5 Bukti Kalau 'Love, Death & Robots' di Netflix Cuma Buat Orang Aneh

Serial yang cuma dimengerti orang cerdas

Rasanya gak kaget sih kalau orang-orang hebat di balik Fight Club dan Deadpool bikin film serial yang menakjubkan, penuh dengan adegan seks, penuh adegan kekerasan, kayak di serial super NSFW satu ini, yaitu Love, Death & Robots.

Seks dan kekerasan selalu jadi konten yang dewasa, tentu saja. Tapi ketika sebuah serial ditandai sebagai "sexualized violence" oleh Netflix, sebuah platform streaming film, dan kemudian mendapat rating 'Mature', kamu tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dari serial ini.

Pokoknya, gak ada film atau serial di Netflix yang mirip atau bahkan sama kayak Love, Death & Robots.

1. Dirilis Jumat, 15 Maret 2019, Love, Death & Robots diciptakan oleh David Fincher dan Tim Miller

5 Bukti Kalau 'Love, Death & Robots' di Netflix Cuma Buat Orang Anehgeektyrant.com

Bayangin Black Mirror kawin sama Devilman Crybaby kemudian punya anak berbentuk antologi serial animasi dewasa, tapi jauh lebih random karena ada 18 jalan cerita yang berbeda yang siap bikin kamu mind blown di setiap akhir cerita.

Kayak Black Mirror, serial ini disajikan sebagai sebuah antologi dari berbagai cerita yang gak ada kaitannya satu sama lain, jadi gak ada kebetulan yang dibuat-buat dengan sengaja. Dan mirip juga sama Devilman Crybaby, serial ini berubah jadi konten yang penuh dengan kekerasan dan adegan seksual yang kadang menyilaukan. Bahkan sudah seekstra itu, tetap gak bisa menangkap banyaknya genre dan gaya naratif yang disajikan Love, Death & Robots.

2. Serial ini sering menggunakan setting tempat yang menarik dan punya akhir cerita yang bakal bikin kamu ngomong, "OH AKU TAHU MAKSUDNYA!"

5 Bukti Kalau 'Love, Death & Robots' di Netflix Cuma Buat Orang Anehinverse.com

Karena tiap episode durasinya pendek, gak ada sketsa tunggal yang sengaja diciptakan untuk sebuah peristiwa besar atau twists, jadi mungkin apa yang para kreator pikirkan sebenarnya lebih sederhana dari apa yang kita pikirkan. Contohnya, ada di satu cerita, kita lihat petani kampungan menangkis invasi dari alien yang mirip di film Pacific Rim, tapi kemudian di akhir cerita kita malah dikasih tahu kalau merekalah sebenarnya yang menginvasi planet alien tersebut.

Netflix dengan tepat mampu menargetkan serial ini sebagai salah satu yang "mind-mending" dan "exciting." Memang benar, untuk maraton serial ini kamu harus rela masuk ke dalam mimpi teraneh dan narasi yang patah-patah di setiap episode yang memakan waktu sekitar 17 menit lamanya.

Para pecinta film sci-fi dan thriller biasanya bakal menganggap kalau serial ini, dan segala kekurangannya, justru malah membuat serial ini punya daya tarik tersendiri.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Serial Netflix yang Bisa Ditonton Tanpa Berurutan

3. Kalau ada karakter fiksi yang bisa dideskripsikan sebagai "masturbatori", ya cuma di serial ini. Dan mungkin itu sebabnya kenapa banyak orang yang menyukainya

5 Bukti Kalau 'Love, Death & Robots' di Netflix Cuma Buat Orang Anehinverse.com

Tepat di mana kamu mikir kalau alur cerita salah satu episode yang kamu tonton mulai menarik, di situlah alur akan terpotong dan berganti arah menjadi sesuatu yang gak bakal kamu bayangkan, entah itu sebuah dialog atau adegan kekerasan atau seks.

Coba ingat-ingat episode 5, "Sucker of Souls": Seorang prajurit yang mengawal ilmuwan penjelajah yang super lelet. Mereka dikejar oleh makhluk bernama "Dracula" yang sebenarnya vampir, sih. Tepat ketika prajurit itu bakal dimakan kepalanya, seekor kucing masuk ke scene dan bikin monster itu pergi ketakutan. Si ilmuwan kemudian menceritakan tentang daging kucing yang dimakan ternyata membuat para drakula terbakar.

“Well, he’s not the first man who got in trouble for eatin’ a little pussy!”

Kamu mungkin bakal mikir: Ini beneran dijadiin bahan bercandaan?

4. Serial ini mengawinkan horor, thriller, sci-fi, dan fantasi menjadi satu kesatuan yang bikin kamu kehabisan cara untuk menerka apa yang ada di akhir cerita di tiap episodenya

5 Bukti Kalau 'Love, Death & Robots' di Netflix Cuma Buat Orang Anehengadget.com

Gak ada dua episode yang mirip satu sama lain, tapi semua episodenya terlihat melayani penonton yang memang pada dasarnya menikmati film-film berjenis seperti ini. Mungkin di beberapa episode akan terlihat seperti potongan adegan di permainan PlayStation lama, dan mungkin itu adalah penggambaran yang tepat.

Setiap cerita akan disusun dan dibangun dalam ide-ide yang baru untuk dengan sengaja bikin otak penontonnya meleleh karena akhir cerita yang sebagian besar memang bikin kaget, syok, dan terheran-heran. Mungkin faktor ini bisa dipakai di film Saw pertama pada tahun 2004, tapi apa bakal bisa dipakai lagi tahun 2019?

Serial ini membuktikannya.

5. Sebaik-baiknya serial ini dikemas, tentu saja akan ada bagian di mana serial ini jadi gak baik kalau ditonton secara mentah-mentah

5 Bukti Kalau 'Love, Death & Robots' di Netflix Cuma Buat Orang Anehwhats-on-netflix.com

Jadi, orang yang pikirannya pendek kayanya gak cocok nonton ini.

Coba kita bahas salah satu episode mereka, yaitu "Sonnie's Edge," sebuah kisah yang mirip kayak pertarungan Pokémon, gang rape dieksploitasi sebagai alur cerita yang tentu saja secara tidak cerdas akan membuat polemik dan kontroversi.

Gak ada yang salah dengan ketelanjangan, pekerja seks, atau BDSM dalam sebuah penyampaian cerita atau storytelling. Sehingga penyajian serial dewasa ini tentu saja membuat ada pacuan adrenalin setiap kali kita menontonnya.

Tapi menciptakan sesuatu yang gak bisa kita tinggalkan begitu saja adalah inti dari serial ini. Bagi beberapa orang, ada sebuah nilai nyata yang bisa diambil dari setiap akhir cerita yang bikin kaget. Buat beberapa orang lainnya, serial ini ya hanya terasa biasa saja dan mungkin malah terasa kuno.

Nikmati saja serial ini, apalagi kalau ditonton sebagai maraton tengah malam. Tapi Love, Death & Robots mengagungkan kekerasan dan seks dengan sengaja untuk menggoda pasar sekitarnya: yaitu membosankan.

Baca Juga: Catat Nih! 5 Series Netflix Ini Harus Banget Masuk Movie List Kamu 

Ice Juice Photo Verified Writer Ice Juice

A dyslexic peculiar organism capable of turning caffeine into words.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya