Tidak Puas jadi Lulusan SMA, 15 TKI di Korea Selatan ini Memperoleh Gelar Sarjana

Mengubah persepsi buruk soal TKI

Selama ini kalau kita mendengar istilah TKI (Tenaga Kerja Indonesia), sepertinya yang pertama kali terlintas di otak kita adalah perempuan-perempuan dari desa yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) di negara lain kemudian disiksa oleh majikan.

Lalu, mungkin kita membayangkan para pekerja kasar yang harus banting tulang setiap hari tanpa bayaran memadai. Namun, kali ini para TKI kita di Korea Selatan punya kisah yang lebih indah untuk dibagi. Bisa dibilang cerita mereka layak menjadi inspirasi bagi calon atau yang sudah menjadi TKI lainnya.

Pada 2 Oktober 2016 lalu 15 TKI di Korea Selatan resmi menyandang gelar sarjana dan delapan di antaranya diwisuda oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan di KBRI Seoul.

Tidak Puas jadi Lulusan SMA, 15 TKI di Korea Selatan ini Memperoleh Gelar Sarjanatwitter.com/IdEmbassy_Seoul

Dari press release yang diterima IDNtimes disebutkan bahwa sebenarnya ada 15 TKI yang hari itu resmi memperoleh gelar sarjana dari Universitas Terbuka Cabang Korea Selatan. Namun, hanya delapan yang hadir di KBRI Seoul karena ada yang harus bekerja, sedangkan sebagian lainnya sudah pulang ke Indonesia karena kontrak habis.

Banyak dari para wisudawan yang terpaksa menyelesaikan kuliah dalam waktu lima tahun karena rata-rata harus bekerja dari Senin hingga Sabtu dan baru pulang pukul delapan malam. Tentu saja usaha mereka untuk meningkatkan ilmu dengan mengikuti perkuliahan sampai lulus patut diacungi jempol.

Duta Besar RI untuk Korea Selatan, John Prasetio, sangat mengapresiasi usaha para TKI untuk merampungkan pendidikan. Menurutnya, gelar sarjana ditambah hard skill yang mereka asah selama bekerja bisa meningkatkan daya tawar di tengah persaingan global yang ketat. "TKI pun bisa pulang kampung dengan kepala tegak," tambahnya.

Baca Juga: Malaysia Memvonis TKI ini Hukuman Gantung, Akankah Indonesia Beri Bantuan?

Perwakilan RI di Korea Selatan akan terus berusaha menggenjot jumlah TKI di negara itu untuk memperoleh status sarjana.

Tidak Puas jadi Lulusan SMA, 15 TKI di Korea Selatan ini Memperoleh Gelar Sarjanakbriseoul.kr

Berdasarkan informasi dari Penanggungjawab Perlindungan WNI KBRI Seoul, M. Aji Surya, sebagian besar 15 TKI yang lulus program S1 dari Universitas Terbuka Cabang Korea Selatan pada 2 Oktober lalu berasal dari Pulau Jawa dengan usia rata-rata berkisar antara 20 tahun hingga 35 tahun. Ini juga sekaligus menjadi gambaran TKI yang mencari nafkah di Korea Selatan.

Pengiriman TKI ke Korea Selatan adalah bagian dari program antara pemerintah RI dengan Korea Selatan. Ada setidaknya 5000 TKI yang datang ke Korea Selatan setiap tahunnya. Tapi, M. Aji Surya menyayangkan masih sedikitnya TKI yang memutuskan untuk duduk di bangku kuliah. "Saat ini jumlah mahasiswanya masih 400-an saja", ujarnya saat dihubungi oleh IDNtimes.

KBRI Seoul pun berambisi untuk menggenjot jumlah TKI di Korea Selatan agar tidak hanya berpuas diri menjadi lulusan SMA. Wisuda kemarin adalah yang kedua kalinya diadakan oleh KBRI Seoul dan diakui M. Aji Surya sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pendidikan.

"Ini (kuliah) penting agar TKI tidak hanya cari uang, tapi juga membekali diri dengan wawasan luas dan pengetahuan. TKI yang sarjana pasti beda wawasannya dengan yang tidak kuliah," jelasnya lagi. Perwakilan RI di Korea Selatan berharap akan ada 5000 TKI yang juga berkuliah dalam 3-4 tahun ke depan.

Cerita TKI jadi sarjana seharusnya tidak hanya terjadi di Korea Selatan, tapi juga di negara-negara penerima TKI lainnya.

Tidak Puas jadi Lulusan SMA, 15 TKI di Korea Selatan ini Memperoleh Gelar Sarjanatwitter.com/IdEmbassy_Seoul

Korea Selatan bisa jadi adalah salah satu negara yang cukup bersahabat bagi para TKI. Dikutip dari situs resmi KBRI Seoul, pada 26 Agustus 2016 lalu Dubes RI untuk Korea Selatan memberikan penghargaan Ambassador Award kepada tiga CEO setempat. Ketiganya dianggap ramah kepada TKI. Bahkan, salah satu dari mereka membantu pengobatan seorang TKI yang mengidap kanker akut hingga sembuh dan mau memperkerjakannya lagi.

Pemberian penghargaan itu berdasarkan survei yang dilakukan KBRI dengan melibatkan para TKI. Selain CEO, Ambassador Award juga diserahkan kepada Indra Wijayanto, Kepala Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) Busan atas jasanya membina dan melindungi WNI di wilayah itu selama dua tahun. 

TKI kita punya hak untuk mendapat kehidupan yang baik selama menunaikan kewajiban mereka. Berbagai pihak harus bahu-membahu menjamin perlindungan hak-hak mereka, termasuk pemerintah di Indonesia, perwakilan kita di luar negeri, dan LSM yang fokus pada urusan buruh migran. 

Semoga cerita dari Korea Selatan ini bisa segera menular ke negara-negara lain dimana TKI kita menguras keringat untuk hidup.

Baca Juga: Ratusan Ribu Jiwa Korban Berjatuhan di Negaranya, Anak Panglima Ini Berpesta Mewah!

Topik:

Berita Terkini Lainnya