Pengalaman Desainer Jenahara Tentang Toleransi Ini Menohok Banget!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jenahara merupakan salah desainer yang karyanya sudah dikenal baik oleh pencinta fashion dalam maupun luar negeri. Dengan desainnya yang modern, Jenahara sukses membangun bisnisnya di bidang fashion semakin populer.
Namun siapa sangka, Jenahara juga pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dari segi toleransi di tengah masyarakat. Hal tersebut yang membawa Jenahara menjadi inisiator film "Bumi itu Bulat" yang mengangkat tentang keberagaman dan toleransi kehidupan. Ditemui kemarin (11/3) di kawasan Kemang, begini cerita menarik Jenahara.
1. Jenahara mengaku merasa aneh dengan pihak yang mengurusi urusan pribadi dengan Tuhan
2. "Dari kecil kita ngaji, seminggu 4 kali, entah mengapa teman aku pada ikut pengajian, posting di situ, terus ada yang bilang 'kok lu gak pernah ngaji?'," tutur Jenahara
3. Menurutnya ada hal yang menjadi urusan kita dengan Tuhan dan tidak perlu dipamerkan
4. Bingung dengan perbedaan agama yang kini kerap dipermasalahkan, Jena menceritakan pengalaman menariknya
5. "Kita punya sahabat yang non-muslim, mama David yang selalu ngasih telur, pas natalan aku balik ngasih ke dia," tutur desainer muda yang satu ini
Editor’s picks
Baca Juga: Toleransi dari Kacamata Kanzha, Seorang Transgender
6. Indahnya perbedaan juga dirasakan Jenahara dalam usaha yang ia jalankan
7. "Aku juga punya hijab stylist yang non-muslim," ujarnya dengan antusias
8. "Saya pernah datang ke acara nikahan di gereja Katedral terus ditanya, 'kok boleh sih masuk gereja?'," curhatnya
9. Menurut Jenahara, kita memiliki keprcayaan masing-masing dan harus menjaga keanekaragaman
10. "Mewakili millennial, aku pingin millennial sekarang lebih bijak," jelasnya
Putri Ida Royani ini juga berharap dengan adanya film ini bisa menjadi salah satu media yang memberikan pesan positif dalam hal toleransi. Sudah siap nonton?
Baca Juga: Pengalaman Haru Christine Hakim Tentang Toleransi Umat Manusia