5 Rekomendasi Film yang Mengangkat Isu Kesehatan Mental

Sarana pembelajaran terkait mental illness dalam sebuah film

"...bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia raya"  tersirat dalam lagu kebangsaan Indonesia terkait makna pentingnya kesehatan jiwa (mental) disamping kesehatan badan (fisik).

Penyakit pada tubuh mudah dilihat dan didiagnosa, karena sifatnya kasat mata, gejalanya dapat dilihat oleh diri sendiri maupun orang lain. Lain halnya dengan penyakit mental atau mental illness, gejalanya tidak terlihat oleh siapapun walau dapat dirasakan oleh penderitanya. 

Di beberapa negara berkembang, isu terkait mental illness masih dianggap tabu, minim diperbincangkan, sehingga kesadaran akan hal ini masih sangat kurang.

Selain dari buku dan jurnal, sarana pembelajaran untuk menambah wawasan terkait isu mental illness bisa kita dapatkan juga melalui film. Berikut beberapa rekomendasi film yang mengangkat isu tersebut.

1. To the Bone (2017)

https://www.youtube.com/embed/705yRfs6Dbs

Menceritakan kisah Ellen (Lily Collins), seorang wanita berusia 20 tahun yang berjuang menghadapi penyakit Anoreksia Nervosa

Selaras dengan judul filmnya "To the Bone" yang berarti "Sampai ke Tulang". Anoreksia Nervosa merupakan suatu penyakit mental dimana penderitanya kesulitan dan takut secara berlebihan untuk makan,  diet terus menerus secara ekstrem, demi mendapatkan tubuh yang sangat kurus. Pengidap penyakit ini akan sangat frustasi jika timbangan berat badannya naik walau hanya 1 ons. 

Film ini adalah PoV (Point of View) dari seorang pengidap anoreksia, bagaimana ia menghadapi lingkungan dan keluarganya,  perjalanannya untuk menyembuhkan kondisinya, dan mencari akar penyebab dari munculnya gangguan ini.

2. Black Swan (2010)

https://www.youtube.com/embed/5jaI1XOB-bs

Sebuah film thriller psikologis yang disutradarai oleh Darren Aronofsky, menceritakan tentang seorang balerina profesional muda bernama Nina (Natalie Portman) yang terobsesi terhadap peran utamanya dalam pertunjukan balet ternama, Swan Lake.

Persaingan yang ketat dalam dunia balet, ditambah tekanan yang didapatkan akibat memiliki ibu yang sangat mengekang, membuat Nina kehilangan akalnya. 

Film ini menggambarkan sosok pengidap schizophrenia, yakni gangguan mental yang membuat penderitanya tidak dapat membedakan antara kenyataan dan ilusi. Film ini memiliki penggambaran penyakit mental yang akurat secara klinis. Penonton diajak untuk ikut merasakan situasi dari pengidap penyakit ini, mulai dari gejalanya sampai apa saja yang bisa menyebabkan seseorang mengidap kelainan tersebut.

Sinematografi dan akting para artis di film ini sangat memukau. Natalie Portman juga mendapatkan Oscar atas perannya sebagai Nina pada film ini.

3. Sightless (2020)

https://www.youtube.com/embed/I675IkNPFuY

Film misteri dan thriller psikologis besutan Netflix, Sightless (Tak Terlihat), mengisahkan tentang seorang pemain biola muda terkenal, Ellen Ashland (Madelaine Petsch) yang mengalami kebutaan akibat diserang oleh orang asing.

Film ini secara gamblang menggambarkan gangguan Munchausen yang merupakan gangguan kepribadian di mana seseorang secara fatal melukai dan memanipulasi orang lain hanya untuk membuat mereka tetap dekat.

Dibalut dengan narasi misteri yang membuat penasaran, penonton diajak untuk mengikuti alur cerita dari sudut pandang orang tuna netra dengan gangguan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Post-traumatic stress disorder atau gangguan pasca trauma merupakan gangguan kepribadian setelah mengalami atau menyaksikan kejadian yang mengerikan. 

Pengidap PTSD contohnya dialami oleh tentara pasca peperangan yang trauma setelah melewati situasi peperangan yang mencekam, ditandai dengan suasana hati yang gelisah, mimpi buruk, dan kilas balik situasi masa lalu yang mengerikan.

Baca Juga: 9 Fakta Film Korea Decision to Leave, Bersaing di Festival Film Cannes

4. The Perks of Being a Wallflower (2012)

https://www.youtube.com/embed/n5rh7O4IDc0

Dibuat berdasarkan novel karya Stephen Chbosky, The Perks of Being a Wallflower (Keuntungan Menjadi Seorang Penyediri) merupakan drama nuansa romantis yang dibuat berdasarkan sudut pandang seorang mahasiswa baru yang penyendiri, Charlie (Logan Lerman). 

Charlie adalah remaja dengan masa lalu yang berat, mulai dari kehilangan sahabatnya karena bunuh diri, pelecehan seksual saat dia masih anak-anak, hingga bullying. Sampai akhirnya ia menemukan sekelompok teman dengan jejak historis yang hampir sama dengan dirinya.

Film ini menggambarkan potret gejala-gejala yang nampak dari seseorang yang mengidap PTSD, juga memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya psikiatris dan rumah sakit jiwa yang baik dan efisien bagi para pasien pengidap gangguan mental.

5. Ginger & Rosa (2012)

https://www.youtube.com/embed/13oRYH0YpSA

Film drama garapan sutradara senior Sally Potter ini fokus terhadap dampak yang diberikan pada anak korban broken home. 

Broken home kerap dikaitkan dengan perceraian, padahal sebuah rumah tangga yang utuh juga dapat dikatakan "broken" walaupun tidak melalui suatu perceraian. Misalnya, seorang ayah yang ketahuan selingkuh namun dimaafkan oleh sang ibu, kemudian peristiwa tersebut masih membekas pada diri sang anak, dimana sang anak menjadi menjauh dan tidak percaya terhadap laki-laki.

Berlatar belakang di London pada tahun 1962, film ini menceritakan sebuah peristiwa dari sudut pandang Ginger (Elle Fanning). Ginger memiliki sahabat dekat sedari kecil bernama Rosa (Alice Englert). Keduanya merupakan siswa sekolah yang aktif dalam kegiatan program anti nuklir.

Puncak konflik terjadi ketika Rosa mulai menjalin hubungan romantis dengan ayah Ginger yang tampan. Hal ini memicu perilaku Ginger yang impulsif, ia mulai sering ikut demo anarkis terkait perang dingin. Hal-hal impulsif yang ia lakukan hanyalah sebuah distraksi dari kenyataan yang ia alami, yaitu kenyataan pahit dimana ayahnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri yang ia sayangi.

Masih banyak tayangan menarik lainnya yang juga mengangkat isu terkait kesehatan mental. Penulis berharap edukasi dan pesan moral yang diberikan dari film-film di atas sedikit banyak dapat melatih empati, menambah wawasan, serta kesadaran akan kesehatan mental diri kita maupun orang lain. 

Baca Juga: 10 Sekuel Film Romantis yang Gak Kalah Seru dari Film Pertamanya

Tamara Puspita Ayu Photo Verified Writer Tamara Puspita Ayu

I write what i know & know what i write

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya