Srimulat: Hil yang Mustahal, Perjuangan Grup Lawak Daerah Menasional

Film komedi yang sarat pesan kehidupan

Perjuangan menembus panggung ibu kota bukan hal yang mudah bagi para pelaku seni daerah. Ini juga yang dirasakan oleh grup lawak Srimulat. Dicintai oleh publik Jawa Tengah dan Jawa Timur, Srimulat pun mendapat kepercayaan untuk tampil di depan Presiden Soeharto dan disiarkan pada TVRI yang kala itu menjadi satu-satunya televisi nasional.

Rasa bangga, semangat, namun dibarengi ketakutan atas perbedaan bahasa, perbedaan pemahaman dalam becanda, kekompakan antar personel, diremehkan sebagai warga pendatang, dan masalah pribadi di setiap karakter telah diangkat dengan apik oleh Fajar Nugros sebagai sutradara Srimulat: Hil yang Mustahal ini. Ya, meskipun pelik, suasana komedi yang menyegarkan tetap bisa kamu lihat dari detik pertama hingga akhir, kok.

1. Perjalanan grup lawak daerah untuk dikenal se-Indonesia

Srimulat: Hil yang Mustahal, Perjuangan Grup Lawak Daerah Menasionalcuplikan Srimulat (instagram.com/filmsrimulat)

Film diawali dengan pertunjukan lawak Srimulat di Solo yang sangat terkenal di Kota Liwet ini. Hampir setiap malam, pertunjukan grup lawak pimpinan Teguh (Rukman Rosadi) ini dipenuhi oleh penonton. 

Aris dikenal juga sebagai Gepeng (Bio One) memiliki ambisi sebagai pelawak yang berdiri di atas panggung pertunjukan. Sayangnya, saat itu dia adalah salah satu pemain musik yang mengiringi pertunjukan Srimulat di bawah panggung.

Meski begitu, dia tak menyerahkan impiannya. Tak hilang akal, Aris memiliki ide agar Teguh melihat kemampuannya melawak. Jika ada kesempatan, dia akan menyauti para pelawak Srimulat yang sedang pentas dari bawah panggung. Alhasil, Teguh pun melihat potensinya, lalu menerima Aris sebagai pelawak Srimulat dan mengajaknya ke Jakarta memenuhi undangan Presiden Soeharto.

Bersama rekan-rekannya seperti Basuki (Elang El Gibran), Timbul (Dimas Anggara), Djujuk (Erika Carlina), Tarzan (Ibnu Jamil), Tessy (Erick Estrada), Paul (Morgan Oey), Asmuni (Teuku Rifnu Wikana), Nununh (Zulfa Maharani), dan Anna (Naimma Aljufri), Aris alias Gepeng hidup di Jakarta sambil mencari jati diri yang baru supaya dapat bertahan hidup dan dikenal di Jakarta.

Kesulitan bertahan di Jakarta karena kendala bahasa, pandangan sebelah mata karena mereka adalah pendatang, dan perkara lainnya membuat mereka memutar otak agar survive di Ibu Kota. Permasalahan semakin rumit, karena fokus gepeng mulai terpecah ketika bertemu Royani (Indah Permatasari), anak pemilik kontrakan bernama Babeh Makmur (Rano Karno).

Lantas, apakah Gepeng bisa kembali fokus di Srimulat? Bagaimana kelanjutan kisah cinta Gepeng dan Rohyani? Apakah Srimulat bisa bertahan dan dikenal secara nasional? Bagaimana pula dengan pertunjukan lawak Srimulat di depan Presiden Soeharto? Jadi makin penasaran, ya.

2. Mengenalkan komedi slapstick yang menjadi ciri khas candaan tahun 80-an

Srimulat: Hil yang Mustahal, Perjuangan Grup Lawak Daerah Menasionaladegan dalam film Srimulat (instagram.com/filmsrimulat)

Mungkin jenis komedi slapstick terdengar asing di telinga generasi Z. Yup, komedi masa kini memang lebih dikenal bergaya stand up dan jenis komedi dengan perkataan atau secara halus. Sedangkan di tahun 80-an hingga awal 90-an, komedi slapstick yang cenderung kasar menghiasi panggung hiburan Indonesia.

Dari laman Britannica, slapstick merupakan jenis komedi fisik dengan humor yang general, situasi yang tak masuk akal, dan aksi yang cenderung bermain fisik. Di masa itu, selain Srimulat, grup lawak DKI (Dono, Kasino, dan Indro) pun dikenal melawak dengan cara ini.

Tak ingin menghilangkan ciri khas Srimulat dengan ke-slapstick-annya, para pemain film Srimulat: Hil yang Mustahal tetap membawakannya secara kekinian. Ya, walau termasuk lawakan lawas, para pemainnya yang notabene bukan pelawak ini ternyata dinilai mampu mengemas komedi slapstick yang bisa diterima oleh anak gaul masa kini.

Beberapa lawakan slapstick khas Srimulat yang masih dapat memancing gelak tawa penonton seperti lawakan gelas yang diminum mata bukan mulut, dukun yang pingsan ketika bertemu kuntilanak, duduk yang selalu merosot, kaki yang pura-pura hilang, hingga kelakuan kocak lainnya yang menjadi karakter khusus setiap anggota Srimulat. Pastinya kamu tak bisa menahan tawa ketika melihat kekocakan mereka, deh!

Baca Juga: 7 Film Komedi Terbaik Morgan Oey, Salah Satunya Srimulat

3. Setting cerita yang membawa penonton ke tahun 80-an

Srimulat: Hil yang Mustahal, Perjuangan Grup Lawak Daerah Menasionaladegan ketakutan film Srimulat (instagram.com/filmsrimulat)

Bagi pecinta Korean Series (K-drama), serial Reply 1988 dikenal sukses membawa suasana tahun 80-an dalam ceritanya, dan ternyata hal yang sama juga bisa kamu rasakan dalam film Srimulat: Hil yang Mustahal. Kamu bisa melihatnya dari gaya berpakaian setiap karakternya yang terasa jadul, pemakaian mata uang lama, detail properti bangunan, sepeda lawas, televisi tabung, hingga telegram yang merupakan cara berkomunikasi paling trendy di tahun 80-an.

Warna film, pengambilan gambar, scoring memang sukses diramu kejadulannya dalam film ini. Bahkan, pemakaian 80 persen bahasa Jawa yang dilontarkan para pemainnya dibawakan dengan cakap dan tidak terkesan kaku. Kalau menilik kota Solo tempo dulu, masyarakatnya memang masih banyak yang belum terlalu luwes dan nyaman berbahasa Indonesia sebagai percakapan sehari-hari. Jadi bisa dibilang, ketelitian produksi film ini memang patut diacungi jempol!

4. Kelihaian para pemain membawakan karakter pelawak Srimulat yang patut diapresiasi

Srimulat: Hil yang Mustahal, Perjuangan Grup Lawak Daerah MenasionalBio One sebagai Gepeng (instagram.com/filmsrimulat)

Bukan dua, tapi empat jempol patut diberikan pada para pemain film Srimulat: Hil yang Mustahal. Zulfa yang piawai membawakan tokoh Nunung yang centil, Morgan yang ternyata bisa tampil seperti Paul Polli, Tarzan yang memiliki ciri tentara pun sukses dibawakan oleh Ibnu Jamil.

Namun ada dua pemain yang benar-benar mencuri perhatian, yakni Bio One dan Elang El Gibran. Memainkan Gepeng dan Basuki yang ceritanya bersahabat akrab ini terbilang sangat total dalam menjiwai dua pelawak legenda Srimulat ini.

Demi menyempurnakan karakter Gepeng, Bio One rela mengurangi berat badannya sehingga terlihat sangat kurus hingga menyerupai fisik Gepeng. Tak hanya bentuk tubuh, cara berbicara, berjalan, gerak tubuh, wajah, dan detail kecil lainnya juga sangat menyerupai Gepeng. Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya Bio One dalam mengobservasi karakter Gepeng ini. Salut untuk Bio One!

Selanjutnya adalah Elang El Gibran. Entah sudah berapa banyak episode sinetron Si Doel Anak Sekolahan disaksikan ulang oleh Elang demi mendapatkan kemiripan cara berbicara dan gerak tubuh Basuki. Yang pasti, pemain 22 tahun ini terbilang berhasil menyerupai sosok Basuki dalam film Srimulat: Hil yang Mustahal. Selamat untuk Elang!

5. Lawakan khas Srimulat yang dinanti kelanjutannya

Srimulat: Hil yang Mustahal, Perjuangan Grup Lawak Daerah MenasionalGepeng, Basuki, dan Babe Makmur (instagram.com/filmsrimulat)

Karena diniatkan akan ada film-film berikutnya, penyelesaian yang tuntas belum diperlihatkan hingga akhir cerita. Seperti film Warkop DKI: Jangkrik Boss part 1, Srimulat: Hil yang Mustahal pun sangat dinantikan kelanjutannya.

Meski dipenuhi canda tawa, sebenarnya masih banyak hal yang membuat penonton penasaran dan bisa jadi akan terjawab dalam film selanjutnya. Misalnya, Tessi yang masih kesulitan membuat geeerr para penonton, Nunung yang masih berambisi jadi penyanyi dibandingkan pelawak, belum lagi kisah cinta Gepeng dan Royani yang belum terlihat titik terangnya tentu akan menambah rasa penasaran, kan?

Pastinya, sebelum melihat babak-babak selanjutnya, kamu perlu menonton film Srimulat: Hil yang Mustahal terlebih dulu agar mendapatkan gambaran awal yang membuatmu penapsaran (penasaran). Tenang saja, film yang satu ini tidak akan membuatmu menyesal, kok. Lawakan slapstick khas Srimulat dalam film ini bisa menjadi healing yang menyenangkan, lho. Jadi, selamat menyaksikan Srimulat: Hil yang Mustahal di bioskop kesayangan, ya, kewan-kewan (kawan-kawan)!

Baca Juga: 10 Potret Kompak Pemain Srimulat: Hil yang Mustahal di Balik Layar

IamLathiva Photo Verified Writer IamLathiva

Love To See, Love To Read, and Love To Share.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya