5 Tes yang Sering Dipakai untuk Menilai Representasi dalam Film 

Representasi penting dalam dunia perfilman 

Ada beberapa tes yang sering dipakai untuk menilai representasi dalam film. Apa yang menentukan kualitas sebuah film? Apakah itu karakter, plot yang menarik, atau visualisasi yang indah?

Bagi beberapa orang, keterwakilan perempuan dan orang-orang minoritas menjadi hal yang penting dalam film. Beberapa tes dibuat untuk menguji apakah film-film yang tayang telah menunjukkan representasi yang baik terhadap perempuan dan ras minoritas. Apa saja kira-kira tes itu? Yuk, simak lima tes yang sering dipakai untuk menilai representasi dalam film.

1. Tes bechdel

5 Tes yang Sering Dipakai untuk Menilai Representasi dalam Film cuplikan film The Help (dok. DreamWorks Pictures/The Help)

Dipopulerkan oleh Alison Bechdel, bechdel test atau tes bechdel menilai apakah sebuah film sudah cukup memasukan karakter perempuan ke dalamnya. Agar bisa lolos, film harus memenuhi tiga kriteria, yaitu memiliki minimal dua karakter perempuan, kedua karakter perempuan itu harus berinteraksi satu sama lainnya, dan mereka harus membicarakan topik selain tentang laki-laki.

Banyak film terkenal yang gagal dalam tes ini, seperti film The Avengers (2012) dan Ratatouille (2007). Namun, banyak pula film bermutu lainnya yang lolos. Salah satunya adalah The Help (2011) di mana nyaris semua karakternya adalah perempuan.

2. Tes pierce

5 Tes yang Sering Dipakai untuk Menilai Representasi dalam Film cuplikan film The Hunger Games: Mockingjay Part 1 (dok. Lionsgate/The Hunger Games: Mockingjay Part 1)

Tes yang dibuat oleh Kimberly Pierce ini bisa disebut sebagai versi tes bechdel yang lebih kompleks. Tes ini juga berfokus pada keterwakilan perempuan di film. Untuk dapat lolos tes ini, karakter perempuan di film harus memiliki ceritanya sendiri, punya kebutuhan dan keinginan sendiri, terlihat berusaha mengejar keinginannya, dan penonton harus bisa mengerti atau berempati dengannya.

Salah satu film yang lolos tes pierce adalah trilogi film The Hunger Games. Tidak perlu dipertanyakan lagi, determinasi dan usaha Katniss serta karakter-karakter perempuan lainnya tentu saja memenuhi semua kriteria dalam tes ini. Trilogi ini juga dengan sukses lolos tes bechdel.

Baca Juga: 30 Film Horor Terseram Sepanjang Masa, Ada Film Indonesia!

3. Tes duvernay

5 Tes yang Sering Dipakai untuk Menilai Representasi dalam Film cuplikan film Parasite (dok. CJ Entertainment/ Parasite)

Kontroversi menyelimuti Oscar di tahun 2015-2016. Banyak penonton hingga artis protes dengan tidak cukupnya representasi karakter non-kulit putih dalam dunia perfilman. Kontroversi ini akhirnya melahirkan tagar #OscarsSoWhite dan juga tes duvernay.

Konsep tes duvernay dibuat oleh Manohla Dargis, dinamakan atas Ava DuVernay, dan dikatakan mendapatkan inspirasi dari tes bechdel. Karena berfokus pada ras, sebuah film dapat lolos tes ini apabila memiliki karakter ras minoritas dengan keinginan dan tujuannya sendiri. Beberapa film terkenal yang lolos tes ini adalah Black Panther (2018) yang merepresentasikan orang kulit hitam dan juga Parasite (2019) yang keseluruhan karakternya berisi orang Asia.

4. Tes landau

5 Tes yang Sering Dipakai untuk Menilai Representasi dalam Film cuplikan film Edge of Tomorrow (dok. Warner Bros/Edge of Tomorrow)

Jika tiga tes sebelumnya berfokus pada karakter yang seharusnya ada di film, tes landau berfokus pada apa yang seharusnya tidak ada di film. Film dapat dikatakan lolos tes buatan Noga Landau ini apabila tidak memiliki karakter utama perempuan yang meninggal. Selain itu, karakter utama perempuan tidak boleh menyebabkan masalah besar untuk karakter laki-laki.

Meskipun tidak lolos tes bechdel, film Edge of Tomorrow (2014) memenuhi syarat dalam tes landau. Tidak mengherankan. Kehebatan karakter Rita Vrataski (Emily Blunt) dalam menghadapi musuh dan menjadi mentor bagi Cage (Tom Cruise) memang menjadi nilai lebih tersendiri dalam film ini.

5. Tes rees davies

5 Tes yang Sering Dipakai untuk Menilai Representasi dalam Film cuplikan film Batman v Superman: Dawn of Justice (dok. Warner Bros. Pictures/ Batman v Superman: Dawn of Justice)

Tes terakhir ini berbeda dengan tes-tes sebelumnya. Tes rees davies tidak menilai apa yang ada di film, melainkan yang terjadi di belakang layar. Untuk dapat lolos tes ini, dalam masing-masing departemen di pembuatan film harus memiliki minimal 2 kru atau anggota perempuan. Walaupun kerap menimbulkan kontroversi antar fans, film Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) memenuhi syarat dalam tes ini.

 

Representasi tentu menjadi hal yang penting dalam dunia perfilman. Dengan adanya representasi yang tepat, film bisa menjadi lebih dinamis dan dapat menyentuh hati banyak penonton. Walaupun tidak langsung menjamin bagusnya kualitas film, syarat-syarat dalam tes-tes di atas pastinya tetap patut untuk dipenuhi. Apakah film kesukaanmu sudah lolos tes-tes itu?

Baca Juga: 7 Film Esensial dari Sutradara Afrika, Representasi Kulturalnya Akurat

Helmi Elena Photo Verified Writer Helmi Elena

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya