Penting! Fakta yang Mungkin Belum Kamu Tahu soal Vaksinasi COVID-19

Jaga orang terkasih dengan melakukan vaksinasi 

Jakarta, IDN Times - Seperti diketahui, selama kurang lebih 2 tahun, masyarakat Indonesia terus berjibaku menghadapi pandemik COVID-19. Hal ini tidak mudah tentunya karena banyak orang-orang di sekitar yang pada akhirnya kehilangan keluarga, pekerjaan, bahkan kondisi fisik dan mental yang juga ikut menurun.

Akan tetapi, kondisi ini tidak boleh membuat kita menyerah. Hal itu karena Pemerintah Indonesia juga terus berupaya menghadapi pandemik COVID-19, salah satunya dengan melakukan vaksinasi. Hingga saat ini, pemerintah masih terus menggenjot vaksinasi demi mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.

Nah, melalui Ngobrol Seru by IDN Times hasil kolaborasi bersama Bio Farma, para millennial dan Gen Z diajak untuk mengenal lebih jauh nih terhadap efektivitas dan keunggulan berbagai jenis vaksin yang ada saat ini dengan dr. Adam Prabata, PhD Candidate in Medical Science at Kobe University. Seperti apa detailnya? Yuk disimak!

1. Tren kasus menurun karena sasaran vaksinasi terus bertambah

Penting! Fakta yang Mungkin Belum Kamu Tahu soal Vaksinasi COVID-19PhD Candidate in Medical Science at Kobe University, dr. Adam Prabata, saat menjadi pembicara pada Ngobrol Seru by IDN Times hasil kolaborasi bersama Bio Farma, Selasa (9/11/2021). (Dok. Tangkapan Layar Youtube IDN Times/Marwan Fitranansya)

Terkait perkembangan kasus COVID-19 di indonesia, menurut dr. Adam Prabata, jika dibandingkan dengan pertengahan tahun ini, yakni sekitar Juni-Agustus yang sempat puluhan ribu kasus per hari, saat ini sudah di angka rata-rata 500-700-an kasus per hari. Jadi, bisa dibilang saat ini tren kasusnya tengah menurun.

Kalau perkembangan vaksinasi COVID-19 di Indonesia, tambahnya, sekarang pun sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa bulan lalu. Hal itu bisa terjadi karena sasaran vaksinasinya yang terus bertambah.

“Untuk dosis satu sudah di atas 60 persen. Artinya, sudah lebih dari separuh penduduk Indonesia yang ditargetkan untuk vaksinasi sudah dapat vaksin COVID-19. Untuk vaksinasi dosis lengkap (dosis kedua) sudah sekitar 37 persen. Artinya, lebih dari sepertiga penduduk Indonesia sudah dapat dosis vaksin penuh (kedua). Nah, bisa jadi tren penurunan kasus COVID-19 menurun karena sudah banyak yang melakukan vaksinasi,” ujar dr. Adam Prabata saat menjadi speaker dalam Ngobrol Seru yang digelar secara daring melalui Instagram serta Youtube IDN Times dan Bio Farma, Selasa (9/11/2021).

2. Kebijakan catatan vaksinasi agar kasus COVID-19 dapat terkontrol

Penting! Fakta yang Mungkin Belum Kamu Tahu soal Vaksinasi COVID-19Ilustrasi vaksin COVID-19. (Reuters)

Selain itu, dr. Adam Prabata juga mengatakan salah satu strategi agar kasus COVID-19 dapat terkontrol adalah dengan melakukan vaksinasi. Bahkan, ia juga setuju jika tempat perbelanjaan, restoran atau bagi masyarakat yang ingin bepergian agar vaksinasi dijadikan persyaratan untuk ke tempat-tempat tersebut.

“Jepang baru saja akan mengeluarkan kebijakan, meskipun baru percobaan, untuk beberapa kota tertentu yang ingin memasuki restoran, perbelanjaan, dan sebagainya, agar masyarakatnya dilihat terlebih dahulu catatan vaksinasinya seperti apa. Makanya, bisa saya katakan Indonesia lebih maju dengan mengeluarkan kebijakan seperti itu duluan,” ungkap dr. Adam Prabata.

Pasalnya, tak bisa dimungkiri bahwa kebijakan seperti itu perlu dilakukan dengan tujuan agar lebih banyak masyarakat yang mau divaksinasi. Hal itu karena semakin banyak yang mau divaksin, semakin terlindungi juga orang lain, terutama untuk orang-orang yang tidak bisa divaksin karena mempunyai penyakit tertentu (komorbid).

3. Tidak ada microchip di vaksin COVID-19

Penting! Fakta yang Mungkin Belum Kamu Tahu soal Vaksinasi COVID-19Ilustrasi vaksin COVID-19. (Reuters)

Perihal isu chip vaksin COVID-19, dr. Adam Prabata tak menampik hal tersebut. Bahkan di Jepang sekalipun, menurutnya, isu tersebut memang santer dibicarakan. Akan tetapi, sampai saat ini, tak ada bukti bahwa isi vaksin COVID-19 (dengan berbagai jenis mereknya yang ada Indonesia) ada microchip-nya.

“Sebenarnya, jika masyarakat takut dilacak, dari handphone yang digunakan saja sudah bisa lho kalian dilacak ada di mana, sedang melakukan apa, apalagi dengan adanya aplikasi-aplikasi tertentu yang diunduh di handphone tersebut. Nah, ada satu fakta lain nih yang mungkin bisa menenangkan bahwasanya sampai saat ini tidak ada microchip medis yang ukurannya lebih kecil dibandingkan lubang jarum suntik. Jadi, gak ada tuh ceritanya vaksin ditanam microchip,” ungkapnya.

Lagi pula, dr. Adam Pratama juga mengatakan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) yang berhak menentukan vaksin COVID-19 layak untuk masyarakat pasti sudah terbukti 3 hal. Pertama, terbukti efektif. Artinya, memang sudah terbukti melindungi dari COVID-19 minimal 50 persen. Kedua, terbukti bisa menghasilkan antibodi. Artinya, ketika sudah divaksin, akan ada antibodi yang muncul di tubuh kita.

“Ketiga, sudah terbukti keamanannya. Untuk masalah keamanan, itu bisa dilihat dari manfaatnya yang lebih tinggi ketimbang efek sampingnya. Soalnya, gak mungkin ada obat atau vaksin yang gak ada efek sampingnya. Bahkan, parasetamol yang kita minum di saat demam pun ada efek sampingnya. Nah, makanya vaksin COVID-19 dilihat dari manfaatnya, serta efek sampingnya seperti apa. Dari pertimbangan tersebut, vaksin yang diizinkan di Indonesia terbukti keamanannya karena lebih tinggi manfaatnya,” jelas dr. Adam Pratama.

4. Vaksinasi melindungi ibu menyusui dan ibu hamil

Penting! Fakta yang Mungkin Belum Kamu Tahu soal Vaksinasi COVID-19Ilustrasi ibu menyusui. (webconsultas.com)

Sementara itu, dr. Adam Pratama juga menjelaskan vaksinasi untuk ibu menyusui sejauh ini sudah diperbolehkan. Kalau untuk ibu hamil, syarat untuk bisa divaksinasi ialah trimester 1, atau sudah lewat dari 13 minggu masa kehamilan.

“Sebenarnya, dari penelitian yang cukup menarik, untuk ibu menyusui yang sudah divaksin, dalam hitungan 1-2 minggu setelah divaksin nanti antibodi yang muncul di darahnya akan bertemu di ASI. Artinya, secara gak langsung ibu menyusui yang sudah divaksin akan melindungi bayinya juga,” katanya.

Adapun bagi ibu hamil yang sudah divaksin, jelas dr. Adam, ketika mereka melahirkan dan diperiksa, ternyata di plasentanya ada antibodinya juga. Artinya, antibodinya pindah dari darah si ibu ke darah si janinnya.

“Jadi, di bayi yang baru lahir kemungkinan ada antibodi (COVID-19) karena dikasih sama ibunya yang sudah melakukan vaksinasi. Makanya, manfaat vaksinasi selain melindungi untuk ibunya sendiri, ternyata melindungi bayi atau janinnya juga,” urainya.

5. Skenario bagi penyintas COVID-19 untuk vaksinasi

Penting! Fakta yang Mungkin Belum Kamu Tahu soal Vaksinasi COVID-19Ilustrasi vaksin COVID-19 (vidc.org)

Tak sampai di situ, dr. Adam juga menerangkan vaksinasi bagi penderita komorbid. Jika masih ragu, ia menyarankan agar mengonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter yang biasa menangani penyakit komorbidnya. Hal itu karena ketika orang punya komorbid, biasanya mereka akan kontrol ke dokter yang biasa dikonsultasikan. Jika sudah diperbolehkan oleh dokternya, jangan lupa agar diberikan surat layak vaksin.

Bagi penyintas COVID-19, saat ini ada beberapa skenarionya agar bisa diperbolehkan untuk vaksinasi. Menurut dr. Adam, pada September akhir, skenario diperbolehkan vaksinasi bagi penyintas COVID-19 tergantung dari derajat keparahannya.

“Misal, bagi yang bergejala ringan (hanya dirawat di rumah atau isoman), 1 bulan setelah sembuh bisa divaksinasi. Kalau bergejala ringan (dirawat di RS, tetapi tidak butuh oksigen), 1 bulan setelah sembuh bisa juga divaksinasi. Namun, bagi yang bergejala berat (dirawat di RS dan butuh oksigen), 3 bulan setelah sembuh baru bisa divaksinasi,” jelas dr. Adam.

Jadi, mulai sekarang jangan ragu lagi untuk vaksinasi COVID-19 karena vaksin yang ada di Indonesia terbukti layak dan aman ya! (WEB)

Topik:

  • Cynthia Kirana Dewi
  • Marwan Fitranansya

Berita Terkini Lainnya