Distorsi Korporasi: Sebuah Cerita tentang Band Tigabelas Tonbesi

Kejenuhan dunia korporat jadi bahan bakar Tigabelas Tonbesi

Kutipan yang paling menggambarkan band Tigabelas Tonbesi adalah “don’t judge a book by its cover”. Sebab, band asal Jakarta Selatan ini berisi para eksekutif korporat lengkap dengan jas, dasi, dan kacamata. Namun, di balik jabatan penting di kantornya masing-masing, para personil Tigabelas Tonbesi masih menyimpan energi yang buas. Sepulang kerja, seluruh atribut korporat mereka berganti menjadi jaket tracker, t-shirt band, bandana, boots dan attitude yang liar. Ingin kenalan lebih jauh dengan band satu ini? Yuk simak terus guys!

1. Filosofi nama Tigabelas Tonbesi

Distorsi Korporasi: Sebuah Cerita tentang Band Tigabelas TonbesiInstagram.com/tigabelastonbesi

Nama Tigabelas Tonbesi terkesan berat karena memang memiliki filosofi yang mendalam. Kamu pasti tahu kalau banyak yang menginterpretasikan tiga belas (13) sebagai angka yang penuh mitos. Bahkan, angka 13 dianggap membawa sial sejak zaman Kabbalah. Namun, gak sedikit pula yang beranggapan sebaliknya.

Besi bersifat solid dan kuat. Tapi kalau gak dirawat akan berkarat dimakan waktu. Sama seperti manusia, kalau gak mampu berkembang maka akan mati tergilas zaman. Selain itu, Tigabelas Tonbesi memiliki huruf awal yang sama, menggambarkan dua sifat ekstrim yang ada dalam diri manusia, yaitu baik dan buruk. Keduanya tergantung dari pribadi seorang manusia, jalan mana yang akan dia pilih.

2. Tigabelas Tonbesi berangkat dari kegelisahan

Distorsi Korporasi: Sebuah Cerita tentang Band Tigabelas TonbesiInstagram.com/tigabelastonbesi

Proses kelahiran Tigabelas Tonbesi dimulai dari kegelisahan sang vokalis dan gitaris, Hari Suseno, untuk kembali ke dunia musik setelah beberapa lama vakum semenjak bandnya bubar di tahun 2005. Pada tahun 2017, Hari dipertemukan dengan Mozart, Putri (Traxap), dan Ami yang punya keinginan yang sama yaitu berekspresi liar setelah jenuh bergumul dengan dunia korporat setiap hari.

Hingga pada tanggal 26 November 2017 Tigabelas Tonbesi pun lahir dengan formasi Hari pada vokal dan gitar, Putri pada bass dan vocal, Ami pada gitar, dan Mozart pada drum. Namun formasi awal ini gak bertahan lama.

Mozart sang penabuh drum memutuskan untuk berkarir di luar pulau. Sehingga posisi drummer pun akhirnya digantikan oleh Miko (Deadpits). Sehingga formasi Tigabelas Tonbesi saat ini adalah Hari pada vokal dan gitar, Putri pada bass dan vocal, Ami pada gitar, dan Miko pada drum.

3. Menyatukan empat kepala adalah sebuah tantangan

Distorsi Korporasi: Sebuah Cerita tentang Band Tigabelas TonbesiInstagram.com/tigabelastonbesi

Menyatukan beberapa individu untuk menjadi sebuah band yang mumpuni bukanlah perkara yang mudah. Walaupun berlandaskan rock, masing-masing personil Tigabelas Tonbesi memiliki latar belakang dan gaya bermain musik yang berbeda-beda.

Contohnya, Hari Suseno dengan beberapa bandnya terdahulu memiliki range musik yang cukup luas. Cabikan bass Putri berwarna rock alternatives, dan siapa gak kenal Traxap, bandnya dulu yang sangat lantang pada dekade akhir 90 dan 2000-an. Ditambah lagi gebukan drum Miko yang keras dan buas, total hardcore! Semua ini bercampur dengan petikan gitar kental rasa heavy metal dari Ami.

Dalam bermusik mereka pun banyak dipengaruhi oleh banyak musisi dan band, seperti Coal Chambers, Suicidal Tendencies, Smashing Pumpkins, Anthrax, Megadeth, Nails dan Pantera. Selain ini mereka juga cukup terpengaruh oleh Ride, My Bloody Valentine, Sonic Youth, Beastie Boys, dan bahkan RUN DMC.

4. Berkolaborasi dengan produser Bampak

Distorsi Korporasi: Sebuah Cerita tentang Band Tigabelas TonbesiInstagram.com/tigabelastonbesi

Seiring berjalannya waktu, Tigabelas Tonbesi meminta bantuan Bampak untuk menjadi produser di album pertama mereka. Bagi kamu yang belum tahu, Bampak adalah seorang musisi yang pernah menahkodai The Miskins, sebuah band yang sangat dikenal oleh kalangan pecinta musik rock dan metal tanah air pada tahun 2000-an.

Bekerjasama dengan Bampak, Tigabelas Tonbesi melebur gaya permainan masing-masing personilnya untuk untuk menciptakan aransemen-aransemen yang seimbang dan harmonis untuk menciptakan alunan musik ganas nan indah.

5. Genre Distorsi Korporasi jadi identitas Tigabelas Tonbesi

Distorsi Korporasi: Sebuah Cerita tentang Band Tigabelas TonbesiInstagram.com/tigabelastonbesi

Tigabelas Tonbesi menyajikan keindahan dalam musik berdistorsi. Genre mereka adalah Distorsi Korporasi, yaitu sebuah genre musik rock/metal yang berirama kencang namun tetap enak didengar. Genre ini jadi identitas mereka bukan tanpa alasan lho.

Distorsi Korporasi adalah sebuah elemen yang lekat di kehidupan para personil Tigabelas Tonbesi. Sebuah filosofi hidup manusia yang bekerja mengais rezeki di dunia korporat namun tetap memiliki hasrat kuat untuk mengekspresikan diri dalam musik.

6. Karya Tigabelas Tonbesi punya makna dalam

Distorsi Korporasi: Sebuah Cerita tentang Band Tigabelas TonbesiInstagram.com/tigabelastonbesi

Pada bulan September 2017, bertempat di Venom studio, Jakarta, Tigabelas Tonbesi berhasil merekam 5 buah single berbahaya yang berirama catchy, ganas, namun tetap harmonis sehingga dapat memanjakan siapapun yang mendengarnya. Kelima single yang ditulis Hari Suseno dan diaransemen bersama Bampak ini menyuarakan tentang perjalanan kehidupan, hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta.

7. EP Tigabelas Tonbesi akan jadi epik

Distorsi Korporasi: Sebuah Cerita tentang Band Tigabelas TonbesiInstagram.com/tigabelastonbesi

EP yang akan segera diluncurkan Tigabelas Tonbesi ini akan jadi sebuah karya yang fenomenal. Proses Mixing untuk EP pertama mereka telah diselesaikan dengan sempurna oleh Jones Roma (@jonesroma), seorang sound engineer apik yang turut andil dalam remixed lagu U2 Red Hill Mining Song bersama Steve Lillywhite di tahun 2017 lalu. Selain itu, ada dua lagu yang akan di-remix, satu track oleh DJ Indra7 (@indra7), dan satu track lagi oleh Agrikulture (@agrikulture).

Logo mereka pun kini sedang dikerjakan oleh Anggareza Aditya (@anggarez) yang karya-karyanya sudah terkenal dan banyak digunakan oleh musisi heavy metal dan rock sekaliber Seringai, Deadsquad, dan Kandarivas yang merupakan sebuah band asal Jepang. Rencananya seluruh artwork untuk EP Tigabelas Tonbesi akan dikerjakan olehnya.

Selanjutnya akhir Februari 2019 nanti Mastering untuk EP mereka akan dikerjakan oleh James Plotkin (@plotkinworks) di Amerika Serikat. Seorang audio engineer, musisi dan produser, yang gak asing di kalangan musisi Amerika Serikat dan Eropa. Untuk musisi lokal, KOIL adalah band yang pernah bekerjasama dengan James Plotkin di album MEGALOBLAST versi piringan hitam.

Mendengarkan Tigabelas Tonbesi akan seperti berkelana di alam liar nan indah, seperti berkelahi namun sambil tersenyum. Jadi, sudah siap mendengar kumandang Tigabelas Tonbesi dan berpesta bersama?

Topik:

  • Karsa Adiguna

Berita Terkini Lainnya