Demon Slayer: Saat Anime Jadi Pahlawan di Tengah COVID-19

Mengapa bisa raih sukses besar meski masih pandemi?

Tokyo, IDN Times - Sejak pandemi COVID-19 menyebar, hampir seluruh bioskop di dunia menerapkan aturan pembatasan ketat yang berdampak negatif bagi industri perfilman. Berbagai jadwal film-film terpaksa mengalami penundaan tayang, hingga menyebabkan kerugian dan menciptakan tempat pelariannya melalui alternatif streaming online. 

Namun situasi berbanding justru terjadi di Jepang, tatkala film animasi Demon Slayer - Kimetsu no Yaiba - The Movie: Mugen Train  baru-baru ini muncul dan mengisi poster di berbagai gedung bioskop. Daya tarik yang dimiliki film itu rupanya sangat kuat hingga berhasil menarik perhatian jutaan warga. 

Film ini telah mengungguli semua harapan dengan meraih catatan rekor negara, dimana hanya dalam kurun waktu tiga hari, sebanyak 3,4 juta orang telah pergi menontonnya. Dalam apa yang mungkin menjadi yang pertama bagi negeri sakura, film yang baru debut di dalam negeri saja ini telah berhasil memiliki pembukaan terbesar di dunia pada waktu perilisannya, dimana jumlah itu lebih banyak dari gabungan semua film di negara lain.

Setelah berbulan-bulan menderita, berkat anime tersebut industri film Jepang akhirnya dapat mulai membangkitkan kembali ekonomi dan memberikan dorongan kuat untuk lepas dari belenggu efek COVID-19. Tetapi, apa sebenarnya faktor yang menjadikan Demon Slayer istimewa?  Mengapa bisa 'semudah' itu meraih kesuksesan meski pandemi masih belum sepenuhnya  berakhir? 

1. Kepopularitasan "Demon Slayer"

Demon Slayer: Saat Anime Jadi Pahlawan di Tengah COVID-19Poster anime "Demon Slayer". Twitter.com/ufotable

Dalam kisah awalnya, "Demon Slayer" menceritakan tentang seorang pemuda bernama Kamado Tanjiro, yang suatu ketika menemukan pertumpahan darah akibat serangan iblis tengah terjadi di rumahnya. Semua anggota keluarganya tewas dibantai dan hanya menyisakan adik perempuannya Nezuko. Sayang, selamatnya Nezuko ternyata membuat dirinya sendiri berubah menjadi iblis. Tanjiro pun kemudian berusaha menemukan cara agar adiknya dapat kembali lagi menjadi manusia, dengan bergabung bersama korps pembantai iblis.

Bagi para penggemar anime, kisah "Demon Slayer" ini jelas bukan sesuatu yang baru. Sebelum diangkat menjadi film, anime ini sejatinya adalah manga (komik Jepang)  populer karya Koyoharu Gotoge yang diterbitkan pertama kali oleh Shounen Jump pada 2016. Kepopulerannya telah menyusul jejak manga-manga pendahulunya seperti One Piece dan Naruto yang memiliki nama besar terlebih dulu. 

Secara keseluruhan, edisi manga "Demon Slayer" telah terjual lebih dari 100 juta eksemplar hingga menjadikannya salah satu yang tersukses sepanjang masa. Sementara animenya -yang disebut sebagai faktor pendorong utama dari kesuksesan yang diraih-, kini tengah streaming online di sekitar 110 negara dengan 13 subtitle dan sulih suara dalam 8 bahasa.

2. Mengapa bioskop Jepang yakin "Demon Slayer" bisa bawa kesuksesan?

Sejarah "Demon Slayer" cukup fenomenal sehingga ketika dikabarkan bahwa filmnya akan tayang, berbagai bioskop berani mengambil 'taruhan' untuk menayangkannya besar-besaran dengan harapan bahwa karya tersebut dapat mengalirkan pundi-pundi uang yang banyak. 

Melansir dari Japan Times, keyakinan industri teater itu sepertinya didasarkan pada fakta bahwa kisah "Demon Slayer" sendiri sudah cukup diketahui secara luas, dimana alur pada film terbarunya merupakan sekuel dari versi seri anime yang tayang tahun lalu. 

"Di satu sisi, pandemi COVID-19 mungkin sebenarnya telah mempersiapkan "Demon Slayer" untuk mengalahkan box office," kata Aya Umezu dari perusahaan analisis film GEM Standard.

"Pandemi telah mendorong orang untuk menahan diri dari berbagai perilaku konsumen, sehingga jumlah waktu yang dihabiskan untuk menggunakan layanan streaming video meningkat. (Serial ini) ditawarkan di hampir setiap platform streaming," lanjutnya. Umezu juga berkata bahwa anime yang tayang di layanan streaming membuat penggemar tetap 'hangat' dengan kisahnya, sehingga membangun semangat untuk menonton lanjutannya di film.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Roland Kelts, Profesor di bidang studi media dari Waseda University. Menurutnya, tim animasi "Demon Slayer" sangat pandai dalam membangun penonton dan mempertahankannya melalui layanan streaming. "Judul khusus ini melintasi generasi. Bahkan orang berusia di atas 40 sampai 50 tahun sekalipun, juga sangat menyukai kisah 'pembunuhan iblis' ini," katanya, kutip NHK World. 

The Mainichi melaporkan, meski bioskop akhirnya diizinkan untuk mengisi semua kursinya dengan penonton pada 19 September lalu, tetapi Toho cinemas dan banyak teater lainnya memilih untuk mempertahankan batasan penonton hingga setengah kapasitas atau kurang dari itu. Tapi khusus untuk "Demon Slayer", Toho cinemas memberanikan diri untuk membuka sepenuhnya kapasitas selama tiga hari pertama, dengan syarat tidak ada penjualan makanan di dalam bioskop. 

Kompleks Toho Cinemas di distrik Shinjuku Tokyo pun sampai menawarkan total 42 kali penayangan pada hari pertama dan menyediakan 11 dari 12 layar bioskop yang dimiliki spesial untuk film anime itu. Jadwal tayangnya bahkan telah disediakan sejak pukul 7 pagi hingga lewat tengah malam, sehingga orang yang ingin berangkat kerja pun bisa singgah untuk menontonnya. 

Di sosial media, hal ini sampai dijadikan candaan bagi warganet Jepang yang menyebut banyaknya penayangan lebih mirip jadwal bus daripada film umumnya. Tetapi, jadwal tersebut terbukti menguntungkan dan membuat penonton yang mengantri tidak sampai terlalu padat karena tersedia berbagai layar teater yang menayangkan di waktu bersamaan. 

Baca Juga: Demon Slayer: 5 Hal yang Harus Kamu Ketahui Tentang Tarian Dewa Api

3. Bagaimana dengan risiko pergi ke bioskop di saat pandemi?

Demon Slayer: Saat Anime Jadi Pahlawan di Tengah COVID-19"Demon Slayer" terpajang dalam papan billboard di Los Angeles, AS. twitter.com/BrycePapenbrook

Ada begitu banyak media asing menyoroti keberhasilan film anime "Demon Slayer". Hampir seluruhnya mengaku heran bagaimana di tengah wabah COVID-19 yang belum juga menunjukkan tanda akan reda, film ini justru menghasilkan penjualan tiket bioskop sampai box office. 

The New York Times melaporkan bahwa sebelumnya dalam jajak pendapat Agustus oleh firma riset pasar Gem Standard, 84 persen responden mengatakan mereka menaruh 'kepercayaan' oleh tindakan bioskop dalam mencegah infeksi. Tetapi hampir 60 persen lainnya masih mengaku belum siap untuk kembali dan 37 persen sisanya menunggu hingga ada film yang dirasa pantas untuk ditonton. 

Pandemi COVID-19 di Jepang saat ini masih 'tergolong ringan' dibanding negara besar lainnya, dengan jumlah harian kasus tetap di bawah 800 sejak akhir Agustus. Tidak ada lockdown ketat yang diterapkan, kecuali penutupan perbatasan bagi siapapun selain warga sipil yang ingin masuk. Jepang juga tidak memberlakukan denda bagi warganya yang memilih untuk tidak mengenakan masker. Meski demikian, kampanye protokol kesehatan tetap ditekankan dan warganya mematuhi aturan itu secara sukarela.

Hingga sejauh ini, tanda penularan besar belum sekalipun terlacak di bioskop Jepang. Kelompok industri teater berusaha keras untuk selalu memastikan agar tempat itu memiliki ventilasi baik, yang secara teoritis dapat mengurangi risiko paparan patogen. Pengecekan suhu tubuh dan protokol lainnya juga siap siaga di setiap area masuk. Satu-satunya yang paling terasa mencolok mungkin adalah larangan pengunjung untuk tidak boleh makan di dalamnya. 

4. Lebih dari sekedar anime, "Demon Slayer" detakkan kembali jantung warga di saat pandemi

Demon Slayer: Saat Anime Jadi Pahlawan di Tengah COVID-19Merchandise akrilik gambar Tanjiro dan Nezuko yang dijual oleh official store. Twitter.com/ufotable

NHK World memberitakan bahwa sejak perilisannya, "Demon Slayer" telah dibanjiri berbagai pujian positif dari para penonton dan banyak yang menggambarkannya sebagai film terbaik bagi keluarga. Ada pula yang mengatakan film itu telah mendetakkan jantung orang Jepang yang terpuruk akibat pandemi, sementara yang lain menggambarkannya sebagai sebuah film yang membawa perasaan menjadi emosional hingga air mata tidak dapat terbendung.

Pemerintah juga termasuk yang dibuat terkejut akan kesuksesan "Demon Slayer" hingga ikut meninggalkan review antusiasnya. Kepada wartawan, juru bicara Katsunobu Kato berkata," film itu telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi industri film." komentar lain datang pula dari Yasutoshi Nishimura, Menteri yang membidangi revitalisasi ekonomi negara Jepang. Dalam twitter ia menuliskan bahwa pencapaian film tersebut adalah sesuatu yang spektakuler bagi dunia budaya dan hiburan ditengah perjuangan melawan virus.

Salah seorang pengunjung bernama Nakamata Naomi yang datang menonton dengan putrinya Chiyoka (8 tahun),  berkata bahwa meski cerita "Demon Slayer" memiliki sisi gelap karena karakternya yang saling membunuh, tetapi banyak pelajaran yang juga dapat dipetik khususnya untuk anak-anak agar kuat bertahan hidup dan selalu berempati dengan orang lain. Naomi bahkan mengakui film itu dapat dijadikan diskusi untuk menciptakan ide-ide penting dengan keluarganya. 

Komentar yang sama juga diutarakan Profesor Hikawa Ryusuke dari Sekolah Pascasarjana Meiji University. Menurutnya, ceritanya yang bagus dapat membantu menyampaikan hubungan rumit antar-manusia yang biasanya sulit dipahami anak-anak. Dan dalam hal ini, orangtua dapat membantu menjelaskan selama ikut menonton bersama. 

Sementara itu, para penggemar di Indonesia juga dapat bergembira karena film "Demon Slayer" terbaru ini rencananya akan segera dirilis di Indonesia. Pengumuman itu disampaikan langsung melalui akun twitter resmi @CGV_ID, pada Rabu, 21 Oktober 2020,
Meski jadwal pasti tayangnya belum diumumkan. Nah, apakah kamu sudah siap menantikannya? 

Baca Juga: 5 Demon Slayer Paling Fenomenal Sebelum Era Kimetsu no Yaiba

Calledasia Lakawa Photo Verified Writer Calledasia Lakawa

Broken crayons still color

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya