7 Fakta di Balik Film Raya And The Last Dragon, Riset ke Indonesia

Film animasi pertama yang dibuat dari rumah

Raya and the Last Dragon jadi salah satu film garapan rumah produksi Disney yang paling dinanti. Film animasi ini mengambil inspirasi cerita dari mitos yang ada di Asia Tenggara.

Dua tokoh utama di film ini diisi oleh aktris Hollywood berdarah Asia Tenggara pula. Raya suaranya diisi oleh Kelly Marie Tran dan suara Sisu, si naga terakhir, diisi oleh Awkwafina.

IDN Times sempat mewawancarai Kelly Marie, Awkwafina, serta para pembuat film termasuk produser Osnat Shurer dan penulis naskah Adele Lim pada 21 Februari 2021 lalu. Mereka mengungkapkan fakta-fakta menarik di balik proses pembuatan film Raya and the Last Dragon. Simak deretan faktanya, yuk.

1. Riset ke enam negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia

7 Fakta di Balik Film Raya And The Last Dragon, Riset ke IndonesiaDok. Disney+ Hotstar Indonesia

Raya and the Last Dragon telah disiapkan selama beberapa tahun terakhir. Demi film ini saja, para pembuat film sampai riset ke enam negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, and Singapura.

"Pembuat film sudah pergi melakukan riset ke beberapa negara dan mengeksplor lebih dalam masing-masing negara. Lalu muncul lah ide tokoh utama petarung wanita tangguh dan naga," ungkap Adele Lim.

2. Dibuat oleh para filmmaker berdarah keturunan Asia Tenggara

7 Fakta di Balik Film Raya And The Last Dragon, Riset ke IndonesiaDok. Disney+ Hotstar Indonesia

Film ini tidak hanya menyajikan tentang persepsi budaya masyarakat negara Asia Tenggara di mata Hollywood. Melainkan, orang di balik layar Raya and the Last Dragon memang memiliki hubungan dengan negara-negara terkait juga. Termasuk pengisi suara utama Kelly Marie yang memiliki darah Vietnam dan Awkwafina yang memiliki darah Singapura.

"Tim kreatif yang jadi kunci di balik cerita ini adalah dua penulis kita, Adele lahir dan besar di Malaysia dan Qui Nguyen berasal dari Vietnam. Saya juga pernah tumbuh di Thailand," ujar produser Osnat Shurer.

3. Sebagian besar proses dikerjakan dari rumah

7 Fakta di Balik Film Raya And The Last Dragon, Riset ke IndonesiaDok. Disney+ Hotstar Indonesia

Diproduksi dalam keadaan pandemik, ternyata sebagian besar proses pembuatan Raya and the Last Dragon dibuat dari rumah. Diakui oleh sutradara Don Hall bahwa mencurahkan dan mengeksekusi setiap ide dalam meeting di Zoom jadi tantangan terbesar.

"Kesulitannya bukan masalah teknis, tapi lebih ke bagaimana kebiasaan kita kerja di Disney yang jadi agak rumit, karena harus beralih ke Zoom. Kita bahkan jarang melakukan obrolan santai yang biasa dilakukan ketika ngantor," kata Don Hall.

Kalau urusan teknis, Osnat Shurer merasa lebih kesulitan lagi. Dia sebagai produser harus benar-benar memastikan setiap keputusan yang diambil oleh sutradara lewat jalur virtual.

"Film animasi dibuat dengan ribuan detail yang juga butuh ribuan keputusan dari sutradara. Oleh karena kita harus pakai medium ini (Zoom), ini hal yang gak mudah," ujarnya.

4. Asyiknya syuting dari rumah menurut Awkwafina: bisa syuting tanpa pakai celana

7 Fakta di Balik Film Raya And The Last Dragon, Riset ke IndonesiaDok. Disney+ Hotstar Indonesia

Tak cuma pembuatan animasinya, pengisian suara masing-masing karakter juga dilakukan dari rumah. Awkwafina berkelakar kalau mengisi suara Sisu dari rumah cukup menyenangkan karena dia bisa melakukannya tanpa memerdulikan penampilan.

"Situasi ini agak lebih mudah karena saya bisa merekam adegan walau tanpa pakai celana. Ya, karena yang dibutuhkan hanya suara saja," katanya sambil tertawa.

Baca Juga: Segera Tayang, Ini 10 Pengisi Suara Disney 'Raya and The Last Dragon'

5. Gak pernah tahu kapan produksi berakhir

7 Fakta di Balik Film Raya And The Last Dragon, Riset ke IndonesiaDok. Disney+ Hotstar Indonesia

Salah satu momen yang sempat Awkwafina dan Kelly Marie rasakan sebagai pengisi suara di Raya and the Last Dragon, mereka gak pernah tahu kapan produksi ini akan berakhir. Sebab, mereka beberapa kali sempat merasa sudah melakukan adegan terakhir, tapi ternyata masih saja ada adegan tambahan untuk diambil suaranya.

"Aku gak tahu kapan sesi rekaman terakhir atau aku beberapa kali merasa ini sudah sesi terakhir, tapi ternyata tiga menit kemudian kamu dapat tugas merekam adegan lagi di pekan depan," ungkap Kelly Marie.

6. Bagi Kelly dan Awkwafina, jadi pengisi suara film animasi cukup sulit

7 Fakta di Balik Film Raya And The Last Dragon, Riset ke IndonesiaInstagram.com/disneyplus

Meski sudah beberapa kali jadi pengisi suara di film animasi, Kelly Marie dan Awkwafina tetap merasa kesulitan. Salah satunya bagaimana cara mengekspresikan apa yang ada di naskah ke dalam adegan. Bahkan kadang mereka harus mengeluarkan suara absurd tanpa tahu konteksnya.

"Aku rasa yang paling susah adalah kita gak pernah tahu secara spesifik adegan yang kita mainkan suaranya. Seperti terengah-engah misalnya, tanpa tahu konteksnya aku cuma mengeluarkan suara 'argh' 'argh' saja," kata pengisi suara Raya ini.

7. Tak pernah ada naga yang rendah hati seperti Sisu

7 Fakta di Balik Film Raya And The Last Dragon, Riset ke IndonesiaDok. Disney+ Hotstar Indonesia

Sisu berbeda dari naga yang pernah diperlihatkan di film animasi pada umumnya. Dia adalah satu-satunya naga yang bisa menyelamatkan umat manusia. Tapi Sisu sedikit spesial, karena kerendahan hatinya.

"Aku pikir banyak naga di dunia film. Tapi biasanya dia punya keagungan dan menunjukkan kekuatannya. Tapi Sisu punya pemikiran kalau dia bukanlah naga terbaik, dan itu yang membuat dia sangat menyenangkan dan berbeda. Aku rasa Sisu sangat unik dengan caranya sendiri," kata Awkwafina.

Nah, itu dia deretan fakta di balik proses pembuatan film Raya and the Last Dragon. Jangan lupa saksikan filmnya yang rilis pada 3 Maret 2021 di bioskop dan Disney+ Hotstar.

Baca Juga: Raisa-Via Vallen di Film Raya and The Last Dragon, Ini 5 Faktanya

Topik:

  • Zahrotustianah

Berita Terkini Lainnya