6 Isu Penting yang Diangkat dalam Serial Netflix Dahmer

Tak sempurna, tetapi cukup informatif di beberapa sisi

Pada akhir September lalu, series Netflix terbatas dengan judul Monster: The Jeffrey Dahmer Story telah dirilis. Serial sepuluh episode ini merupakan cerita ulang tentang sosok pembunuh berantai bernama Jeffrey Dahmer yang aktif melancarkan aksinya pada 1978 hingga 1991. 

Dengan konsep dramatisasi, series ini berusaha memberikan sudut pandang yang berimbang antara pelaku dan para korbannya. Gunanya untuk menghindari kesan glorifikasi terhadap sosok kriminal tersebut. Sayangnya, series ini tak luput dari kritik, terutama para keluarga korban yang merasa tak dihargai. Mereka menyebut serial ini membuka luka lama mereka dan merasa tereksploitasi.

Pasalnya, sudah banyak sineas yang menceritakan ulang sosok pembunuh keji tersebut. Pihak kreator juga dituding tidak melakukan konsultasi dan memberikan kompensasi apapun pada keluarga korban. 

Terlepas dari itu, beberapa pihak memujinya karena ada beberapa isu penting yang berhasil diangkat para kreator serial Dahmer Netflix. Apa saja?

1. Diskriminasi terhadap minoritas  

6 Isu Penting yang Diangkat dalam Serial Netflix Dahmeradegan serial Dahmer (dok. Netflix/Monster: The Jeffrey Dahmer Story)

Series ini dikemas dengan alur maju-mundur. Pada episode-episode awal, kita langsung diajak ke tahun 1991. Saat itu, salah satu calon korban Dahmer berhasil kabur dan melaporkannya ke polisi. Dengan bukti-bukti yang ditemukan polisi di apartemennya, Dahmer akhirnya ditangkap. 

Pada dua episode awal tersebut pula, kreator menggarisbawahi bagaimana Dahmer memanfaatkan sistem yang diskriminatif untuk mencari korban yang berasal dari etnis minoritas di Amerika Serikat.

Salah satunya bahkan masih di bawah umur dan polisi gagal menyelamatkannya karena lebih percaya pada Dahmer yang berkelit. Laporan dari tetangga-tetangga Dahmer yang mayoritas berkulit hitam tentang aroma-aroma aneh di kamarnya pun tak digubris. 

2. Child neglect

6 Isu Penting yang Diangkat dalam Serial Netflix Dahmeradegan serial Dahmer (dok. Netflix/Monster: The Jeffrey Dahmer Story)

Serial ini juga mencoba menilik secuplik masa kecil Dahmer yang tak mendapat perhatian cukup dari orangtuanya. Dari pengakuan orangtuanya, terungkap Dahmer bahkan sempat hidup sendiri pada usia 17-18 tahun usai ayah dan ibunya bercerai. 

Child neglect atau pengabaian anak adalah masalah serius. Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), saat bertumbuh anak butuh bimbingan dan approval agar bisa berinteraksi secara normal dalam berbagai skema sosial. 

Tamara Higgs dalam tesis untuk program masternya di Regis University dengan judul "Jeffrey Dahmer: Psychopathy and Neglect", menyebut bahwa anak yang mengalami pengabaian berisiko tinggi mengidap sindrom anti-sosial, borderline personality disorders, dan sering berperilaku brutal. Semua tanda-tanda ini ditunjukkan Dahmer semenjak remaja.

Dalam serial rilisan Netflix tersebut, Dahmer diceritakan menjadi pribadi yang merindukan koneksi dan perasaan memiliki, tetapi gagal mendapatkannya di manapun. Dalam beberapa interaksi dengan korbannya dalam series, ia akan bersikap temperamental ketika korban mulai curiga dengan tindak tanduknya dan berniat meninggalkannya. 

3. Alkoholisme

6 Isu Penting yang Diangkat dalam Serial Netflix Dahmeradegan serial Dahmer (dok. Netflix/Monster: The Jeffrey Dahmer Story)

Ketika hidup sendiri tanpa orangtua, Dahmer mulai mengalami gejala-gejala kecanduan alkohol. Melansir Healthline, beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seseorang menjadi pecandu alkohol adalah tumbuh di tengah keluarga yang tidak harmonis, tidak memiliki ikatan kuat dengan keluarga dan komunitas, serta lahir dengan orangtua yang tidak perhatian. Semua tanda-tanda tersebut bisa ditemukan dalam kasus Jeffrey Dahmer.

Merujuk artikel Jerry Smith untuk agensi berita United Press International (UPI) pada 1992, Dahmer bahkan menggunakan alkohol untuk menekan rasa takut dan khawatirnya ketika melakukan aksi pembunuhan. 

Meski begitu, perlu ditekankan bahwa segala ketidakberuntungan seseorang di masa kecilnya (seperti kekerasan domestik, pelecehan seksual, dan pengabaian) tidak bisa jadi pembenaran baginya untuk melakukan tindakan sadis. 

4. Kelainan seksual yang tidak ditangani

6 Isu Penting yang Diangkat dalam Serial Netflix Dahmeradegan serial Dahmer (dok. Netflix/Monster: The Jeffrey Dahmer Story)

Isu lain yang diangkat dalam serial Dahmer di Netflix adalah kelainan seksual yang tidak ditangani. Melansir liputan Washington Post pada 1992, ketika proses peradilan atas kasus Jeffrey Dahmer masih berjalan, ia didiagnosa mengidap beberapa kelainan seksual.

Tidak hanya nekrofilia (kepuasan melakukan hubungan seksual dengan jenazah), tetapi juga keinginannya untuk melakukan lobotomi (mengurangi kesadaran dan gerakan) pada pasangan. Itulah mengapa ia biasanya akan memberikan obat tidur pada calon korbannya. 

Jentzen, dkk dalam The American Journal of Forensic Medicine and Pathology menyebut pula konsep fetisisme. Dalam kasus Dahmer, ia didiagnosa memiliki obsesi berlebih terhadap organ dalam, baik hewan maupun manusia. Versi Netflix juga menunjukkan bagaimana Dahmer beberapa kali mencoba membuka diri akan kelainan seksualnya, tetapi anggota keluarganya bersikap masa bodoh atau menyangkal. 

Baca Juga: Dijuluki Kanibal Milwaukee, 10 Fakta Pembunuh Berantai Jeffrey Dahmer

5. Depresi saat kehamilan dan pascamelahirkan

6 Isu Penting yang Diangkat dalam Serial Netflix Dahmeradegan serial Dahmer (dok. Netflix/Monster: The Jeffrey Dahmer Story)

Depresi postpartum disebut pada episode 2-3 ketika serial fokus pada masa kecil Dahmer. Ditunjukkan bahwa sang ibu beberapa kali mengalami perubahan suasana hati, bahkan melakukan aksi-aksi yang mengancam nyawanya sendiri dan sang anak. Saat itu, dokter hanya menganggapnya sebagai pengaruh hormon saat kehamilan. 

Barulah setelah sang ibu bercerai dari sang ayah, sekitar belasan tahun setelahnya kehamilan pertama dan keduanya, ditemukan istilah bernama depresi pascamelahirkan. Depresi ini menyerang ibu yang baru saja melahirkan. Sebagian orang yang tidak memahami konsep ini akan menganggap hal tersebut mustahil karena ibu diharapkan akan menikmati momen mengasuh anaknya. Nyatanya melansir Cleveland Clinic, depresi pascamelahirkan menyerang kurang lebih 75 persen perempuan. 

Depresi juga bisa menyerang ibu hamil. Melansir Mayo Clinic, depresi saat kehamilan bisa menyerang ibu hamil yang memiliki riwayat depresi dan gangguan mental lainnya, tidak memiliki dukungan sosial yang kuat, hingga mengalami kekerasan dalam rumah tangga (termasuk kekerasan verbal). Ketiga risiko di atas dimiliki ibu Dahmer. 

6. Etika saat menceritakan ulang true crime

https://www.youtube.com/embed/NVHHs-xllqo

Isu terakhir yang disoroti ketika serial ini dirilis adalah etika menceritakan kembali kisah-kisah true crime. Mengingat ini tentang privasi dari keluarga pelaku dan terutama korban, maka kebanyakan kreator akan melakukan konsultasi pada pihak-pihak terkait. Beberapa tidak mengalami masalah karena memang dikemas dalam format dokumenter dengan mewawancarai dan memberikan kompensasi langsung pada pihak-pihak yang bersangkutan. 

Namun, dalam kasus dramatisasi seperti yang dilakukan Netflix untuk serial Monster: The Jeffrey Dahmer Story, ada beberapa proses yang dilewati. Kreator tidak melibatkan pihak bersangkutan secara langsung serta ada beberapa adegan yang tidak akurat. 

Netflix sudah pernah membuat serial true crime serupa berjudul When They See Us. Dalam proyek tersebut mereka berkomitmen membuat cerita yang fokus pada sudut pandang korban dan dalam proses eksekusinya, kreator melakukan konsultasi penuh pada pihak-pihak yang berkepentingan. 

Tak heran bila akhirnya serial Netflix Dahmer menuai kontroversi. Meskipun sudah berusaha menampilkan sudut pandang korban dan tak mengglorifikasi sosok Dahmer, mereka melewatkan satu tahap yang cukup krusial selain riset. Bagaimana menurutmu? 

Baca Juga: Review Film My Friend Dahmer: Menilik Masa Lalu Pembunuh Berantai

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya