[REVIEW] No Bears, Kisah Cinta dengan Muatan Kritik pada Pemerintah

Film terbaru Jafar Panahi, nih!

Selama gelombang demonstrasi antipemerintah mewarnai Iran pada 2022 lalu, sejumlah figur publik setempat dikabarkan ditahan otoritas setempat. Mulai dari atlet, aktor, sampai sineas.

Salah satunya sutradara kondang Jafar Panahi. Ia sebelumnya sudah pernah berurusan dengan polisi pada 2010 dalam kasus yang sama, yakni berpartisipasi dalam sebuah unjuk rasa mengkritik kebijakan pemerintah. 

Dilansir The Guardian, kala itu Jafar Panahi sempat dibui beberapa bulan sampai akhirnya dapat kebebasan bersyarat. Pada Juli 2022, ia kembali ditahan saat menanyakan keberadaan rekan sesama pegiat film, Mohammad Rasoulof dan Mostafa Aleahmad. Sama dengan Panahi, keduanya dikenal sebagai sutradara yang berani melontarkan kritik dan harus berurusan dengan hukum. 

Panahi telah dibebaskan pada Februari 2023 lalu dengan jaminan. Namun, selama di penjara, sang sineas sempat merilis sebuah film yang tayang perdana di Toronto International Film Festival (TIFF) pada September. Judulnya No Bears, sebuah film semi-autobiografi yang mengaburkan antara fiksi dan realitas. Berikut review filmnya!

1. Film dijalin dari dua kisah cinta yang berbeda 

[REVIEW] No Bears, Kisah Cinta dengan Muatan Kritik pada Pemerintahfilm No Bears (dok. Janus Films/No Bears)

No Bears mengikuti kisah seorang sutradara asal Iran yang diperankan sendiri oleh Panahi. Dengan restriksi di negaranya, ia pun menggarap proyeknya di Turki merekrut warga lokal sebagai aktor. Menariknya, Panahi memilih untuk tetap tinggal di Iran dan mengawasi proses pengambilan gambar dari sebuah desa di perbatasan dua negara. 

Dari beberapa adegan terlihat Panahi sedang duduk tekun di depan laptopnya di sebuah rumah pedesaan sederhana. Sesekali ia melakukan panggilan video dengan para kru dan asisten sutradara yang berada di Turki. Film yang sedang ia garap tersebut berkutat pada sepasang suami istri yang berusaha mencari cara untuk pergi dari negara mereka. Alasannya bakal kamu ketahui menjelang akhir film. 

2. Bermuatan etnografi ala film-film Abbas Kiarostami

[REVIEW] No Bears, Kisah Cinta dengan Muatan Kritik pada Pemerintahfilm No Bears (dok. Janus Films/No Bears)

Ketika sedang menggarap proyeknya itu, sang sutradara yang namanya tak disebut ini diceritakan tanpa sengaja terlibat dalam sebuah kemelut desa. Di sinilah kisah cinta kedua hadir mewarnai No Bears.

Karakter Panahi diyakini penduduk desa telah mengambil satu foto yang membuktikan bahwa terjadi pertemuan antara seorang pemuda dan perempuan. Padahal sang perempuan telah dijodohkan dengan pemuda lokal lainnya sejak mereka bayi.

Sang sutradara didatangi ketiga orang yang terlibat cinta segitiga ini. Masing-masing memaparkan sudut pandang mereka dan si sutradara dituntut memilih jalan terbaik apa yang kiranya bisa meredam permasalahan tersebut. 

Penonton disuguhi kekayaan tradisi serta budaya lokal Iran selama film berlangsung. Itu akan mengingatkanmu pada film-film mendiang Abbas Kiarostami. Maklum, Panahi sendiri pernah bekerja sebagai asisten sang sutradara sebelum akhirnya terjun menelurkan karya sendiri. 

3. Panahi mengkritik dirinya sendiri di film tersebut 

[REVIEW] No Bears, Kisah Cinta dengan Muatan Kritik pada Pemerintahfilm No Bears (dok. Janus Films/No Bears)

Membuat film autobiografi yang berimbang, realistis, dan tidak mengglorifikasi diri sendiri bukan perkara mudah. Namun, Panahi berhasil mengeksekusinya dengan baik di No Bears. Dalam sinema berdurasi 107 menit ini, ia kerap melontarkan kritik pada dirinya sendiri.

Ini merupakan terobosan baru dari Panahi. Mengingat bukan pertama kalinya sang sineas membuat film dengan tema serupa. Dalam karya-karya sebelumnya, seperti 3 Faces (2018) dan Hidden (2021), Panahi juga memerankan dirinya sendiri, seorang sineas. Namun, keduanya fokus pada subjek film dan kritik yang ia angkat ketimbang mengalokasikan waktu untuk membahas dirinya sendiri.   

Karakter sutradara dalam film yang diperankan Panahi di No Bears dipotret sebagai sosok yang agak arogan dan suka memerintah. Bukannya aktif memanfaatkan waktunya untuk menjelajah desa yang kaya kultur itu, sang sutradara justru lebih sering mengurung diri di kamar. 

Alih-alih menyaksikan sendiri, ia malah meminta seorang warga desa untuk merekamkan upacara adat yang sedang berlangsung. Pada adegan lainnya, ia juga dikritik habis oleh salah satu aktor yang merasa bahwa sutradara melanggar kesepakatan tentang alur cerita. 

Baca Juga: 7 Film Thriller Non Hollywood Bebas Adegan Gore, Tetap Bikin Bergidik

4. Sarat kritik pada sistem pemerintahan diktator

[REVIEW] No Bears, Kisah Cinta dengan Muatan Kritik pada Pemerintahfilm No Bears (dok. Janus Films/No Bears)

Kisah cinta paralel yang meliputi si sutradara dalam No Bears bukanlah balada melankolis biasa. Ada muatan kritik pada pemerintah di dalamnya. Pasutri di Turki tersebut misalnya diceritakan pernah mendekam di penjara sebagai tahanan politik.

Salah seorang pemuda yang terlibat cinta segitiga di desa itu dikeluarkan dari kampus karena pernah terlibat dalam sebuah aksi protes anti-pemerintah. Belum lagi, si sutradara sendiri yang secara gamblang diceritakan sedang mencari cara untuk menyelundupkan film garapannya ke luar negeri. 

5. Sebuah film yang butuh ketekunan penontonnya 

[REVIEW] No Bears, Kisah Cinta dengan Muatan Kritik pada Pemerintahfilm No Bears (dok. Janus Films/No Bears)

Konflik dalam No Bears dibangun dengan laju yang lumayan lambat dan didominasi dialog ketimbang action-pack, khas film-film auteur yang biasa diputar di festival. Ini yang mungkin membuat sebagian penonton tidak memiliki kesabaran cukup untuk menikmati film sampai kredit diputar. 

Namun, kesabaranmu akan berbuah manis bila kamu tekun mengikuti tiap liku dalam No Bears. Panahi menyiapkan banyak kejutan pada babak akhir yang siap membuatmu terbelalak tak percaya. 

No Bears merupakan jalan ninja yang diambil Panahi untuk mengekspresikan opininya. Ketika demonstrasi dibalas tindak represif, kisah cinta pun ia jadikan media melontarkan kritik. 

Baca Juga: [REVIEW] Mandabi, Komedi Klasik Afrika yang Bahas Dilema Pascakolonial

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya