6 Film yang Senggol Isu Machismo selain The Power of the Dog  

Pendekatannya cerdas, nih

Machismo atau cara-cara menunjukkan kebanggaan berlebih pada maskulinitas adalah hal yang lumrah kita temukan dalam film. Jake Nevins dalam tulisannya di The Guardian yang berjudul "Boys on Film: What We Can Learn About Masculinity from Hollywood" misalnya menyoroti kecenderungan sineas menampilkan tokoh laki-laki dalam film dengan narasi-narasi yang mendewakan mereka. Istilahnya pendekatan hagiography. 

Sejalan dengan itu, Panayiotou dalam tulisannya "Macho Managers and Organizational Heroes: Competing Masculinities in Popular Films", berargumen bahwa maskulinitas seringkali menenggalamkan kontribusi karakter perempuan dalam film. Ini membuat film bukan lagi media yang merepresentasikan maskulinitas dengan cara yang lebih positif dan realistis.

Namun, ada beberapa film yang dengan cerdas mencoba menjegal isu machismo tersebut dalam durasi 2 jam. Salah satunya mungkin sudah kamu kenal, The Power of the Dog yang memenangkan Academy Awards pada awal 2022 lalu. 

Selain itu, masih ada judul lain yang bisa kamu tonton lho. Apa saja? 

 

1. Pixote (1980)

https://www.youtube.com/embed/RtO1z7J5-YQ

Pixote adalah film klasik asal Brasil yang disutradarai Hector Babenco dan rilis pada 1980. Film ini mengikuti perjalanan seorang bocah laki-laki yang kabur dari asrama anak-anak bermasalah. Saat akhirnya bebas, hidupnya tak lepas dari kerasnya jalanan yang juga dipenuhi anak laki-laki lebih tua dan kuat yang berusaha mempertahankan dominasinya. 

Bersama anak-anak lain yang tersisihkan, sang bocah membentuk ikatan persaudaraan dan berusaha saling melindungi. Film ini berusaha mengkritik realita kehidupan di Brasil yang sarat akan machismo dan kekerasan, terutama ketika mereka berada di bawah diktator militer. 

2. Chevalier (2016)

https://www.youtube.com/embed/30kKMsS4MzY

Dari Brasil, kamu bisa melancong ke Yunani lewat film Chevalier. Sinema ini berlatarkan sebuah yacht yang diisi kurang lebih enam orang. Berawal dari permainan sederhana, mereka justru terjebak dalam perlombaan yang mengusik psikis mereka. 

Ketika permainan berlangsung dan keenam tokohnya berusaha menjadi sosok pria yang "sempurna", terlihat bagaimana Athina Rachel Tsangari, sang sutradara melontarkan kritik sarkasnya pada budaya machismo

3. Wajib (2018)

https://www.youtube.com/embed/-URtcJx8xLo

Wajib berlatarkan Palestina yang teritorinya terus menyempit dan pergerakan warganya semakin terbatas. Tiba saatnya, sebuah keluarga menggelar resepsi pernikahan untuk putri mereka. Sang kakak laki-laki yang tinggal di Italia pun pulang untuk membantu persiapan tersebut. Tugasnya adalah menyebarkan undangan ke kerabat terdekat. 

Mengingat mereka tinggal di wilayah yang diokupasi Israel, banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Lewat premis yang sederhana, film ini tak hanya memotret perjuangan orang Arab Palestina yang bertahan di Nazareth, tetapi juga turut menjegal isu-isu maskulinitas dan budaya machismo yang kadang membatasi laki-laki untuk menjadi dirinya sendiri. 

Baca Juga: 5 Pelajaran Hidup dari Film Noktah Merah Perkawinan, Terapkan!

4. Wildlife (2018)

https://www.youtube.com/embed/OoJpVQTY_t4

Isu machismo dalam film juga bisa kamu tonton dalam Wildlife. Bersama Carey Mulligan, Jake Gyllenhaal memerankan pasangan yang hubungannya renggang ketika sang suami kehilangan pekerjaan.

Karakter Gyllenhaal seakan menggambarkan bagaimana tuntutan sosial yang dibebankan pada laki-laki bisa bermuara pada berakhirnya sebuah hubungan. Dalam kasus ini, tuntutan yang dimaksud adalah menjadi pencari nafkah utama di keluarga.

Selain pasangan suami istri tadi, sosok sang anak yang diperankan Ed Oxenbould juga tak kalah esensial. Sang anak mengajukan banyak pertanyaan yang memaksa kedua orang tuanya berkontemplasi atas keputusan mereka sekaligus menjadi pihak netral dalam film tersebut. 

5. Yellow Cat (2020)

https://www.youtube.com/embed/iWoEvz-HpBM

Kali ini kamu akan diajak berkenalan dengan Kermek, seorang pria yang baru saja keluar dari penjara dan kesulitan dapat pekerjaan. Ia akhirnya terjebak menjadi anggota geng kriminal.

Namun, bukannya jadi seperti yang diharapkan, ia justru memilih membelot dan berusaha melarikan diri dengan seorang perempuan yang ia selamatkan dari bisnis prostitusi. Film bergenre komedi satire menunjukkan perjuangan laki-laki yang ingin lepas dari jerat maskulinitas toksik dan berusaha mencari jalan bahagianya sendiri. 

6. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) 

https://www.youtube.com/embed/72Cev3owMag

Datang dari sutradara Indonesia, Edwin, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dibuat dengan gaya film 1980-an, lengkap dengan kostum, latar, bahkan gaya bahasa yang dipakai.

Tokoh sentralnya, Ajo, adalah seorang pria yang mengidap impotensi dan berusaha tampak kuat di luar untuk menutupi hal yang menurutnya sebuah disabilitas. Sampai akhirnya ia bertemu sosok perempuan bernama Iteung yang bersedia menerimanya apa adanya. Bersama Iteung, Ajo akhirnya mulai membuka diri dan penonton akan mempelajari seluk beluk sang lakon. 

Film-film di atas bisa jadi referensi representasi yang seimbang tentang maskulinitas. Sama dengan berbagai hal di dunia, genre ini juga punya celah dan kekurangannya sendiri. 

Baca Juga: 15 Film Netflix 2022 Jebolan Festival Film Bergengsi, Patut Dinanti!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dwi Rohmatusyarifah

Berita Terkini Lainnya