[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan 

Wawancara eksklusif dengan sineas hebat, Joko Anwar

Siapa yang tidak kenal Joko Anwar? Sutradara Indonesia sukses ini sudah memiliki mimpi menjadi sineas sejak masih kecil. Joko Anwar mulai aktif di dunia perfilman sejak 2003. 

Karya pria 40 tahun ini tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga hampir di seluruh dunia. Ia tidak pernah gagal dalam membuat film. Bahkan, pada 2020 filmnya Perempuan Tanah Jahanam (2019) masuk ke salah satu festival film bergengsi di dunia, Sundance Film Festival. 

Pada Kamis (9/9/2021), IDN Times berkesempatan langsung untuk mewawancarai sineas hebat, Joko Anwar. Yuk, simak ​​hasil wawancaranya berikut ini.

1. Boleh dong sharing bagaimana perjuangan kamu sejak mimpi jadi sineas hingga akhirnya masuk ke industri film?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar (instagram.com/jokoanwar)

"Saya memang dari kecil ingin jadi seorang sineas. Kemudian setelah lulus kuliah, jadi wartawan dan bertemu dengan beberapa orang film. Saya dapat kesempatan untuk interview Nia Dinata, Sekar Ayu Asmara, dan Afi Shamara.

Kemudian dari situ akhirnya membangun networking dan bisa masuk dunia film dengan cara jadi crew, asisten sutradara, penulis skenario untuk film Arisan!, dan jadi sutradara di film Janji Joni."

2. Siapa saja kah sosok penting dalam karier kamu sebagai sineas?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar saat sedang proses syuting (instagram.com/jokoanwar)

"Nia Dinata tentunya sosok yang penting banget ya bagi saya. Beliau sebagai pembuka jalan, pemberi kesempatan saya bisa masuk ke dunia film, dan mentor juga. Teh Nia juga yang ngajarin beberapa aspek dalam film making. Sebenarnya ada beberapa orang yang membantu saya di awal-awal industri film.

Tentunya Teh Nia Dinata, Afi Shamara (produser Arisan! dan Janji Joni), Sekar Ayu Asmara yang memberikan kesempatan bagi saya untuk jadi asisten sutradara (astrada) Biola Tak Berdawai.

Jadi, pertama kali bekerja di perfilman, saya itu jadi astradanya Mbak Sekar Ayu Asmara di film Biola Tak Berdawai. Kemudian satu lagi Jajang C. Noer, salah satu orang yang berjasa juga di karier saya. Jadi, empat orang itu."

3. Film apa aja yang membekas di ingatan kamu saat kecil?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar (instagram.com/jokoanwar)

"Kalau film banyak banget, ya karena saya waktu kecil nonton film sering banget, tapi ada beberapa judul mungkin yang bisa dianggap membuat saya ingin jadi filmmaker. Beberapa diantaranya ada film Pengabdi Setan (1981) dan Legend of Eight Samurai (1983) yang nama sutradaranya Kinji Fukasaku, film Jepang.

Itu film yang sangat memorable karena waktu kecil nonton film itu, kaget gitu. Itu film fantasi tapi banyak sekali elemen-elemen yang provokatif. Jadi, secara visual juga luar biasa, dari segi tema juga pas nonton ketika kecil sangat ter-provoke dengan ceritanya yang sangat mature atau dewasa."

4. Sebelum sukses, dulu sering banget dapat penolakan. Gimana cara kamu bangkit dan pantang menyerah?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar (instagram.com/jokoanwar)

"Kalau pantang menyerah dari kecil ya karena saya kebetulan lahir di keluarga yang tidak berkecukupan. Jadi, untuk mendapatkan sesuatu saya harus berusaha sendiri. Jadi mau apa harus ngumpulin duit sendiri.

Misalnya kalo zaman sekarang kan ada Google, ya. Orang mau cari tau tentang apa saja bisa liat di Google. Tapi kalo zaman dulu harus cari sumber tertulis ya. Dulu tuh ada buku ensiklopedia, namanya buku pintar dan agak mahal.

Saya kepingin banget buku itu harus nabung berapa bulan. Jadi, mentalitas seperti ini yang tidak gampang menyerah, resiliensi, kebawa kebiasaan itu.

Jadi, walaupun lulus kuliah, ngelamar ke beberapa Production House gak ada yang keterima karena latar belakang saya bukan di film dan gak ada portofolio juga di film terus ditolak sana-sini, tapi karena terbiasa gigih dari kecil untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Jadi, mencari jalan lain, jadi jalannya zigzag."

Baca Juga: Raih Sutradara Terbaik FFI 2020, Intip 10 Sepak Terjang Joko Anwar!

5. Saat ini film kamu selalu sukses, lantas ada beban atau merasa nervous gak setiap mau rilis cerita baru?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar (instagram.com/jokoanwar)

"Kebetulan saya kalau bikin film kan selalu berbeda dari film satu ke film selanjutnya. Kalau ditanya ada deg-degan atau nggak, kayaknya nggak sih. Kalau saya nggak deg-degan karena ketika ingin membuat film, saya menceritakan akan sesuatu, biasanya direncanakan dengan sangat matang.

Mulai dari persiapan sampai pilihan-pilihan kreatifnya. Jadi, saya rasa segala sesuatu yang sudah kita kerjakan dengan 100% dari mulai effort, tenaga, dan akal hasilnya itu sudah dikembalikan ke penonton aja.

Kita udah melakukan yang terbaik, jadi kita gak bisa mengontrol kan mau bagaimana nanti orang menerimanya. Tapi ketika kita mengerjakannya harus 100%.

Nervous tuh kalau misalnya mengerjakan sesuatu gak 100% terus kaya ‘aduh nervous ini bener apa nggak ya' tapi kalau misalnya udah 100%, ya kita merasa itu udah yang terbaik yang kita berikan. Penerimaan orang, baik secara penilaian atau pendapatan film tersebut, ya itu sudah hal lain yang gak bisa kita kontrol. "

6. Throwback ke Perempuan Tanah Jahanam di Sundance Film Festival. Gimana caranya biar film Indonesia bisa tembus Sundance atau festival film internasional bergengsi lainnya?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar (instagram.com/jokoanwar)

Bagaimana caranya, tentunya dengan ditingkatkan kualitasnya karena kalau kita ngomong Sundance atau festival yang bergengsi lainnya ada lima besar kan ya, Sundance, Cannes, Venice, Berlin, dan Toronto.

Nah, yang ingin masuk ke 5 festival terbesar dunia ini jumlahnya tuh mungkin setiap tahunnya ratusan atau ribuan. Jadi caranya bagaimana? Ya mau gak mau kualitasnya harus dibuat sangat baik.

Jadi, perfilman Indonesia harus ditingkatkan benchmark-nya, gak bisa dengan cara lain. Kita mencari jalan supaya bisa diterima di sana kalau kita gak punya film dengan kualitas yang baik karena saingannya dengan seluruh dunia. Caranya dengan meningkatkan kualitas film itu. 

7. Apa komentar Bang Joko soal Sundance Film Festival di Indonesia ini dan pengaruhnya bagi perfilman Indonesia?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar (instagram.com/jokoanwar)

Sundance Film Festival salah satu yang terbesar di dunia, ya. Ketika dilakukan event festival di Indonesia tentunya ini menunjukkan bahwa Sundance memberikan perhatian pada perfilman Indonesia.

Berarti, perfilman Indonesia sudah diperhitungkan di dunia. Kemudian, manfaatnya dan impact-nya ke perfilman Indonesia, mudah-mudahan dengan adanya Sundance Film Festival Indonesia atau Asia ini, para sineas Indonesia, kita harus meningkatkan benchmark film kita.

Jadi, kita gak bisa berpikir bahwa bikin film hanya untuk publik Indonesia karena sekarang bikin film saingannya dari seluruh dunia, kan. Film-film dari mana pun sekarang bisa masuk melalui streaming platform dengan sangat gampang.

Penonton kita juga dunia, bukan hanya Indonesia. Jadi, mau gak mau karena saingannya dari seluruh dunia kita harus meningkatkan benchmark setiap saat. Harus jadi excellent di antara negara-negara lain karena mereka semakin lama semakin maju.

Kalau nggak, kita gak bisa jadi penghasil film yang bisa dinikmati oleh publik dunia, jadi di Indonesia aja, kan sayang kalau kayak gitu.

8. Meski gak membatasi genre saat produksi, boleh dong kasih tahu kita genre apa yang belum digarap dan bisa kita nantikan?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar (instagram.com/jokoanwar)

Genre yang belum pernah digarap mungkin science fiction (sci-fi), ya. Saya ingin bikin sci-fi, tapi mungkin tahun depan. Horor sci-fi karena belum pernah bikin sci-fi walaupun saya senang banget sama sci-fi.

9. Apa pesan atau pandangan kamu untuk perfilman Indonesia kedepannya?

[EKSKLUSIF] Joko Anwar: Benchmark Film Indonesia Harus Ditingkatkan Joko Anwar (instagram.com/jokoanwar)

Perfilman Indonesia sekarang berada di persimpangan jalan. Sangat tergantung oleh para sineasnya. Kalau sineasnya mau meningkatkan kualitas secara teknis maupun estetika kita bisa menjadi pemain yang besar di peta perfilman dunia.

Kalau kita masih malas-malasan bikin film, asal dapat uang aja, tapi gak memperdulikan kualitasnya, ya lama kelamaan kita akan ditinggalkan. Bukan hanya kita gak berhasil mencari penonton di publik dunia, tapi bahkan penonton film lokal akan meninggalkan kita karena mereka punya banyak alternatif film yang lebih baik.

Jadi misalnya kalau para sineas Indonesia gak mau ningkatin benchmark, kita jadi ditinggalkan sama semua orang. Sebaliknya, kalau kita mau meningkatkan benchmark, mencurahkan effort, tenaga, dan akal sebesar-besarnya pada film yang kita buat, kita akan bisa jadi pemain yang besar di peta perfilman dunia. 

Saat ini, Joko Anwar sudah merencanakan beberapa judul film yang akan tayang hingga tahun 2025. Jadi, buat kamu yang gak sabar nonton karya Joko Anwar selanjutnya, ditunggu aja, ya!

Oh ya, bicara soal Sundance Film Festival: Asia 2021, kamu juga bisa lho ikut rangkaian acaranya dari tanggal 23-26 September 2021. Akan ada Panel Discussion dan juga Awarding Night yang bisa kamu tonton secara gratis di TikTok Sundance Film Festival: Asia 2021 ya! Kapan lagi kamu bisa tonton hasil diskusi terkait perkembangan industri film Indonesia? Ini kesempatanmu, dan klik di sini untuk menontonnya.

Baca Juga: 9 Film Keren Garapan Joko Anwar, Horor hingga Action!

Topik:

  • Triadanti
  • Zahrotustianah
  • Anastasia Desire

Berita Terkini Lainnya