[REVIEW] takt op. Destiny—Pertarungan Epik demi Membangkitkan Musik

Anime kolaborasi studio MAPPA dan MADHOUSE, nih!

Jika ditanya tentang anime yang paling ditunggu-tunggu oleh penggemar pada periode fall 2021, tak sedikit penggemar anime yang akan memilih takt op. Destiny sebagai salah satu anime paling diantisipasi. Bukannya tanpa alasan, anime ini diproduksi oleh studio MAPPA dan MADHOUSE yang memang dikenal sebagai penghasil anime-anime populer.

Anime yang dirilis pada 6 Oktober 2021 ini akhirnya tamat dengan porsi dua belas episode. Dengan berakhirnya takt op. Destiny, kini, penulis akan memberikan ulasan mengenai anime ini, mulai dari membahas alur cerita hingga penyutradaraan. Apakah seluruh antisipasi penggemar dapat terbayarkan setelah menonton anime ini? Yuk, simak review takt op. Destiny di bawah!

1. Teror D2 membuat umat manusia tidak bisa menikmati musik lagi

[REVIEW] takt op. Destiny—Pertarungan Epik demi Membangkitkan MusikTakt, Unmei, dan Anna dalam perjalanan menuju New York. (dok. MAPPA/takt op. Destiny)

Anime takt op. Destiny mengambil genre musical action dengan alur cerita yang cukup catchy dalam kesan pertama. Anime ini menceritakan tentang dunia yang semakin kacau setelah meteor hitam menabrak Bumi. Jatuhnya meteor ini membuat makhluk bernama D2 muncul dan membuat kekacauan, terutama ketika sudah mendengar alunan musik. Untuk menghindari bencana dan korban yang semakin bertambah, musik kemudian tidak diperdengarkan lagi oleh banyak orang. Namun, selain datangnya D2 sebagai bencana, datang juga gadis berkekuatan khusus yang kemudian dijuluki Musicart. Mereka adalah yang satu-satunya memiliki kekuatan untuk mengalahkan D2 dengan bantuan dari seorang konduktor.

Takt Asahina adalah salah satu konduktor yang memiliki Musicart bernama Unmei. Sebelum bertemu Unmei, Takt kerap menyendiri di rumahnya untuk bermain piano. Memiliki ayah seorang konduktor hebat, bakat alami Takt memang terlihat dan dedikasinya terhadap musik memang lebih kuat dari orang lain. Ia pun kerap ditemani oleh Cosette yang selalu menyemangatinya untuk bermusik. Sayangnya, karena serangan D2, Cosette harus meregang nyawa dan tubuhnya diambil alih oleh Unmei. 

Takt dan Unmei sendiri adalah pasangan konduktor dan Musicart yang tidak biasa. Demi bertarung, Unmei selalu mengambil daya hidup Takt sebagai energi. Karena permasalahan ini, Takt, Unmei, dan ditemani oleh kakak perempuan Cosette, yaitu Anna, kemudian melakukan perjalanan ke markas Symphonica di New York. Tempat ini adalah organisasi besar yang bertujuan untuk membasmi D2 dengan merekrut beberapa konduktor dan dipasangkan dengan Musicart. Perjalanan ketiganya ke New York selalu dipenuhi dengan bahaya D2 di sepanjang jalan. 

Dari segi cerita, takt op. Destiny memang memberikan ide yang segar dengan menggunakan musik sebagai topik permasalahan utama. Menariknya, takt op. Destiny memiliki alur cerita yang sesuai dengan ekspektasi penggemar. Dalam setiap episodenya, Takt dan Unmei selalu berhadapan dengan D2 dan lambat laun mulai mempererat kerja sama mereka. Tempo penyampaian cerita pun terbilang pas karena tidak terlalu cepat dan mudah dipahami.

Mengingat takt op. Destiny juga merupakan anime orisinal, cerita dalam anime ini pun memang membuat para penonton harus selalu menebak-nebak ke mana arah cerita akan berjalan setiap minggunya. Dengan alur cerita orisinal yang dibuat dengan baik, takt op. Destiny berhasil memberikan ending yang cukup realistis bagi semua orang.

2. Kehilangan orang yang tercinta menjadi motivasi Takt untuk membangkitkan musik kembali

[REVIEW] takt op. Destiny—Pertarungan Epik demi Membangkitkan MusikTakt dan Cosette terluka parah karena serangan D2. (dok. MAPPA/takt op. Destiny)

Takt diceritakan kehilangan ayahnya di masa lalu karena serangan D2. Seolah belum cukup, Takt kembali kehilangan Cosette karena serangan D2, tepat ketika ia kembali menemukan kepercayaannya dalam bermusik karena gadis tersebut. Meski telah kehilangan dua orang yang berharga baginya karena musik, kecintaan Takt terhadap musik seolah tidak padam. 

Bersama dengan Unmei, Takt pun perlahan memiliki keinginan untuk membangkitkan musik kembali agar semua orang bisa mendengarkan musik tanpa harus ketakutan dengan serangan D2. Mereka yang awalnya hanya ingin ke New York karena ingin memperbaiki masalah mereka berakhir dengan keinginan untuk membasmi teror D2 dari akarnya. Takt dan Unmei pun tak langsung akur. Namun, seiring waktu, Unmei yang selalu tampil tanpa emosi pun juga akhirnya menaruh kepedulian terhadap Takt.

Baca Juga: [REVIEW] My Hero Academia: World Heroes' Mission—Teror dari Humarise

3. Animasi yang tidak konsisten membuat kualitas menjadi naik turun

[REVIEW] takt op. Destiny—Pertarungan Epik demi Membangkitkan MusikUnmei dan Titan (dok. MAPPA/takt op. Destiny)

Nah, siapa di sini yang tertarik menonton takt op. Destiny setelah mendengar MAPPA dan MADHOUSE berkolaborasi untuk menggarap anime ini? Apakah ekspektasimu terpuaskan?

Dua studio ini memang telah membuat banyak anime berkualitas yang selalu tinggi peminat. Sementara MAPPA adalah spesialisnya anime action, MADHOUSE terkenal karena anime-anime yang diproduksi memiliki kualitas cerita yang gak boleh diremehkan. Tidak mengherankan jika takt op. Destiny begitu ditunggu-tunggu penayangannya. 

Namun, dengan ekspektasi yang makin besar, datang juga pendapat berbeda-beda dari banyak penggemar anime. Dari segi desain, anime ini dibuat dengan sangat menarik dan setiap karakternya juga bisa tampil menonjol dengan cantik. Meski punya desain yang menawan, animasi yang tidak konsisten menjadi hal yang kerap dikeluhkan oleh para penonton. 

Episode pertama anime ini memang dibuat sangat menarik dengan adegan pertarungan khas MAPPA. Namun, di episode selanjutnya, kualitas animasinya seolah naik turun. Kadang satu episode dibuat dengan baik, sementara episode lainnya tidak terlalu bagus.

4. Lagu yang epik layaknya orkestra

https://www.youtube.com/embed/wmWX6ZGSzuE

Adanya genre musical dalam takt op. Destiny membuat penulis memiliki ekspektasi lebih pada pemilihan lagu dan audio instrumental yang mengiringi anime ini. Aplaus yang meriah untuk Ryo Supercell, Mafumafu & Gaku yang telah membawakan lagu pembuka berjudul "Takt" dan Mika Nakashima yang membawakan lagu "Symphonia" sebagai penutup. Mereka telah mengisi lagu dalam anime ini dengan suara khas mereka yang merdu. 

Mengingat kembali jika anime ini merupakan anime bergenre musical action, setiap pertarungan dalam takt op. Destiny seolah diiringi dengan audio instrumental yang penuh harmoni dan epik layaknya menonton orkestra. FYI, musik dalam anime takt op. Destiny digarap oleh Yoshihiro Ike yang sudah dikenal menggarap musik untuk anime populer lainnya, seperti Saint Seiya, B the Beginning, Dororo, Kuroko's Basketball, hingga Rage of Bahamut: Genesis. Gak mengherankan, ya, jika musik dalam anime takt op. Destiny memang pantas disebut sebagai salah satu yang terbaik untuk anime periode fall 2021.

5. Tantangan untuk menggarap anime orisinal yang langsung populer bagi Yuuki Itoh

[REVIEW] takt op. Destiny—Pertarungan Epik demi Membangkitkan MusikUnmei (dok. MAPPA/takt op. Destiny)

Yuuki Itoh lebih dominan menggarap key animation dan in-between animation dalam proyek-proyek anime. Selain itu, ia juga sering kedapatan menjadi episode director dan terlibat dalam pembuatan storyboard. Setelah berhasil memulai debutnya sebagai sutradara pada 2015 lewat anime Magical Girl Lyrical Nanoha ViVid, Yuuki Itoh kemudian juga menyutradarai Granblue Fantasy the Animation pada 2017 dan Sakura Kakumei ~Hana Saku Otome-tachi pada 2020. 

Meski pengalamannya sebagai sutradara belum sebanyak yang lainnya, Yuuki Itoh terbilang sukses menyutradarai anime takt op. Destiny. Pengalamannya mengerjakan anime dari berbagai bidang tampaknya menjadi kunci sukses bagi Itoh untuk menyempurnakan anime ini. Dengan antisipasi penonton yang kian meningkat, Itoh setidaknya berhasil memuaskan ekspektasi sebagian besar penonton dengan menyatukan setiap aspek dalam anime ini dengan sangat baik. 

Anime takt op. Destiny menjadi salah satu anime paling diantisipasi dengan banyaknya penggemar, bahkan sebelum penayangannya. Dengan meledaknya popularitas anime ini, penulis juga sangat menikmati alur cerita, karakteristik dari setiap karakter, musik, dan menghargai proses penyutradaraan yang matang dari Yuuki Itoh. Meskipun begitu, dari segi animasi, anime ini memang sedikit kurang konsisten.

Anyway, dengan skor 4/5 dari penulis, takt op. Destiny memang menjadi salah satu anime yang sayang untuk dilewatkan. Penulis harap takt op. Destiny bisa dinikmati tanpa embel-embel popularitas studio produksinya sehingga penonton tak hanya fokus ke segi desain dan animasi saja. Jika kamu bingung mencari streaming platform yang legal untuk menonton takt op. Destiny, anime ini bisa ditonton di iQiyi, Netflix, VIU, hingga YouTube Ani-One Asia. Kalau sudah menonton, bagikan skormu untuk takt op. Destiny juga di kolom komentar, ya!

https://www.youtube.com/embed/Mb0k1HLm3Ls

Baca Juga: [REVIEW] Aggretsuko—Anime Furry yang Relate sama Pekerja Kantoran

Trisnaynt Photo Verified Writer Trisnaynt

(~ ̄³ ̄)~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya