6 Alasan Mengapa 'Silence' adalah Film Terbaik Martin Scorsese

Salah satu film agama terbaik yang pernah ada #IDNTimesHype

Silence (2016) mengeksplorasi kompleksitas iman melalui dua pastor katolik (Andrew Garfield dan Adam Driver) yang mencari mentor mereka, Pastor Ferreira (Liam Neeson), yang menghilang secara misterius di Jepang. Bisa dibilang kalau Silence sangat kuat dan filosofis dari film buatan Martin Scorsese lainnya.

Sinematografi, struktur naratif, akting, dan eksplorasi tematik yang mendalam menjadi satu kesatuan yang akan membuat audiens terdiam setelah menontonnya. Di bawah ini ada enam alasan mengapa Silence patut disebut sebagai film terbaik Scorsese. Berikut daftarnya.

1. Penampilan fantastis dari Andrew Garfield

6 Alasan Mengapa 'Silence' adalah Film Terbaik Martin Scorsesedailygeekshow.com

Scorsese selalu bekerja sama dengan aktor-aktor terkenal seperti Robert De Niro dan Leonardo DiCaprio. Dalam Silence, ia mempercayakan semuanya kepada Andrew Garfield. Penampilan Garfield lebih mirip dengan kolaborasi awal Scorsese-De Niro di film Taxi Driver

Garfield sendiri layak mendapat banyak pujian atas penampilannya di dalam Silence. Lagipula, tak ada yang menyangka kalau aktor Spider-Man itu dapat membawa epik religius ini dengan apik. Mungkin inilah kemampuan hebat yang dimiliki oleh Scorsese: mengubah aktor yang berbakat menjadi aktor yang hebat.

2. Sarat akan unsur estetika 

6 Alasan Mengapa 'Silence' adalah Film Terbaik Martin Scorseseindependent.co.uk

Sinematografi Rodrigo Prieto dalam Silence sangat indah dan stabil. Sinematografi Prieto bukanlah sebuah estetika eksperimental, melainkan sebuah masterpiece dalam bagaimana unsur estetika harus berhasil menyajikan narasi di dalamnya.

Estetika Prieto berhasil meningkatkan nuansa eksplorasi iman di dalam Silence. Meski begitu, ia tetap "menyampingkan" berbagai unsur estetika di dalamnya dan membiarkan film itu menjadi pengalaman meditatif bagi para audiens yang menontonnya.

3. Menyajikan meditasi yang kuat tentang sifat iman 

6 Alasan Mengapa 'Silence' adalah Film Terbaik Martin Scorsesenewyorker.com

Terlepas dari hubungan Scorsese yang sangat jelas dengan Gereja Katolik, Silence tidak pernah dianggap sebagai pandangan bias tentang Katolik. Sebaliknya, Silence tampil sebagai deskripsi obyektif tentang Katolik. Film ini menempatkan filosofi di atas narasi, memaksa audiens untuk mempertimbangkan kembali semua yang mereka ketahui tentang agama.

Scorsese tidak pernah memberikan waktu bagi audiens untuk bernafas, tidak sampai film ini selesai. Baru setelahnya, audiens memiliki waktu untuk memproses rentetan pertanyaan filosofis tentang iman yang ada di dalam hati mereka. Judulnya juga begitu pas untuk film ini karena dapat membangkitkan keheningan di dalam diri kita.

Baca Juga: 5 Film Garapan Martin Scorsese yang Mungkin Belum Kamu Tonton

4. Gambaran kekerasan yang sangat kuat di dalamnya

6 Alasan Mengapa 'Silence' adalah Film Terbaik Martin Scorsesecineimage.ch

Scorsese telah menggunakan banyak adegan kekerasan di sepanjang kariernya. Namun, tidak ada filmnya yang menggambarkan kekerasan non-stop dan mendalam seperti yang ada di dalam Silence

Uniknya, beberapa adegan yang paling sulit untuk ditonton justru tidak mengandung darah yang berceceran. Salah satunya adalah adegan di mana tiga orang Kristen Jepang diikat pada salib di tengah laut sampai mereka mati secara mengharukan.

Tidak hanya mewujudkan penderitaan Yesus Kristus di kayu salib, Scorsese juga berhasil menggambarkan kekuatan iman dalam karakter Garfield dan Driver secara akurat. Dalam Silence, mereka yang beriman akan menderita siksaan paling ekstrem sampai mati, tanpa sedikit pun mencela cinta mereka kepada Tuhan.

Kekerasan di dalam Silence tidaklah brutal dan abrasif. Sebaliknya, itu sangat halus, yang membuatnya semakin menghantui. Belum lagi perasaan kesendirian yang dialami oleh orang-orang Kristen Jepang yang terus dipersekusi sampai akhir film.

5. Menampilkan pandangan iman Scorsese

6 Alasan Mengapa 'Silence' adalah Film Terbaik Martin Scorsesefilmstarts.de

Tidak ada tema yang paling menonjol dalam karya Scorsese selain iman. Silence adalah konfrontasi Martin Scorsese dengan iman, yang secara langsung menggambarkan beberapa pertanyaan tentang iman yang tampaknya menghantuinya.

Kalian tidak perlu berada di dalam kepala Scorsese untuk memahami film ini, karena iman adalah pengalaman yang sangat pribadi; sesuatu yang sepenuhnya subjektif, berdasarkan variabel-variabel tak terbatas yang dibangun sepanjang hidup seseorang.

Oleh karena itu, Silence bergema dalam kedalaman yang berbeda, tergantung pada pengalaman spiritual masing-masing audiens.

6. Pergeseran gaya film Scorsese

6 Alasan Mengapa 'Silence' adalah Film Terbaik Martin Scorsesehollywood.com

Silence adalah film epik, sama seperti The Wolf of Wall Street, The Aviator, dan Gangs of New York. Namun, esensi sebenarnya dari Silence adalah sebuah "pengekangan," baik itu dari sinematografi, akting, hingga naskah. Silence menandai perubahan gaya Scorsese sebagai seorang sutradara yang sudah mendekati senja kariernya.

Tentunya, ini merupakan prestasi yang luar biasa, mengingat sutradara dengan gaya yang nyentrik, seperti Quentin Tarantino, Terrence Malick, dan Wes Anderson, justru semakin terperangkap dalam gaya mereka sendiri.

Dalam Silence, Scorsese mengedepankan esensi di atas narasi. Narasi memaksa audiens untuk menonton, tetapi di tengah-tengah film, plot tidak akan lagi menjadi perhatian mereka. Di pertengahan film, pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan Scorsese tentang iman terus berlanjut, tidak peduli apakah Pastor Ferreira berhasil ditemukan atau tidak.

Dalam pengertian ini, Silence adalah sebuah film yang sangat puitis, halus, dan terkendali, yang menjadi refleksi pribadi dari seorang sutradara yang kembali menjadi idealis.

Jadi, setujukah kalian dengan daftar di atas? Tulis pendapatmu di kolom komentar ya!

Baca Juga: 6 Film Martin Scorsese dan Leonardo DiCaprio yang Bertabur Penghargaan

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya