5 Tradisi Menyambut Ramadan yang Ditiadakan Tahun Ini

Tradisi daerahmu termasuk gak nih?

Saat ini Indonesia sudah termasuk negara yang terpapar pandemi COVID-19, hal ini menyebabkan pemerintah mengambil langkah untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dengan melakukan Physical Distancing lalu pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah yang menjadi episenter COVID-19 di Indonesia.

Selain pemberlakuan Physical Distancing pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak menyelenggarakan kegiatan yang bersifat mengumpulkan orang lebih dari 20. Hal ini menyebabkan kegiatan-kegiatan masyarakat seperti kegiatan keagamaan ditiadakan. Namun masih ada beberapa yang tetap menyelenggarakan tetapi dengan syarat menerapkan Physical Distancing.

Pada penghujung April ini diperkirakan datang nya bulan suci bagi umat muslim di dunia yaitu bulan ramadan. Pada umumnya menjelang bulan Ramadan umat muslim rutin melakukan kegiatan keagamaan seperti tabligh akbar, kajian keislaman dan tradisi adat juga dilakukan untuk menyambut bulan penuh berkah ini.

Seperti kita ketahui Indonesia sendiri merupakan negara yang terkenal dengan keberagaman suku bangsa nya, dari sabang sampai merauke. Maka dari itu dengan keberagaman nya membuat masing-masing daerah di Indonesia memiliki ciri khas dan tradisi tersendiri dalam menyambut bulan ramadan. Namun karena situasi dunia tengah dilanda pandemi dan juga adanya himbauan Physical Distancing dari pemerintah bukan tidak mungkin tradisi tersebut akan ditiadakan.

Berikut beberapa tradisi daerah yang rutin dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan suci Ramadan:

1. Megengan (Jawa Timur)

Megengan atau biasa dikenal dengan punggahan adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut bulan suci Ramadan. Dalam bahasa Indonesia megemg berarti menahan, dan terkandung maksud menahan diri dari sekarang untuk menyambut datangnya bulan puasa.

Ada tiga kegiatan yang biasa dilaksanakan pada tradisi megengan, yaitu pertama mandi keramas yang bermaksud untuk mensucikan diri dalam menghadapi datangnya bulan suci Ramadhan. Kedua berziarah ke makam leluhur, dengan maksud untuk mendoakan, memohonkan ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian yang terakhir berdoa bersama dengan membagikan kue apem yang merupakan ungkapan dari rasa permintaan maaf secara tidak langsung kepada para tetangga kita.

2. Dugderan (Semarang)

Dugderan merupakan festival khas Kota Semarang yang menandakan akan dimulainya ibadah puasa di bulan suci Ramadan, perayaan dugderan biasanya dibuka oleh wali kota dan dimeriahkan oleh sejumlah mercon dan kembang api.

Pada perayaan ini banyak pedagang yang menjual berbagai macam hal. Dugderan dimaksudkan selain sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana dakwah Islam.
Selain perayaan juga ada kirab, Kirab budaya ini dimulai di halaman balai kota Semarang Jawa Tengah. Kirab diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, sekolah, organisasi masyarakat dan lain-lain.

3. Munggahan (Jawa Barat)

Munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku Sunda untuk menyambut datangnya bulan Ramadan yang dilakukan pada akhir bulan Syaban (satu atau dua hari menjelang bulan Ramadan).

Bentuk pelaksanaannya bervariasi, umumnya berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama (botram), saling bermaafan, dan berdoa bersama. Selain itu, ada pula yang mengunjungi tempat wisata bersama keluarga, berziarah ke makam orang tua atau orang saleh, atau mengamalkan sedekah munggah (sedekah pada sehari menjelang bulan puasa).

Baca Juga: Selama Ramadan, 8 Kebiasaan Buruk Ini Harus Kamu Tinggalkan

4. Nyorog (Betawi)

Nyorog adalah tradisi masyarakat Betawi yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini berupa kegiatan membagikan berbagai bingkisan seperti bahan makanan mentah, gula, susu, kopi, ikan bandeng dan daging kerbau kepada sanak keluarga.

Tujuan dari tradisi nyorog adalah untuk mengingatkan bahwa sebentar lagi bulan suci Ramadan akan tiba dan sebagai ajang untuk saling silaturahmi satu sama lain.

5. Ziarah Kubro (Palembang)

Ziarah Kubro sendiri diartikan sebagai ziarah kubur dalam bahasa Indonesia. Bagi masyarakat Palembang, ziarah kubro merupakan kegiatan berziarah massal ke makam-makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam. Kegiatan ziarah ini dikhususkan untuk kaum laki-laki saja.

Dalam pelaksanaan ziarah yang rutin dilakukan setiap tahunnya itu, para jemaah melakukan kegiatan sehabis salat subuh hingga menjelang malam hari. Makam yang dikunjungi, antara lain, kompleks pemakaman Al-Habib Ahmad bin Syech Shabab, pemakaman Auliya dan Habaib Telaga Sewidak, makam Babus Salam As-Seggaf, dan berakhir di pemakaman Kesultanan Palembang Darussalam Kawah Tengkurep.

Melihat dari Tradisi serta perayaan yang dilakukan beberapa daerah diatas, dimana kegiatan tersebut bersifat mengumpulkan orang banyak bukan tidak mungkin tradisi tersebut akan ditiadakan tahun ini. 

Baca Juga: Tradisi Dandangan Sambut Ramadan di Kudus Tahun Ini Ditiadakan

Erica Okta Brilianti Photo Writer Erica Okta Brilianti

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya