7 Alasan Joker telah Ubah Lanskap Film Adaptasi Komik

Film komik pertama yang mendapatkan 11 nominasi Oscar

Di saat film-film adaptasi buku komik telah menjadi makanan pokok budaya populer selama beberapa dekade, para fans harus menunggu sampai tahun 1978 untuk melihat Superman: The Movie untuk merasakan seperti apa bentuk film komik dengan anggaran besar, aktor terkenal, dan efek khusus yang membuatnya terlihat nyata.

Seiring berlalunya waktu, anggaran film comic book ikut meningkat seiring dengan popularitas mereka. Film-film superhero pun mulai menjamur, mulai dari versi "gothic" Batman buatan Tim Burton, trilogi The Dark Knight milik Christopher Nolan, dan tentu saja penguasa box office di dekade 2010, film-film superhero di bawah naungan Marvel Cinematic Universe. 

Namun semua itu berubah ketika Todd Phillips dan Joaquin Phoenix membuat Joker, sebuah film buku komik yang hanya memakai nama dan afiliasi studio DC. Joker berhasil menggebrak kebiasaan lama dan memecahkan banyak rekor, menjadikannya film comic book yang menerima nominasi Oscar terbanyak (11 nominasi).

Selain deretan prestasinya di musim penghargaan tahun ini, berikut 7 alasan mengapa Joker telah berhasil mengubah lanskap film adaptasi komik.

1. Joker adalah sebuah film drama kejahatan, bukan fantasi aksi

7 Alasan Joker telah Ubah Lanskap Film Adaptasi Komikimdb.com

Ketika Joker diperankan oleh Jack Nicholson pada tahun 1989, ia berhasil membawakan karakter itu dengan cara yang lebih kompleks dari versi lawas Cesar Romero. Joker akan selalu menjadi seorang psikopat, tetapi Nicholson berhasil membawa sedikit sisi kemanusiaan ke dalamnya.

Versinya ini, yang sampai beberapa dekade dianggap sebagai versi Joker terbaik, berhasil diperdalam oleh Heath Ledger di The Dark Knight Rises. Namun tidak seperti versi Joker lainnya, Arthur Fleck yang diperankan Joaquin Phoenix dalam film Joker adalah manusia biasa, bukan gangster atau seorang anarko dengan masa lalu yang suram.

Ia tidak punya uang, tidak punya kekuatan, dan terperangkap di dalam pikiran yang terus "mengkhianatinya" sehingga membuatnya terpinggirkan dari masyarakat. Satu-satunya alasan mengapa "jiwa" Joker masuk ke dalam Arthur adalah karena rasa panik yang ia dapatkan saat berlari dari orang-orang yang mencoba untuk menyakitinya.

Dalam konteks lain, tanpa menyebutkan Joker dan Wayne Enterprises, kisah Arthur Fleck sendiri akan dianggap sebagai studi karakter dan drama arthouse, bukan fiksi ilmiah. Seperti yang diketahui, elemen-elemen ini tidak dapat kita temukan dalam film-film superhero arus utama.

Bahkan dalam film sekelas Avengers: Endgame, banyak ditemukan lelucon "PG-13" khas MCU. Joker tidak melakukan hal semacam itu, karena leluconnya tidak dimaksudkan untuk membuat kita tertawa. Ada banyak film adaptasi buku komik lainnya yang gelap dan gritty, tetapi Joker adalah pengecualian yang sangat tidak biasa dalam genre ini.

2. Tidak menggunakan penggambaran karakter seperti versi komiknya

7 Alasan Joker telah Ubah Lanskap Film Adaptasi Komikdok. Warner Bros

Sutradara Joker, Todd Phillips, memang mengatakan kalau cerita film ini secara longgar diilhami oleh The Killing Joke karya Alan Moore yang gelap dan kejam. Namun pada dasarnya ia telah membuat karakter Joker alias Arthur Fleck dari awal lagi, benar-benar dari awal.

Joker adalah film komik yang sumber materinya insidental, karena film ini mengandalkan pengembangan karakter yang kuat serta kinerja spektakuler dari aktor utamanya untuk menceritakan versi Joker yang berbeda. 

Tidak seperti versi Joker sebelumnya, Arthur Fleck hanyalah pria biasa yang hanya berusaha untuk bertahan dari efek samping trauma masa kecil yang mengerikan. Materi yang mengubah Arthur Fleck menjadi Joker bukanlah cairan asam, tetapi perawatan medis yang terputus sehingga ia tidak bisa mengendalikan pikirannya.

Juga, tidak seperti narasi Joker lainnya, pembunuhan pertama Arthur Fleck adalah untuk membela diri, bukan untuk bersenang-senang. Dalam banyak hal, Joker juga berhasil membuktikan kalau film komik bisa pecah dari cetakan tradisionalnya.

Sebagai contoh, film ini memiliki skor drama kelas Oscar dan sinematografi yang sesuai. Dalam Joker, Phoenix juga berhasil mengikuti jejak Joker versi Heath Ledger, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam tentang karakter ini yang dapat melampaui genre buku komik.   

Baca Juga: Aktor Terbaik Oscars, Bukti Totalitas Joaquin Phoenix Perankan Joker

3. Terpisah dari DC Extended Universe

7 Alasan Joker telah Ubah Lanskap Film Adaptasi Komikimdb.com

Belakangan ini, banyak film komik yang masuk ke dalam bagian dari alam semesta yang lebih besar, baik sebagai sekuel atau crossover dengan alur cerita yang terjadi secara berurutan. Namun itu hanyalah film-film komik arus utama, bukan Joker.

Sementara karakter Joker memang menjadi bagian dari multiverse DC, Joker sendiri terpisah dari DC Extended Universe. Walau terpisah, para penggemar tetap antusias dan berbondong-bondong pergi ke bioskop untuk melihat kisah Joker yang sebagian besar tidak terkait dengan kanon buku komik ini. 

Joker juga menjadi film pertama yang berhasil mencapai layar lebar tanpa kehadiran sosok Batman. Faktanya, tidak ada satu pun karakter superhero lain dalam film Joker. Film ini hanya menyorot orang-orang yang memiliki "hak istimewa" dan orang-orang biasa yang tidak memilikinya.

Joker juga berhasil membuktikan kalau anggaran besar dan ketergantungan pada efek khusus bukanlah suatu kewajiban untuk membuat film adaptasi komik. Meskipun tanpa kehadiran karakter komik terkenal dan budget selangit, Joker berhasil sukses dalam box office, bersanding dengan film penuh CGI dan budget raksasa seperti Avengers: Infinity War dan Endgame.

4. Tidak bermain aman seperti kebanyakan film adaptasi buku komik lainnya

7 Alasan Joker telah Ubah Lanskap Film Adaptasi Komikimdb.com

Sebagian besar film buku komik diarahkan untuk audiens yang besar dengan rentang usia yang beragam, atau dalam kata lain harus menyenangkan bagi seluruh usia. Dengan R-rated-nya, Joker bukan lah film untuk anak-anak, juga bukan untuk orang yang secara mental "rentan."

Sementara banyak kritikus takut kalau Joker akan menginspirasi kekerasan atau tindakan melenceng lainnya, bisa dibilang kalau "kejahatan" yang dilakukan Arthur Fleck tidak ditujukan untuk hal itu. Dilansir dari laman The Libertarian Republic, karakter Arthur bukanlah sosok yang menggambarkan kekerasan supremasi kulit putih atau incel.

Pembunuhan pertamanya adalah untuk membela diri, dan ketika peristiwa itu menjadi berita, media dan publik lah yang membuat wacana politik atas pembunuhan tersebut. Pada akhirnya, Arthur Fleck memang mengambil perannya sebagai provokator dan sosok "mesiah," tetapi tentu saja itu bukan awal mulanya.

Pertunjukan Joaquin Phoenix yang emosional, realistis, dan tidak berpegang teguh dengan karakter buku komik juga jarang terlihat dalam genre yang bergantung pada karakter yang klise. Lewat Joker, baik Todd Phillips dan Joaquin Phoenix berhasil membuat seni yang tinggi, meskipun pada intinya itu terinspirasi oleh villain ikonik dari DC Comics.

5. Berhasil membahas isu trauma dan pelecehan masa kecil dengan halus

7 Alasan Joker telah Ubah Lanskap Film Adaptasi Komikimdb.com

Film-film buku komik memang terkenal karena adegan pertarungan epik, kostum mencolok, momen-momen menentukan, lengkap dengan soundtrack dan skor kinetik untuk melengkapi aksinya.

Namun film-film sejenis ini tidak meninggalkan banyak ruang untuk nuansa drama, terutama ketika datang untuk menangani masalah-masalah sosial yang serius seperti trauma masa kanak-kanak yang mungkin terkait dengan pengembangan karakter, khususnya yang membuat seorang villain atau anti-hero membenarkan perilakunya.

Sosok anti-hero seperti Loki (Tom Hiddleston), misalnya, merasa diabaikan ketika dia tahu kalau dia diadopsi. Sedangkan Ivan Drago (Mickey Rourke) dalam Iron Man 2 terbentuk lewat kondisi penjara yang keras dan kematian ayahnya yang telah dikhianati oleh Howard Stark (Andrew Slattery). 

Berbeda dengan kedua karakter di atas, Joker berhasil membawa isu ini jauh lebih dalam dan mengeksplorasi dengan sangat rinci peristiwa masa kecil yang membuat karakter utamanya menjadi seperti itu. Secara khusus, penganiayaan fisik dan emosional yang diterima Arthur Fleck, dan cedera otaknya yang ekstrem lah yang telah membentuk dirinya.

Joker tidak mengeksploitasi latar belakang ini untuk efek dramatis, tetapi untuk memproses informasi pada tingkat yang lebih lanjut. Tidak ada kilas balik ke tindakan kekerasan, hanya rasa sakit yang digambarkan melalui tubuh Arthur yang hancur.

Joker berhasil menetapkan paradigma yang sama sekali baru tentang bagaimana film buku komik dapat dengan "lembut" menghadirkan trauma untuk menyempurnakan karakter tanpa mempermalukannya.

6. Membawa dosis besar realisme ke lanskap film komik

7 Alasan Joker telah Ubah Lanskap Film Adaptasi Komikimdb.com

Buku komik dan adaptasi filmnya sering diatur dalam lanskap sosial, politik, dan budaya yang menawarkan berbagai tingkat komentar fiksi tentang masalah-masalah dalam dunia nyata. Watchmen, misalnya, mengeksplorasi politik tahun 1950-an hingga 1980-an, yang menyoroti ancaman nuklir dan membentuk dekade-dekade itu dalam kehidupan nyata.

Adaptasi yang berbeda dari kisah Hulk di layar lebar juga memperingatkan tentang efek dari trauma masa kecil dan bahaya eksperimen medis, khususnya untuk penggunaan militer. Hampir sama dengan dua film sebelumnya, Joker berhasil menyajikan komentar sosialnya dengan tingkat realisme yang terkadang terasa seperti film dokumenter. 

Melansir dari laman The National Council, Joker sendiri telah menyoroti krisis layanan kesehatan mental yang sangat nyata di Amerika yang dimulai di sekitar waktu film itu berlangsung (1980-an), dan hanya semakin memburuk dalam beberapa dekade setelahnya sejak saat itu.

Apa yang membuat Arthur Fleck menjadi Joker adalah kenyataan bahwa Gotham telah memotong layanan sosialnya untuk perawatan kesehatan mental, mencegahnya untuk mendapatkan obat-obatannya. Tanpa obatnya, cengkeramannya yang lemah pada realitas mengendur dan mulai merusak dirinya.

Film-film buku komik memang sering digembar-gemborkan sebagai pelarian dari kejadian-kejadian nyata, tetapi Joker bukanlah sebuah pelarian dengan cara atau bentuk apa pun. Film ini adalah sebuah gambaran visual mendalam tentang apa yang terjadi ketika orang yang rentan secara mental tidak mendapatkan akses perawatan yang mereka butuhkan.

7. Akan "menarik" para aktor kelas atas lainnya untuk bermain di dalam film komik arthouse

7 Alasan Joker telah Ubah Lanskap Film Adaptasi Komikasianews.press

Lanskap film buku komik memang dipenuhi dengan aktor pemenang penghargaan seperti Sir Anthony Hopkins sebagai Odin, Sir Ben Kingsley sebagai Mandarin, Hugo Weaving sebagai Red Skull, Cate Blanchett sebagai Hela, dan banyak lagi. Namun, peran mereka justru menjadi lemah dan penuh akan komedi, serta sangat bergantung pada CGI

Joaquin Phoenix awalnya masuk ke dalam daftar aktor untuk memerankan karakter adaptasi buku komik lain seperti Doctor Strange, tetapi ia menolak panggilan itu sampai mendapatkan panggilan dari Todd Phillips. Tanpa disangka-sangka, Phoenix justru mendapatkan banyak penghargaan lewat aktingnya dalam film Joker.

Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan, mungkinkah kesuksesan Joker dapat mendorong aktor sekelas Leonardo DiCaprio yang sebelumnya mencemooh film komik untuk mencari film adaptasi komik dengan basis karakter yang sama?

Penghargaan bergengsi yang diterima oleh Joaquin Phoenix juga telah membuat Joker menjadi inspirasi bagi penulis dan sutradara lainnya untuk mengalihkan fokus film di masa depan ke potret karakter yang intim daripada film berbiaya besar. Joker tidak hanya mengubah film buku komik, tetapi berhasil mengangkat dan melegitimasi keseluruhan genre ini.

Nah, itu tadi 7 alasan mengapa Joker telah berhasil mengubah lanskap film adaptasi komik. Joker sendiri berhasil membawa pulang dua piala Oscar untuk kategori Aktor Terbaik dan Musik Orisinil Terbaik.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Film Keren yang Harus Kamu Tonton Bagi Fans “Joker”

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya