[REVIEW] The Fabelmans, Momen Refleksi Diri Seorang Steven Spielberg

Tribute bagi sinema dan keluarga yang dikemas personal

Bila menyebut nama Steven Spielberg, para penggemar film pasti langsung mengingat kegeniusannya dalam mempersembahkan film lintas genre. Mulai dari hiu raksasa dalam Jaws (1975), kehidupan prasejarah dalam Jurassic Park (1993), hingga musikal gegap gempita dalam West Side Story (2021).

Setelah lima dekade perjalanan kariernya yang luar biasa, sang sineas mencoba "kembali ke akar" lewat film teranyarnya, yakni The Fabelmans (2022). Disebut sebagai karya paling personal dari Spielberg, film ini sebenarnya baru akan tayang serentak di bioskop Indonesia pada 23 November mendatang.

Namun, penulis berkesempatan menontonnya lebih dulu lewat sneak preview yang diadakan pada Sabtu, 19 November kemarin. Pastinya kamu penasaran, sebagus apa, sih, film yang meraih People's Choice Award di Toronto International Film Festival (TIFF) 2022 ini?

Nah, sebelum menyaksikannya besok, ada baiknya kamu menyimak dulu review film The Fabelmans berikut ini. Yuk, langsung kepoin!

1. Refleksi kenangan masa kecil Steven Spielberg

[REVIEW] The Fabelmans, Momen Refleksi Diri Seorang Steven SpielbergMateo Zoryon Francis-DeFord dan Michelle Williams dalam film The Fabelmans (dok. Amblin Entertainment/The Fabelmans)

Sebagai penggemar Steven Spielberg, kamu pasti bertanya-tanya, apa yang membentuk dirinya hingga bisa menjadi sineas kenamaan seperti sekarang? Jawabannya adalah masa kecil.

Yap, berformat semi-otobiografi, The Fabelmans merefleksikan perjalanan hidup Spielberg melalui sosok Sammy Fabelman (Gabriel LaBelle). Sedari awal, kamu akan diajak melihat pengalaman Sammy cilik (Mateo Zoryon Francis-DeFord) menonton film di bioskop untuk pertama kalinya. Secara tak langsung, film berjudul The Greatest Show on Earth (1952) yang disaksikan Sammy melambangkan awal ketertarikan Spielberg pada dunia perfilman.

Tak hanya Sammy, sebagaimana judulnya, The Fabelmans pun turut memperkenalkan anggota keluarga Fabelman lainnya. Burt (Paul Dano), sang ayah, adalah seorang teknisi komputer yang lemah lembut. Sementara Mitzi (Michelle Williams), sang ibu, mempunyai kepribadian yang bertolak belakang dengan ayahnya, cenderung berjiwa bebas dan semaunya sendiri.

Sammy juga mempunyai tiga saudara perempuan, yakni Reggie (Julia Butters), Natalie (Keeley Karsten), dan Lisa (Sophia Kopera). Di tengah-tengah mereka, hadir Bennie Loewy (Seth Rogen), rekan kerja Burt yang selalu mencairkan suasana lewat lawakannya. Anak-anak keluarga Fabelman, terutama Sammy, pun sudah menganggap Bennie sebagai paman mereka.

Singkatnya, keluarga Fabelman adalah definisi sesungguhnya dari American dream. Siapa sangka, di balik kesempurnaan tersebut, tersimpan sebuah rahasia pahit yang siap memporak-porandakan kebahagiaan mereka.

2. Selami kehidupan Spielberg remaja dari dua sisi, film dan keluarga

[REVIEW] The Fabelmans, Momen Refleksi Diri Seorang Steven SpielbergJulia Butters dan Gabriel LaBelle dalam film The Fabelmans (dok. Amblin Entertainment/The Fabelmans)

"Family, art, life! It will tear you in two."

Kalimat yang diucapkan Boris (Judd Hirsch), paman buyut Sammy, di atas seakan menegaskan apa yang ingin disampaikan oleh Steven Spielberg lewat The Fabelmans. Film ini adalah tentang bagaimana keluarga dan film menjadi dua hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sang sineas.

Dari sisi keluarga, Sammy memang mempunyai kedua orang tua yang suportif terhadap bakat dan ketertarikannyanya di film. Namun, seperti kata pepatah, "Nobody's perfect." Burt rupanya menganggap passion Sammy tersebut hanya sekadar hobi dan berharap sang anak meneruskan jejaknya sebagai teknisi komputer.

Sementara Mitzi, yang meski mendukung sepenuhnya cita-cita sang putra, memiliki masalah kesehatan mental dan rahasia yang membuat Sammy begitu terpukul. Kompleksitas hubungan Sammy dan kedua orangtuanya tersebut memfasilitasi Spielberg dalam menginjeksi formula melodrama yang menjadi ciri khasnya.

Uniknya, meski kental dengan nuansa melodrama, The Fabelmans masih bisa menghadirkan keseruan lewat proses syuting film berbujet rendah yang dilakukan Sammy dan teman-temannya. Dari adegan tersebut, kamu akan tahu bagaimana cara "Spielberg remaja" menciptakan efek visual pertamanya dan kedetailannya dalam proses pengeditan.

3. Tak melulu drama, The Fabelmans juga diselipi romansa dan humor segar

[REVIEW] The Fabelmans, Momen Refleksi Diri Seorang Steven SpielbergGabriel LaBelle dan Chloe East dalam film The Fabelmans (dok. Amblin Entertainment/The Fabelmans)

Salah satu kenangan yang ingin diproyeksikan Spielberg lewat The Fabelmans adalah pengalaman hidupnya yang berpindah dari satu kota ke kota lain. Dari situ, kamu akan diajak melihat proses pendewasaan diri (coming-of-age) sang sineas dalam memahami berbagai karakter manusia.

Misalnya, ketika Sammy pindah ke sekolah baru di California. Di sekolah tersebut, ia menjadi korban bullying dari sejumlah murid yang bersikap antisemit (sikap permusuhan terhadap orang Yahudi). Namun, alih-alih membalas dendam, Sammy memilih melampiaskannya lewat film.

Lewat subplot tersebut pula, Spielberg bertutur tentang manisnya cinta pertama. Dalam The Fabelmans, sosok cinta pertama Spielberg direpresentasikan melalui Monica (Chloe East), teman satu sekolahnya. Tak cuma menggemaskan, hubungan Sammy dan Monica juga bakal bikin kamu ngakak lewat dialog yang membenturkan seks dan religiusitas.

4. The Fabelmans semakin lengkap berkat scoring dan sinematografi kelas Oscar

[REVIEW] The Fabelmans, Momen Refleksi Diri Seorang Steven SpielbergPaul Dano, Michelle Williams, dan Seth Rogen dalam film The Fabelmans (dok. Amblin Entertainment/The Fabelmans)

Setelah absen dalam Ready Player One (2018) dan West Side Story (2021), John Williams, komposer peraih lima piala Oscar, kembali bekerja sama dengan Spielberg dalam The Fabelmans. Dalam film ini, Williams lebih banyak menggunakan dentingan piano dan gesekan biola yang menggetarkan hati. 

Scoring gubahannya tersebut berhasil membuat nuansa melodrama dalam The Fabelmans semakin berkelas. Di sisi lain, sinematografi garapan Janusz Kamiński (Schindler's List, Saving Private Ryan) juga mampu menonjolkan rasa cinta Spielberg terhadap sinema.

Salah satu adegan paling berkesan adalah ketika Mitzi, bergaun transparan dan bercahayakan lampu mobil, berdansa dan ditonton oleh seluruh keluarga. Diiringi lagu berjudul "Mitzi's Dance" ciptaan Williams, Kamiński berhasil mengaburkan batas antara seni dan seksualitas. Estetik banget!

5. Akting para pemain yang sensasional, Gabriel LaBelle sukses curi atensi!

[REVIEW] The Fabelmans, Momen Refleksi Diri Seorang Steven SpielbergGabriel LaBelle dalam film The Fabelmans (dok. Amblin Entertainment/The Fabelmans)

Sejumlah tema yang tersaji dalam The Fabelmans di atas berhasil tersampaikan dengan apik berkat penampilan jajaran aktornya yang gemilang. Sumber komedi terbesar datang dari Seth Rogen dan Chloe East yang menjadi scene stealer berkat comedic timing yang sempurna.

Julia Butters, aktris pemeran Reggie, berhasil mengaduk-aduk perasaan dalam sebuah adegan yang melibatkan seluruh keluarga Fabelman di ruang tamu. Berperan sebagai "versi remaja Spielberg," Gabriel LaBelle cukup luwes dalam menangani momen komedi dan drama. Di tangannya, Sammy tampak begitu mudah dicintai.

Namun, bila bicara soal kualitas, Paul Dano dan Michelle Williams adalah magnet terbesar dalam The Fabelmans. Kedua aktor tersebut mampu memperlihatkan ekspresi kebahagiaan dan kesedihan dengan gesturnya masing-masing. Gak heran kalau mereka berdua bakal masuk nominasi Oscar tahun depan.

Bisa dibilang, The Fabelmans adalah wujud rasa terima kasih Steven Spielberg terhadap keluarga dan dunia perfilman yang membentuknya hingga menjadi seperti sekarang. Sebagai salah satu fansnya, kamu juga tak ingin melewatkan salah satu momen penting dalam perjalanan karier sineas legendaris yang satu ini, kan?

Baca Juga: 10 Film Terbaik TIFF 1 Dekade Terakhir, Terbaru The Fabelmans!

Baca Juga: 5 Film Steven Spielberg yang Mengandung Banyak Pesan Moral, Ngena!

Satria Wibawa Photo Verified Writer Satria Wibawa

Movies and series enthusiast. Feel free to read my reviews on Insta @satriaphile90 or Letterboxd @satriaphile. Have a wonderful day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya