenal. Sekali nonton filmnya, ada risiko ketagihan. Siapa saja? 

1. Abbas Kiarostami, Iran

https://www.youtube.com/embed/xq1gXC3119A

Abbas Kiarostami adalah sutradara asal Iran yang aktif sejak tahun 1970an. Film-filmnya masih ditonton dan dilabeli mahakarya sampai sekarang. Ia dikenal sebagai sosok sutradara yang jago meramu cerita-cerita minimalis, tetapi kaya akan makna dan filosofi. 

Sinematografinya khas, ia sering menggunakan teknik long pauses serta footage ala dokumenter. Ia juga lebih sering merekrut aktor-aktor amatir ketimbang profesional yang membuat filmnya justru terasa amat natural. Beberapa film terbaiknya antara lain Where Is the Friend's Home?, Close Up, Taste of Cherry, dan The Wind Will Carry Us. 

2. Nuri Bilge Ceylan, Turki 

https://www.youtube.com/embed/eysCkRuHZDw

Nuri Bilge Ceylan dikenal pertama kali secara internasional setelah memenangkan Grand Prize of the Jury di Cannes 2003 lewat film Distant. Sejak itu, film-filmnya dinanti pemirsa dan tak sedikit yang sukses. Sebut saja Three Monkeys, Once Upon A Time in Anatolia, Winter Sleep, dan The Wild Pear Tree. 

Sama seperti Kiarostami, ia dikenal sebagai sutradara spesialis poetic cinema dengan durasi film yang bisa mencapai 2,5-3 jam. Menariknya, Ceylan mengaku baru mulai tertarik menjadi sutradara di usia 36 dan termotivasi oleh hobinya membaca novel dan karya sastra saat melaksanakan wajib militer. 

3. Cristian Mungiu, Rumania 

https://www.youtube.com/embed/5hKtgrj7UXo

Cristian Mungiu dua kali menyabet penghargaan di Cannes Film Festival lewat karyanya yang berjudul 4 Months, 3 Weeks, and 2 Days dan Graduation. Tahun 2022, ia kembali lewat film RMN yang juga premier di Cannes. 

Sama seperti dua sutradara sebelumnya, Mungiu seorang pengamat yang handal. Ia bisa menangkap serta mengeksplorasi benak terdalam manusia untuk membangun sebuah konflik. Serta banyak memanfaatkan lanskap alam yang sudah untuk memperkaya ambience dalam filmnya. 

4. Adilkhan Yerzhanov, Kazakhstan

https://www.youtube.com/embed/CbGl2egIMRU

Yerzhanov bisa dibilang salah satu sutradara prolifik asal Kazakhstan. Ia bisa menelurkan lebih dari satu film dalam satu tahun. Di tahun 2020 misalnya, ia merilis Yellow Cat, A Dark Dark Man, dan Ulbolsyn. Dua tahun berikutnya di 2022, ia kembali dengan Assault dan Herd Immunity. Sebelumnya dua film garapannya,The Gentle Indifference of the World and The Owners pernah menembus Cannes. 

Karya-karya Yerzhanov kebanyakan bergenre komedi satir dan drama. Ia sering mengangkat kehidupan kaum marginal yang sering terlupakan dan dikucilkan di masyarakat, serta tak ragu menyelipkan kritik sosial di filmnya. 

5. Darezhan Omirbayev, Kazakhstan 

https://www.youtube.com/embed/9mIxuiZOIiQ

Sebelum generasi muda seperti Yerzhanov, Kazakhstan punya sosok sutradara prominen bernama Darezhan Omirbayev. Ia dikenal luas lewat Killer di tahun 1998 yang banyak terinspirasi dari novel Fyodor Ozdoevtsky, Crime and Punishment. Sejak itu, beberapa film lawasnya mulai dilirik. Coba saja Kairat dan Cardiogram. 

Omirbayeb cukup produktif meski tak lagi muda. Setelah film Shuga dan Student di tahun 2000an, ia merilis karya terbarunya yang berjudul Poet pada 2021 lalu. Sama seperti sebelumnya, ia selalu menyelipkan kritik sosial di film garapannya. Kalau Killer meneropong kapitalisme, Poet menyorot globalisasi yang menggerus bahasa lokal. 

6. Agnes Varda, Prancis

https://www.youtube.com/embed/n37iq8cCDH0

Sama seperti Kiarostami, karya-karya Agnes Varda masih dikenang sepeninggalnya beberapa tahun silam. Ia dikenal sebagai seorang sutradara yang mengampanyekan kebebasan dan pemberdayaan perempuan. 

Film-film lawasnya masih seru dan relevan ditonton. Coba saja One Sings the Other Doesn't, Vagabond, Black Panthers, The Gleaners and I, dan Faces Places. Karya terakhirnya merupakan dokumenter tentang hidup dan perspektifnya sebagai sutradara, dirilis di tahun ia meninggal. 

7. Ruben Östlund, Swedia 

https://www.youtube.com/embed/fjjzVbTBF8o

Sama seperti Mungiu, Östlund adalah langganan Cannes. Sudah tiga film yang tayang perdana di festival bergengsi tersebut, yaitu Force Majeure (2014), The Square (2017) dan Triangle of Sadness (2022). Ia baru saja memenangkan Palme d'Or lewat film terbarunya itu. 

Östlund sejak awal memilih untuk fokus di studi film dengan menekuninya sejak kuliah. Selain jadi sutradara, ia juga seorang pengajar di Academy of Fine Arts Gothenburg Sweden. Ia dikenal lewat kepiawaiannya mengekstrak sebuah cerita dari motif sosial manusia. 

8. Asghar Farhadi, Iran 

https://www.youtube.com/embed/58Onuy5USTc

Farhadi dikenal sebagai sutradara film Iran kontemporer. Dua di antara karyanya, A Separation dan The Salesman berhasil menyabet gelar FIlm Fitur Berbahasa Asing Terbaik di Academy Awards. 

Ia baru saja merilis film terbarunya A Hero di tahun 2021 yang juga memenangkan Grand Prize Jury di Cannes. Sayangnya, film tersebut dituduh plagiat dari film dokumenter milik salah seorang mantan muridnya. Sejauh ini kasusnya masih bergulir dan dalam proses persidangan, tetapi Farhadi menampik tuduhan tersebut. 

9. Andrei Tarkovsky, Uni Soviet  

https://www.youtube.com/embed/S2U9TXmYJ94

Tarkovsky sering disebut sebagai penemu poetic cinema atau film-film kontemplatif dengan dialog kaya filosofi. Tarkovsky lahir dan hidup di era Uni Soviet dan sudah mulai menulis fim di tahun 1950an. Ia masih berkarya hingga akhir hayatnya di tahun 1989. Saat itu ia masih berusia 54 tahun dan meninggal karena kanker. 

Karya-karya terbaik Tarkovsky antara lain Mirror, The Sacrifice, dan Stalker. Meski telah lama meninggal, gaya sinematik Tarkovksy bisa kita lihat menginspirasi beberapa sutradara poetic cinema lain seperti Terrence Malick dan Christopher Nolan. 

10. Mira Nair, India

https://www.youtube.com/embed/XYciGm4tziI

Mira Nair adalah sutradara beraliran realisme asal India yang dikenal lewat Jama Masjid Street Journal, Salaam Bombay!, The Namesake, Monsoon Wedding dan Mississippi Masala. Berbeda dengan kebanyakan film India yang banyak menggunakan tarian, musikal, dan dekorasi estetik, karya-karya Nair benar-benar sederhana dan terasa realistis. 

Mira Nair dulunya belajar teater dan drama di sebuah kampus di Kalkuta dan Delhi. Ia jatuh cinta pada film dan proses produksinya saat akhirnya berhasil menempuh pendidikan di Harvard. 

Sekarang kamu bisa memperlebar khasanah tontonanmu, nih. Terutama buat yang mulai jenuh dengan film-film Hollywood, sepuluh sutradara non Amerika tadi siap membawamu ke dunia yang sebelumnya belum pernah kamu pijak. 

Baca Juga: 8 Film Indonesia Arahan Komika, Debut Jadi Sutradara 

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya