6 Film Horor dengan Review Kritis Terbaik di Tahun 2019, Wajib Nonton!

Kebanyakan adalah film horor indie

Secara umum, genre horor adalah salah satu genre yang dapat menarik minta para pencinta film. Namun di sisi lain, film-film horor setengah matang juga sering dipandang cacat dari perspektif kritikus. Tahun 2019 memiliki beberapa film horor berkualitas yang dibuat dalam bentuk arthouse, film independen yang mampu menarik khalayak yang lebih luas.

Dari sekian banyak film horor yang dibuat, berikut rekomendasi 6 film horor dengan review kritis terbaik di tahun 2019.

1. Midsommar

https://www.youtube.com/embed/1Vnghdsjmd0

Setelah meledak lewat Hereditary, Ari Aster kembali membuat film yang sedikit kontras dengan film pertamanya. Di tahun 2019, Aster merilis sebuah film horor dengan sub-genre horor rakyat yang mengerikan dan akan terukir dalam pikiran kolektif setiap penonton yang melihatnya.

Film ini menceritakan Dani (Florence Pugh), seorang mahasiswa pascasarjana psikologi Amerika, dan Christian (Jack Reynor), pacarnya yang mengundangnya ke Swedia untuk menghadiri festival tahunan bersama teman-teman sekelompoknya. Namun saat menikmati liburan, tiba-tiba mereka mendapati teror dari para pemuja kultus di sana.

Secara tidak langsung, Midsommar adalah Wicker Man yang dirubah mirip dengan Hereditary dengan sedikit nuansa Rosemary's Baby. Gabungan pengaturan skor yang memukau dan lanskap yang indah adalah unsur utama dalam film ini.

Walau terlihat seperti kebanyakan film horor standar, nyatanya Midsommar adalah film yang sangat merusak jiwa. Secara kritis mungkin tidak sehebat Hereditary, walau film ini mampu mendapat skor sebesar 83 persen di Rotten Tomatoes.

Seperti biasa, film ini bukan untuk semua orang dan penonton standar yang mungkin akan bingung setelah menontonnya. Terlepas dari semua hal itu, Midsommar adalah salah satu film horor paling berani, menarik, dan ditinjau dengan baik pada tahun ini.

2. Hagazussa

https://www.youtube.com/embed/T1-gcr_RTqY

Film ini awalnya muncul di festival film pada tahun 2017 dan dirilis di Jerman pada 2018, tetapi baru dirilis untuk khalayak luas pada tahun 2019. Hagazussa adalah film yang mengambil latar dari cerita rakyat Jerman yang menghantui, ditulis dan disutradarai oleh Lukas Feigelfeld.

Film ini mengambil unsur alami yang menunjukkan seolah-olah kalau film ini adalah produk sebenarnya dari cerita rakyat Jerman dan sejarah lisan dari desa-desa di pegunungan Alpen. Hagazussa: A Heathen's Curse menampilkan semua citra yang diperlukan untuk sebuah film horor klasik, yakni kereta kuda, tengkorak, dan banyak ilmu sihir di dalamnya.

Film ini kemungkinan tidak cocok untuk khalayak umum, karena adegan di dalamnya sering sangat intens dan gambarnya sangat mengganggu. Film ini tidak mengandalkan taktik menakut-nakuti yang murahan, tetapi lebih memilih nada atmosfer yang asli sehingga dapat melekat dalam pikiran penonton selama berhari-hari.

Hagazussa mendapat rating sebesar 95 persen pada Rotten Tomatoes. Seperti film lainnya di dalam daftar ini, film indie ini sangat ekslusif, tapi akan sangat memuaskan bagi mereka yang suka pengalaman baru dan lebih berani saat menonton film horor.

Baca Juga: 5 Film Horor yang Sama Sekali Tidak Menyeramkan, Malah Jayus!

3. Us

https://www.youtube.com/embed/hNCmb-4oXJA

Film Get Out meledak ketika dirilis dan membawanya ke empat nominasi Oscar, termasuk kemenangan untuk skenario film asli untuk sang sutradara, Jordan Peele. Film tersebut secara luas dianggap relevan dengan isu di Amerika, karena komentar sosialnya yang pedas tentang rasisme di sana.

Hampir sama dengan film Peele sebelumnya, Us juga menampilkan sejumlah isu yang relevan dengan keadaan saat ini. Di saat Get Out berfokus pada ras, Us lebih memilih isu-isu sosial Amerika, walau tetap memasukkan tema-tema rasial juga.

Skor yang mencolok, seperti yang dapat terlihat di trailer, meresapi seluruh film ini. Lupita Nyong'o terbukti dapat menjadi lead character yang tangguh dalam film ini. Walau plotnya mungkin terasa macet dan berbelit-belit di beberapa bagian, Us adalah salah satu contoh karya seni yang berani dalam menyampaikan pesan pribadi dari pembuatnya.

4. Ready or Not

https://www.youtube.com/embed/ZtYTwUxhAoI

Tidak semua film di daftar ini adalah film horor yang terlalu serius. Ready or Not adalah salah satunya, yang berhasil menunjukkan unsur dark comedy di dalamnya. Film ini menggabungkan unsur sarkastik dengan sifat konyol keluarga Le Domas lewat praktik-praktik ortodoks mereka.

Ready or Not menceritakan seorang wanita, Grace (Samara Weaving), yang menikahi seorang pria dari keluarga yang sangat kaya. Setelah menikah, Grace diundang ke rumah keluarga sang pria. Di sana ia dipaksa untuk mengikuti tradisi keluarga mereka, sebuah permainan hidup mati yang mengerikan.

Secara keseluruhan, Ready or Not benar-benar berdarah sembari menunjukkan sentimen yang cukup lewat masing-masing karakter dan perjuangannya sepanjang film. Film ini cukup ringan, sehingga cocok ditonton oleh khalayak umum.

5. Crawl

https://www.youtube.com/embed/H6MLJG0RdDE

Crawl adalah film bencana dengan pendekatan sederhana, sebuah entri terbaru Alexandre Aja yang mempertahankan gaya visualnya. Tokoh utamanya adalah seorang perenang (Kaya Scodelario) dari Universitas Florida dan ayahnya (Barry Pepper).

Dalam film ini, perairan yang dipenuhi oleh buaya di sekitar ayah dan anak tersebut bergabung, ditambah dengan badai berkecamuk kategori lima yang mulai menyerang daerah sekitarnya. Walau seperti film-film bencana mainstream lainnya, nyatanya Crawl dibuat dengan CGI yang lebih terperinci dan realistis.

Film ini menampilkan seni yang luar biasa yang dapat dicapai oleh sub-genre bencana yang dieksekusi dengan benar. Seringkali jenis film ini dapat ditarik ke Jaws, sebuah mahakarya sinematik yang menyulap sebuah ide sederhana dengan cara berbelit-belit, seperti membuat karakternya terdampar di air hanya untuk diserang oleh hiu.

Crawl adalah film yang cocok bagi mereka yang menikmati sub-genre bencana dan menyukai formula manusia versus binatang.

6. The Lighthouse

https://www.youtube.com/embed/Hyag7lR8CPA

The Lighthouse adalah karya terbaru Robert Eggers sejak film pertamanya, The Witch, yang sukses secara kritis dan finansial. Film pertamanya mungkin kurang memenuhi demografi horor, karena mengambil latar Amerika awal abad ke-17, menggunakan lanskap dan bahasa sebagai aset utamanya.

Hampir sama dengan film sebelumnya, The Lighthouse berhasil memadukan cerita rakyat, pelaut, cuaca yang menakutkan, mitologi Yunani, dan jaringan metafora yang rumit dengan mulus. Film ini dengan sempurna merangkum kegilaan nyata yang dialami oleh penjaga mercusuar, yang secara bertahap terdistorsi sampai batas antara kebenaran dan fiksi.

Eggers memahami bahwa kesengsaraan bukanlah hal yang paling memikat untuk ditonton ketika tidak ada jeda yang diberikan. Oleh sebab itu, ia mengklaim bahwa ia ingin bersenang-senang dalam kesengsaraan karakternya.

Sejak awal, rasio aspek dari film ini menjebak penonton dalam keadaan klaustrofobik, menunjukkan dua pria yang hidup di sebuah tempat terpencil. Skornya sangat kreatif, menciptakan suara yang benar-benar unik dan cocok dengan visualnya.

Robert Pattinson dan Willem Dafoe juga memberikan pertunjukan yang memukau dan berhasil membawa para penontonnya ke keadaan seperti mimpi. Eggers benar-benar membuat kisah singkat dan membingungkan di mana penonton akan sangat terpesona sampai kehilangan konsep realitas di dunia fantastinya. 

Meskipun berat dan tidak begitu terfokus untuk menceritakan kisah dengan cara linear, pada akhirnya The Lighthouse dapat menawarkan pengalaman menonton film horor yang tidak mainstream.

Nah, itu tadi 6 film horor dengan review kritis terbaik di tahun 2019. Berani untuk menonton semuanya?

Baca Juga: 5 Film Tentang Terorisme Terbaik yang Paling Menegangkan

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya