Buat Maba: Bingung Cari Makan di Kampus? Nih 3 Caranya

Ini khusus buat kamu yang masih botak-botak dan tunduk kalau jalan di depan seniornya.

Menjadi mahasiswa semester ultra-akhir butuh mental dan telinga sekeras kulit superman. Bukan apanya, selain nyinyiran keluarga, handai taulan, dan gosip tetangga karena kuliah gak kelar-kelar. Kehilangan motivasi menyelesaikan studi menjadi soal tersendiri. Bagaimana tidak, teman sejawat sudah hampir punah di kampus.

Bahkan sebagian besar sudah mulai memasang banyak foto medsos di tempat kerja masing-masing. Sementara saya masih adu jotos dengan revisi-revisi-revisi. Paling tak mengenakkan kalau mereka unggah foto lagi momong bayi lalu tag teman-teman yang belum nikah dan menulis caption: “Kamu kapan?”.................. Bedebah.

Habis menyusun sana-sini skripsi yang dua tahun dianggurin, tak terasa subuh datang juga. Perut yang mulai membunyikan lantunan rock-indie perlu segera di-mute. Bergegaslah saya menuju mace-mace (Sebutan ibu-ibu pedagang kantin tradisional). Subuh itu, baru dua kantin yang buka. Karena mace langgananku baru menyusun barang-barang dagangannya dan perut sudah tak bisa berkompromi. Saya kemudian beralih ke kios satunya.

“Pesan namite (Nasi, indomie telur) satu kak mawar,” saking akrabnya, kami memanggil mereka dengan sapaan khas kakak- adik, padahal usianya lebih 20 tahun di atas saya.

Sambil menyiapkan pesanan saya, kak mawar menggerutu khas perempuan yang kehilangan Tupperware-nya. “Itu mahasiswa-mahasiswa baru sudah tidak seperti mahasiswa dulu, kalau dia sudah langganan di satu tempat, tidak mau lagi pesan di tempat lain, lebih dia pilih beli jauh-jauh, belum lagi kalau sudah makan, langsung bayar dan pergi begitu saja, kita kayak robot saja,”.

Ocehan kak mawar bukan tanpa sebab. Beberapa bulan terakhir, dagangan di kantin itu sudah tak selaris tahun-tahun sebelumnya. Bahkan kemarin, sudah ada pedagang yang memutuskan berhenti berdagang karena tak sanggup bayar sewa.

Menjamurnya kantin-kantin baru yang lebih fresh a.k.a modern menjadi satu penyebabnya. Di kantin baru, kamu akan menemukan tempat duduk lapang, suasana yang lebih bersih, dan menu makanan yang lebih lengkap. Meskipun harga dagangan lebih mahal di kantin baru, banyak mahasiswa, khususnya mahasiswa yang masih botak-botak memilih makan di sana.

Bayangkan jika kamu makan di kantin lama, bangkunya yang sudah sakaratul maut-sempit pula, dinding yang kayak tempat syuting film horor, serta senior-senior dengan rambut gondrong terurai menambah kesan angker tempat itu. Walhasil, mahasiswa-khususnya maba (Mahasiswa baru) enggan mengumpulkan niat dan keberaniannya makan di sana.

Jujur, saya gak enak memaksa siapapun makan di tempat tertentu. Kan, selera sesuatu yang tak bisa diperdebatkan. Kendati begitu, saya merasa tak tega kalau kantin lama dengan budaya tradisional serta ikatan emosional yang kuat hilang begitu saja, tergerus oleh kantin modern yang hanya melihat mahasiswa sebagai konsumen belaka, bukan sebagai keluarga.

Nah, berikut beberapa tips buat mahasiswa, khususnya yang masih botak-botak dan tunduk kalau jalan di depan seniornya.

1. Belanjalah di tempat terdekat.

Selain menghemat energi dan bensin, belanja di sekitar aktivitas kuliah akan menambah ikatan dan ingatan pedagang tentang kamu.

Misalnya begini. Ada tugas atau laporan ketinggalan di tempat kamu makan, atau mungkin karena terburu-buru masuk kelas selanjutnya atau lupa cebok habis boker tadi pagi. Kalau kantinnya dekat, tentu pedagang punya motivasi besar untuk mengembalikan barang itu. Apalagi kamu tak perlu mengeluarkan keringat lebih untuk mengambilnya kembali.

Ingat, keringat bisa mengganggu mood kakak-kakak asisten lebay atau mungkin dosen kamu. Zaman now, mood dosen jadi satu variabel penentu kelulusan kelak.

 

2. Utamakan pedagang yang paling sepi dan butuh bantuan.

Meskipun kita semua punya selera, sekali-kali cobalah belanja di tempat yang pelanggannya paling minim. Apalagi kalau pedagang hanya menggantungkan kehidupannya di kantin itu.

Kalau dagangannya setiap hari sepi, darimana mereka dapat duit buat bayar sewa kantin? Kalau mereka harus berhenti jualan karena tak mampu bayar sewa, maka kita yang enggan belanja disitu akan menjadi penyebab pengangguran jadi bertambah dan rantai kemiskinan meningkat.

 

3. Pantang pulang sebelum ngutang ngobrol.

Sebagai homo socius, penyebab kita tak mati-mati karena adanya interaksi sosial satu sama lain. Jadi, jangan SMP (Sudah Makan Pulang) yah. Cobalah ngobrol dengan mace-mace di sana. Cobalah mengerti mereka. Dari mereka, kamu bisa dapat pengalaman tentang dunia kampus dari zaman ke zaman.

Pepatah bijak bilang begini, semua tempat adalah kantin sekolah, dan semua orang adalah guru. Jadikanlah mace-mace sebagai 'tempat ngutang' guru kamu.

Nah, udah tahu kan cara berhemat. Mohon diingat baik-baik ya.

Muhammad Amri Murad Photo Writer Muhammad Amri Murad

Pemuda yang sedang senang-senangnya di desa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya