7 Sutradara Perempuan yang Langganan Garap Film Feminis

Isu perempuan diangkat secara relevan oleh mereka

Representasi perempuan dalam film biasanya didominasi bias perspektif laki-laki atau yang sering dikenal dengan istilah male gaze. Perempuan seringkali digambarkan sebagai objek atau sidekick tanpa kontribusi yang benar-benar nyata.

Dari situlah muncul sutradara-sutradara perempuan yang memiliki misi menciptakan representasi karakter perempuan dalam film yang lebih akurat dan relevan. Ada Agnes Varda sampai Greta Gerwig, yuk kenalan lebih dekat dengan para sutradara yang kerap menggarap film feminis berikut ini. 

1. Agnes Varda 

https://www.youtube.com/embed/GvBQ596Zsqk

Agnes Varda adalah sineas asal Prancis yang sudah melanglang buana di industri film sejak tahun 1950-an. Ia dikenal karena sensitivitasnya yang tinggi dalam mengangkat isu-isu tentang perempuan lewat karya-karyanya. Varda menjadi trendsetter karena menjadi satu dari sedikit sutradara yang mendapuk perempuan sebagai lakon utama di film pada tahun 1950-1960-an. 

Varda termasuk sutradara yang eksperimental, kadang menggabungkan unsur musikal dan dokumenter dalam film fiturnya. Beberapa karya terbesarnya antara lain Vagabond, Kung Fu Master, The Young Girls Turn 25, dan The Gleaners and I. 

2. Jane Campion

https://www.youtube.com/embed/61ooIf1QDZo

Dalam film-filmnya, Jane Campion seringkali mengangkat isu kebebasan memilih untuk perempuan serta kritik pada toxic masculinity. Namanya paling dikenal lewat film The Piano, Bright Star, dan An Angle at My Table. 

Terakhir, ia kembali mendulang kesuksesan lewat film The Power of the Dog yang merajai Academy Awards 2022. FIlm-filmnya kebanyakan berlaju lambat dengan lanskap yang menawan, serta plot yang unik. Bagai angin segar di musim panas. 

3. Marielle Heller 

https://www.youtube.com/embed/UvJIaNsf_bY

Marielle Heller bukan hanya sutradara, ia lebih dulu berkarier jadi aktris cilik dan beberapa waktu lalu tampil di Queen's Gambit bersama Anya Taylor-Joy. Heller baru menemukan motivasi menjadi sutradara di akhir usia 20-an ketika ia merasa tidak puas dengan peran-peran yang ia dapat sebagai aktris. 

Dari situlah, ia mulai menulis naskah sendiri. Film pertama yang ia sutradarai adalah The Diary of a Teenage Girl yang mencoba mengeksplorasi seksualitas seorang remaja putri. Namun, filmnya dianggap terlalu berani dan kontroversial mengingat karakter utamanya masih berusia di bawah umur. Namanya baru mendapatkan pujian ketika merilis Can You Ever Forgive Me? dan A Beautiful Day in the Neighbourhood. 

Baca Juga: 8 Fakta 'Promising Young Woman', Film Feminis yang Pantik Diskusi

4. Chantal Akerman 

https://www.youtube.com/embed/rdb3KzJU-d4

Chantal Akerman adalah salah satu pelopor film feminis di dunia. Ia dikenal luas lewat film Jeanne Dielman, 23 Commerce Quay, dan 1080 Brussels yang rilis di tahun 1970-an. Film tersebut dianggap eksperimental atau masuk kategori avant-garde. Sebab, berdurasi lama dan diambil dari kamera statis untuk memperkuat kritiknya pada rutinitas perempuan yang seringkali terkurung dalam satu dogma tertentu.

Akerman juga merilis beberapa karya menarik lain yang masih berbau feminis, seperti Portrait of a Young Girl at the End of the 1960s in Brussels, News From Home, dan Meeting with Anna. Meski sering diberi label feminis oleh kritikus dan media, Akerman ternyata tidak begitu suka dengan kategorisasi. Menurutnya, ia hanya perempuan yang membuat film tentang perempuan. 

5. Haifaa Al-Mansour

https://www.youtube.com/embed/UqikWGerUsc

Haifaa Al-Mansour menjadi sosok prominen. Sebab, ia menjadi satu dari sedikit perwakilan perempuan dalam industri film di Arab Saudi. Sejauh ini, Al Mansour telah merilis enam film dan semuanya mengangkat isu feminisme serta lakon utamanya seorang perempuan. 

Karyanya yang mengguncang dunia adalah Wadjda di tahun 2012. Disusul dengan The Perfect Candidate, Mary Shelley, dan Nappily Ever After. Sisanya film-film pendek. Tak hanya tentang Arab Saudi, beberapa filmnya berlatarkan negara Barat. 

6.  Kelly Reichardt

https://www.youtube.com/embed/7QXEK64ba08

Reichardt adalah salah satu sutradara perempuan asal Amerika Serikat. Ia dikenal lewat kepiawaiannya meramu ide-ide feminisme dan kritik pada patriarki dalam film. Ia berhasil melakukannya lewat Certain Women, Wendy and Lucy, dan Showing Up.

Tak hanya itu, ia juga kadang mendapuk lakon pria di filmnya, tetapi digarap dengan eksplorasi emosi yang realistis. Memberikan kesan bahwa laki-laki tidak harus identik dengan maskulinitas. Coba saja simak idenya lewat film Old Joy dan First Cow. 

7. Greta Gerwig 

https://www.youtube.com/embed/YdxCnCvCngk

Nama yang tak boleh terlewat tentu Greta Gerwig. Sebelum film feminisnya yang berjudul Lady Bird dan Little Women sukses besar, Gerwig sempat merilis Frances Ha dan Mistress America. Keduanya pun juga ia bintangi sekaligus. 

Baru-baru ini, ia sedang sibuk menggarap film live-action Barbie. Tentu orang penasaran dengan bagaimana ia mengemas representasi perempuan lewat film yang identik dengan standar kecantikan "sempurna" tersebut.

Eksistensi sutradara perempuan membuat film jadi lebih terasa relevan dengan kehidupan nyata. Beberapa mungkin mengkritiknya sebagai pendobrak status quo, tetapi isu dan kritiknya memang penting buat didiskusikan serta dicari solusinya. 

Baca Juga: 10 Drama Korea Karya Sutradara Perempuan, Bukti Emansipasi!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya