5 Fakta Mengerikan tentang "Prank". Yakin Masih Mau Lakukan?

Ternyata bisa berbahaya!

Bukan hanya para vlogger dan selebgram terkenal saja, 'prank sekarang bahkan sudah merambah ke semua pihak. Apalagi, "prank" dijadikan sebagai konten utama dalam upaya meraih banyak view.

Bahkan, banyak yang membuat konten prank kebablasan hanya demi banyaknya jumlah penonton. Lalu, seperti apakah prank sebenarnya? Simak beberapa faktanya yuk!

1. Apa yang dimaksud dengan "prank"?

5 Fakta Mengerikan tentang Prank. Yakin Masih Mau Lakukan?instagram.com/baimwong

Kata "prank" berasal dari bahasa Belanda "pronken" yang berarti memamerkan. Penggunaan kata prank pertama, berhubungan dengan lelucon praktis pada tahun 1520-1530. Dalam sejarahnya, prank identik dengan kegiatan lelucon, dimana ditujukan untuk membuat penontonnya merasa senang.

Dalam bahasa Indonesia, istilah "prank" dapat disebut juga dengan "lelucon praktikal/praktis". Yang berarti sebuah trik yang dimainkan oleh seseorang atau beberapa orang, dengan tujuan untuk membuat korban merasa kaget, tidak nyaman, atau keheranan.

Istilah lainnya untuk lelucon praktikal meliputi prank, gag, jape, atau shenanigan.

2. Bisa menjadi perilaku abusive terselubung

5 Fakta Mengerikan tentang Prank. Yakin Masih Mau Lakukan?pixabay.com/geralt

Kata siapa bullying hanya dilakukan secara terang-terangan? Perilaku abusive tidak hanya terpacu pada "kekerasan" yang sebenarnya saja lho. Lelucon yang dilakukan secara berlebihan, disertai kata-kata yang tidak baik atau merendahkan, dan tindakan yang merugikan korban, dapat digolongkan sebagai perilaku abusive.

Begitupun dengan prank. Tak jarang korban prank yang kelewat batas akan mengalami hal-hal yang tidak mengenakan. Seperti ditertawakan oleh pelaku dan penonton, perlakuan yang dapat membahayakan fisik maupun psikis, dan perkataan negatif lainnya dari pelaku.

Sehingga tidak jarang, korban akan merasa marah, sedih, dihinakan, dikucilkan, dan berbagai lonjakan emosi lainnya. 

3. Efek senang yang berlebihan pada pelaku dan penikmat prank termasuk kelainan psikologis

5 Fakta Mengerikan tentang Prank. Yakin Masih Mau Lakukan?pixabay.com/OmarMedinaFilms

Rasa senang ketika melihat kesusahan orang lain itu adalah wajar, jika dalam batas normal. Sifat manusiawi tersebut dikenal dengan Schadenfreude. Yaitu pengalaman kesenangan, kegembiraan, atau kepuasan diri saat menyaksikan masalah, kegagalan, atau penghinaan orang lain.

Tapi kamu jujur deh, jika prank tersebut gagal dilakukan, pasti tidak merasa puas kan? Atau justru kamu ketagihan melihat bahkan melakukannya dengan tidak memperhatikan kondisi fisik maupun psikis korban. Yang penting kamu terhibur dan kontenmu banyak yang menonton?

Nah, perilaku Schadenfreude yang berlebihan, adalah satu indikasi dari kelainan emosi atau psikologis yang kamu derita. Pada dasarnya, hati nurani manusia memilki empati untuk bersosialisai dengan manusia lainnya. Saat empati tersebut terkikis bahkan hilang, ia rela melakukan apapun hanya untuk memenuhi kepuasaan batinnya tersebut. Walaupun itu, membahayakan.

Baca Juga: 9 Hidden Camera dan Prank Idol KPop yang Legendaris Banget!

4. Efek psikologis pada korban prank, ketakutan hingga trauma

5 Fakta Mengerikan tentang Prank. Yakin Masih Mau Lakukan?pexels.com/Pixabay

Walaupun awalnya hanya untuk main-main, celakanya prank akan dianggap lebih sukses jika berhasil mengeluarkan reaksi berupa emosi negatif hebat dari para korban prank. Sering kita melihat konten berbau prank, membuat para korbannya panik, menangis, marah, ketakutan, bahkan menyerang balik para pelaku prank tersebut.

Lonjakan emosi negatif yang dialami korban, akan berakibat fatal bagi psikologis mereka. Karena rasa kaget yang berlebihan dan spontan, tidak jarang membuat para korban mengalami kesedihan, ketakutan bahkan trauma mendalam setelah kejadian tersebut.

5. Prank yang kebablasan dapat merugikan fisik dari korban

5 Fakta Mengerikan tentang Prank. Yakin Masih Mau Lakukan?pexels.com/rawpixel.com

Pasti kamu ingat, beberapa kejadian prank yang berakhir tragis kan? Contohnya ada korban yang terkena serangan jantung karena ditakut-takuti, korban yang menjadi buta, bahkan korban prank yang tewas? Ini semua adalah contoh negatif dari prank yang kebablasan.

Ketika melakukan prank, seringkali kita tidak memikirkan resiko yang akan menimpa korban. Apakah berbahaya atau tidak. Yang terpenting kita merasa terhibur dan bisa membuat konten yang dapat menarik atensi dari banyak penonton. Sehingga ia dapat menimbulkan banyak kerugian fisikal kepada korban.

Itulah beberapa fakta tentang prank. Tidak ada yang melarang untuk melakukan prank. Tapi jika dilakukan tanpa batas, itu yang dilarang. Karena akan merugikan pihak korban maupun pelaku dari prank.

Dan untuk kamu para penikmat prank, mulai sekarang harus bijak ya dalam menanggapi konten-konten tersebut. Jangan sampai merugikan dirimu sendiri dengan senang karena kecanduan melihat kesusahan orang lain. Atau bahkan terinspirasi untuk mengikuti dan melakukan prank berbahaya yang kamu lihat di media sosial.

Setelah melihat dampak buruk dari prank, apalagi yang kebablasan, apakah kamu masih mau melakukannya hanya demi jumlah view?

Baca Juga: 5 Prank Kamera CCTV Paling Kreatif dan Bikin Ketawa Sampai Sakit Perut

Aqeera Danish Photo Verified Writer Aqeera Danish

edith

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya