[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia 

Menurut Angga perkara pembajakan harus diperbaiki dari atas

Angga Dwimas Sasongko merupakan salah satu sineas hebat Indonesia. Kariernya sebagai sutradara dimulai pada 2006, saat dirinya membuat film Foto, Kotak dan Jendela. Tidak hanya menjadi sutradara, dalam film tersebut Angga turut menjadi produser dan penulis naskah. 

Bagi Angga, setiap karyanya memiliki ceritanya masing-masing. Hasil karya pria 36 tahun ini selalu berangkat dari kegelisahan dan passion-nya terhadap sesuatu. Pada Kamis (23/9/2021), IDN Times berkesempatan langsung untuk mewawancarai Angga Dwimas Sasongko. Yuk, simak ​​hasil wawancaranya berikut ini.

1. Sebelum sukses menjadi seorang sineas, Mas Angga telah melalui berbagai rintangan yang tidak mudah. Apa sih yang akhirnya membawa Mas angga ke industri ini?

[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia Angga Sasongko (instagram.com/anggasasongko)

"Saya jadi sutradara udah hampir 16 tahun. Saya bikin film pendek dari SMA, mungkin itu yang bikin saya ingin jadi seorang sineas."

2. Siapa saja sosok penting dalam karier Mas Angga sebagai seorang sineas?

[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia Angga Sasongko (instagram.com/anggasasongko)

"Saya bertanggung jawab terhadap karier saya sendiri. Kalau misalnya ditanya orangnya siapa, ya banyak banget. Tapi kalau paling penting pasti gak ada sih. I do it myself, I build my own company, I produce my own film. Jadi, ya kalo mau dibilang sukses, saya merasa belum sukses, tapi kalau orang ngeliat saya sudah sukses karena siapa, ya karena diri saya sendiri."

3. Selama sudah lebih dari 16 tahun Mas Angga berkarya, apa suka dukanya menjadi seorang sineas?

[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia Angga Sasongko (instagram.com/anggasasongko)

"Yang menarik dari pekerjaan saya adalah saya ketemu sama banyak orang. Saya punya privilege untuk bisa bekerja sama dengan banyak orang. Saya punya privilege untuk mendengarkan banyak cerita orang lain dari berbagai tempat yang kemudian jadi inspirasi di film-film saya seperti Cahaya dari Timur (2014), Surat dari Praha (2016), Filosofi Kopi (2015).

Semuanya berangkat bukan dari diri saya, tapi dari berangkat dari apa yang saya temukan. It’s a privilege to know about their stories. Kemudian, tumbuh sebagai manusia juga lewat dari cerita-cerita itu. Gak cuma sebagai seorang profesional, tapi juga sebagai seorang manusia."

4. Mas Angga sudah membuat sejumlah karya yang selalu sukses. Dari sejumlah karya yang sudah Mas Angga bikin, karya apa yang paling berkesan bagi Mas Angga?

[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia Angga Sasongko (instagram.com/anggasasongko)

"Sulit kalau ditanya soal itu karena setiap karya, saya gak pernah bikin sesuatu for granted. I never take for granted sama semua yang saya kerjakan. Jadi semua punya ceritanya masing-masing. Jadi gak ada sih, semuanya spesial, semuanya punya kesan. Semuanya menarik.

Setiap saya bikin film, saya punya hal-hal yang saya checklist bahwa film ini penting buat saya kerjain. Jadi gak ada yang lebih, gak ada yang kurang bahwa setiap film punya kesannya masing-masing. Cahaya dari Timur punya kesannya, Surat dari Praha punya kesannya, Bukaan 8 punya kesannya, bahkan saya bikin film pendek Konfabulasi ada kesannya. Jadi, semua film saya spesial buat saya."

Baca Juga: Pembajak Film Keluarga Cemara Disidang, Angga Sasongko: Ini Babak Baru

5. Bagaimana Mas Angga menyikapi kritikan bahkan tudingan netizen? Menurut Mas Angga, Apakah kritik itu memengaruhi karya Mas Angga selama ini?

[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia Angga Sasongko (instagram.com/anggasasongko)

"Nggak, saya gak pernah mikirin omongan orang lain. Jadi kita juga perlu pikirin, kalau kritik film itu adalah kritik film. Tapi kalau review atau respon itu adalah apa yang dikatakan netizen. Jadi yang punya kapasitas untuk kritik itu, kritikus film. Kalau netizen itu review atau sebuah ungkapan respon tehadap apa yang dia tonton dan apapun yang penonton dapatkan, lalu mereka utarakan di sosial medianya, buat saya itu haknya mereka. Selama mereka menikmati film saya secara legal, itu saja. Kalau udah nikmatin film saya secara illegal ya itu persoalan. Tapi kalau misalnya mereka nikmatin secara legal, mereka konsumen, mereka penonton, mereka punya hak untuk komentar apapun. 

Dan apakah komentar mereka memengaruhi saya berkarya? Ya nggak. Saya berkarya untuk diri saya sendiri dulu, baru untuk penonton. Maksudnya bahwa saya membuat produk, atau film sebaik-sebaiknya supaya penonton ketika masuk ke bioskop tentunya dengan apa yang sudah mereka korbankan, mereka tidak kecewa. Tapi, selalu karya itu berangkat dari kegelisahan saya. Selalu berangkat dari rasa penasaran saya, selalu berangkat dari passion saya terhadap sesuatu. 

Hari ini saya lagi bikin film Mencuri Raden Saleh, ya itu berangkat dari kegelisahan saya, dari passion saya terhadap seni, rupa. Kegelisahan saya terhadap bagaimana hari ini most powerful people itu selalu berusaha memanfaatkan atau mengambil benefit besar dari mereka yang powerless. Selalu berangkat dari situ, gak berangkat dari omongan orang."

6. Apa kedepannya Mas Angga berkeinginan untuk membuat film dengan tema dan genre lain? Kalau iya, kira-kira genre apa?

[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia Angga Sasongko (instagram.com/anggasasongko)

"Apa ya? Mungkin musikal. Saya belum pernah bikin musikal."

7. Pada tahun lalu, film Keluarga Cemara dibajak. Prosesnya pun dapat dibilang dibilang tidak mudah. Jika hal serupa terjadi pada sineas muda yang baru berkarya, menurut Mas Angga apa langkah yang harus mereka lakukan?

[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia Angga Sasongko (instagram.com/anggasasongko)

"Ikhlas aja. Udah gak bisa ngapa-ngapain. Saya yang punya resources aja capek, gimana yang gak punya resources, kan kasian. Ini negaranya memang tidak punya keseriusan terhadap pembajakan, kok. Jadi kalau misalnya kita karyanya dibajak--bahkan saya aja kalau gak karena demi membuat preseden tentang usaha melawan, saya pengennya ikhlas aja karena capek.

Sekarang contohnya platform-platform yang besar, yang punya subscribers besar, seperti Telegram dan TikTok, itukan juga bagian dari termasuk dalam lingkaran pembajakan ini. Film Indonesia banyak dibajak di Telegram dan TikTok. Bahkan TikTok dan Telegram tidak melakukan upaya apapun, tidak ada compliance dari pihak mereka, tidak ada usaha untuk bagaimana memastikan atau paling nggak ikut menjaga platformnya tuh diisi oleh konten-konten yang legal, ini kan penting, ya. Tapi ya memang negaranya gak peduli. Akhirnya platform-platform besarnya yang cari market di Indonesia juga jadi gak peduli.

Atasnya harus diperbaiki. Kalo dari akarnya, berarti bottom-nya itu market. 'Kalau ada yang gratis ngapain gue harus bayar'. Itukan hukum ekonomi paling dasar. Jadi yang perlu dibenarkan top-nya.

Misalnya TikTok, kebetulan TikTok sponsornya Sundance. Nah, TikTok harus punya policy, harus punya keinginan untuk memastikan bahwa konten-konten yang ada di TikTok itu legal. Gimana caranya? Kalau TikTok-nya berhasil menyumbat distribusi konten-konten illegal tersebut, maka orang gak akan nonton bajakan dari TikTok. Tapi, kalau TikTok gak menyumbat, pasti banyak orang yang akan nonton. Ngapain beli kalau bisa gratis lewat TikTok. Tapikan mungkin TikTok mendapatkan keuntungan juga lewat traffic yang besar gara-gara orang bisa nonton bajakan lewat TikTok walaupun patah-patah.

Kita gak bisa salahin masyarakat karena mereka selalu nyari akses. Kalau aksesnya dikasih illegal dan gak ada konsekuensi hukum apapun, ya diambil aja. Jadi, media musti berani ngomong bahwa problemnya tuh top, jangan selalu nyalahin market. Kalau misalnya platform kayak Telegram dan TikTok bisa comply, ya mungkin bisa mengurangi potensi pembajakannya."

8. Apa komentar Mas Angga soal Sundance Film Festival di Indonesia ini dan pengaruhnya bagi perfilman Indonesia?

[EKSKLUSIF] Angga Dwimas Sasongko tentang Pembajakan Film Indonesia Angga Sasongko (instagram.com/anggasasongko)

"Buat saya menarik, ya. Festival sekelas Sundance engage ke Indonesia. Hal ini menunjukkan kalau Indonesia sebenarnya jadi sebuah market atau industri yang diperhitungkan. Mudah-mudahan ini gak jadi yang pertama dan terakhir. Jadi nanti ketika pandemiknya sudah mulai mereda dan kita sudah mulai bisa bikin kegiatan offline. Sundance Festival Asia ini bisa jadi acara online yang tentunya vibes-nya akan sangat berbeda dengan offline. "

Itu dia wawancara ekslusif IDN Times dengan Angga Dwimas Sasongko. Oh ya, bicara soal Sundance Film Festival: Asia 2021, kamu juga bisa lho ikut rangkaian acaranya dari tanggal 23-26 September 2021.

Akan ada Panel Discussion dan juga Awarding Night yang bisa kamu tonton secara gratis di TikTok Sundance Film Festival: Asia 2021 ya! Kapan lagi kamu bisa tonton hasil diskusi terkait perkembangan industri film Indonesia? Ini kesempatanmu, dan klik di sini untuk menontonnya.

Baca Juga: Saipul Jamil Masuk TV, Angga Sasongko Hentikan Distribusi Film Nussa 

Topik:

  • Triadanti

Berita Terkini Lainnya