Review Film 212 The Power Of Love: Kisah Jurnalis Saat Aksi 2 Desember

Kamu sudah nonton belum?

Sejak tayang tanggal 9 Mei 2018, film yang disutradarai oleh Jastis Arimba ini belum terlalu mendapat respon membludak dari penonton. Padahal, tema yang diangkat harusnya bisa mengundang jutaan penonton yang ingin tahu tentang aksi 212 tahun 2016. Walau film ini terinspirasi dari kisah nyata, namun sisi drama tetap yang paling kental dalam penayangannya.

Berikut IDN Times telah merangkum rangkaian cerita kehidupan Fauzi Baadila dalam film berdurasi 110 menit ini! Buat kamu yang belum nonton bisa jadi pertimbangan nih sebelum mutusin ke bioskop.

1. Bermula dari Rahmat, seorang jurnalis dengan idealismenya terhadap Islam

Review Film 212 The Power Of Love: Kisah Jurnalis Saat Aksi 2 DesemberInstagram.com/212movie

Diceritakan Rahmat (Fauzi Baadila) adalah seorang jurnalis sebuah majalah. Dia merupakan salah satu lulusan Harvard University jurusan jurnalistik terbaik. Orangnya kaku, keras, perawakannya sangar dan kalau ngomong suka ceplas-ceplos. Karena perangai yang galak, dia tidak punya teman tapi punya banyak musuh. Bahkan Pemrednya saja dibuat tidak bisa berkutik oleh Rahmat.

Namun yang membuatnya spesial adalah dia tidak takut mengungkapkan apa yang menurutnya benar. Soal kejadian penistaan agama pun, dia menulis berita bahwa seharusnya Islam itu bukan seorang anarkis yang menggunakan mayoritas untuk menyerang minoritas. Hal inilah yang kemudian menjadi konflik awal film, Rahmat dinilai tidak cinta agamanya sendiri, dihujat bahkan diteror karena hasil tulisannya.

2. Masuk ke kehidupan pribadi Rahmat yang tidak pernah dia bongkar pada siapapun sebelumnya

Review Film 212 The Power Of Love: Kisah Jurnalis Saat Aksi 2 DesemberInstagram.com/212movie

Setelah pengenalan karakter Rahmat, masuk terus ke kehidupan pribadi Rahmat yang super tertutup. Dia ini cuma punya satu teman saja yaitu teman kantornya, namanya Adin (Adhin Abdul Hakim) yang setia menemaninya kemanapun. Diceritakan Ibunda Rahmat meninggal dan mereka harus berangkat ke Ciamis. Ternyata, Rahmat belum pernah pulang ke rumah selama 10 tahun. 

Di sinilah cerita bermulai, kehidupan pribadi Rahmat mulai terkuak. Dia punya ayah seorang Kyai yang meninggalkannya di pesantren saat dia masih kecil. Di situlah awal masalah kenapa Rahmat dengan lugas mengatakan “Bagi gua, bokap gua udah mati." Dia hanya menganggap Ibunya yang sayang padanya karena Ibunya yang mengunjunginya di pesantren. Dia juga tidak pernah bertegur sapa bahkan berbincang dengan ayahnya. 

Mereka punya hubungan yang kacau, belum lagi setelah Ibu Rahmat meninggal. Yang menarik di sini adalah Rahmat punya watak sama kerasnya dengan ayahnya. Tidak ada yang mau mengalah, jadi seperti perang dengan keluarga sendiri ceritanya.

Baca juga: Bikin Nostalgia, 10 Lagu Ini Jadi Soundtrack Sinetron Hits 2000-an

3. Ayah Rahmat ikut aksi 212, hubungan ayah-anak semakin renggang

Review Film 212 The Power Of Love: Kisah Jurnalis Saat Aksi 2 DesemberInstagram.com/212movie

Karena Rahmat tidak setuju dengan aksi ini, dia ngotot tak membolehkan ayahnya pergi. Tapi seperti yang sudah disebutkan tadi, ayah Rahmat tidak mau dengar. Ngotot minta pergi juga. Jadilah rombongan Jamaah Ayah Rahmat berangkat dari Ciamis ke Monas dengan jalan kaki. Mengingat ayah Rahmat sudah tua dan sakit-sakitan, mau tidak mau Rahmat juga ikut rombongan. Memantau dari jauh bagaimana kondisi Ayahnya.

Nah, sebenarnya inti cerita dalam film ini adalah hubungan Ayah dan anak ini. Yang tadinya jauh sekali, tidak pernah mau menyapa jadi dipaksa untuk berdekatan dengan keadaan. Jadi sosok Rahmat di sini itu gengsi, tapi sayang dengan ayahnya. Sama, ayahnya juga begitu ke Rahmat.

4. “The Power of Love” adalah ketika Jamaah berhasil memutihkan Monas juga memulihkan hubungan Sang Kyai dengan anak Jurnalisnya

Review Film 212 The Power Of Love: Kisah Jurnalis Saat Aksi 2 DesemberInstagram.com/212movie

Jadi sampailah jutaan jamaah dari berbagai penjuru ke Monas untuk aksi bela Islam karena cinta kepada agama. Saat kejadian, aksi ini berjalan lancar, semua penuh solidaritas pada kaum non muslim, saling membantu, tertib dan membuktikan bahwa aksi ini memang aksi damai, bukan aksi protes. 

Drama Rahmat dan ayahnya juga akhirnya memiliki akhiran yang baik. Rahmat akhirnya sadar kalau ayahnya memang sayang pada dirinya setelah menemukan buku harian yang ditempeli semua berita tentang namanya di koran. Jadilah ada bukti, kalau ayahnya bukan tidak peduli, hanya gengsi saja karena mau menunggu Rahmat pulang sendiri tanpa disuruh.

5. 212 dijadikan simbol pelengkap saja dalam film ini, inti sebenarnya adalah The Power of Love

Review Film 212 The Power Of Love: Kisah Jurnalis Saat Aksi 2 DesemberInstagram.com/212movie

Jadi intinya kalau kamu mengharapkan bakal tahu latar belakang aksi 212, ada atau tidaknya campur tangan politik di dalamnya atau semua hal yang memicu terjadinya aksi sampai selesai. Kamu tidak akan mendapatkannya di film ini. Murni drama, bukan tentang aksinya.

Film ini bukan film dokumenter, jadi tentu tidak bisa dibandingkan dengan film Di Balik 98 punya Lukman Sardi. Untuk keseluruhan film, jalan cerita, akting pemeran utama sampai cameo, sinematografi dan scoring film, IDN Times memberikan bintang 2/5.

Baca juga: 10 Potret Adu Gaya Pacaran Audi Marissa & Jessica Mila yang Bikin Baper

Topik:

Berita Terkini Lainnya