5 Makna Bahagia Versi Drama Korea The Sound of Magic, Berani Coba?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kamu pasti sering mendengar bahwa bahagia itu sederhana. Apalagi tiga kata ini sering dijadikan caption di media sosial dan disertai dengan foto yang menampilkan prestasi, liburan, pesta, makan di restoran mewah, dan masih banyak contoh lainnya.
Kadang kita salah kaprah dalam memahami apa itu bahagia. Seolah-olah bahagia itu harus terlihat nyaman. Begitu Tuhan membalikkan keadaan, perasaan tersebut hilang dan bahkan berujung depresi.
Kali ini, drama Korea orisinal Netflix, The Sound of Magic, berusaha membuka pikiran penonton tentang makna kebahagiaan sesungguhnya. Ingin tahu seperti apa? Berikut ulasannya.
1. Tidak menjadi boneka
Na Il Deung (Hwang In Yeop) adalah seorang anak SMA yang cerdas, berprestasi, dan terlahir dari keluarga berada. Ayahnya seorang jaksa terkenal dan mendapat sorotan di mana pun ia berada.
Ia dididik oleh orangtuanya untuk selalu menjadi nomor satu. Segala fasilitas pun disediakan oleh anaknya agar semangat untuk menjadi yang terbaik.
Patokan bahagia Na Il Deung adalah mendapatkan nilai sempurna sehingga orangtuanya bahagia. Kehidupan laki-laki ini pun diatur oleh orangtuanya. Setelah lulus sekolah, ia harus mendapat nilai bagus, kuliah di jurusan Hukum, dan meneruskan pekerjaan ayahnya.
Namun begitu ia bertemu dengan Lee Eul (Ji Chang Wook) yang merupakan seorang pesulap, ia jadi bertanya-tanya apakah selama ini dirinya bahagia. Ternyata jauh di dalam hatinya, Na Il Deung tertekan karena standar yang dibuat oleh orangtuanya. Ia pun terkejut mendengar sang ayah berujar ia bukan siapa-siapa jika bukan karena ayahnya.
2. Tidak melarikan diri dari kenyataan
Menurut Yoon Ai (Choi Sung Eun), kehidupan yang dijalaninya saat ini sangat melelahkan. Di usianya yang masih remaja, ia harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan.
Ia merasa ujian kehidupannya tidak berujung, mulai dari terlilit utang, harus membayar sewa rumah, tidak punya teman, dan kurang kasih sayang dari orangtuanya. Ia pun tidak menikmati kehidupannya dan ingin cepat dewasa. Ia berpikir bahwa dengan menjadi dewasa, ia memiliki kendali apa yang ada di hadapannya.
Namun begitu bertemu Lee Eul, Yoon Ai menjadi lebih semangat dalam menjalani kehidupan meski kondisi keuangannya pun tidak ada yang berubah. Ia hanya teringat akan pesan Lee Eul saat ditanya apakah masih ingin ke masa depan. Lee Eul hanya berujar bahwa jika melakukannya, Yoon Ai tak ada bedanya dengan sang ayah yang lari dari kenyataan.
Baca Juga: 10 Drakor dengan Visual Effect Fantasy Magic, Ada The Sound Of Magic
3. Sanggup menerima risiko jika diri ini berbeda dari standar yang ada
Editor’s picks
Standar kesuksesan di dunia nyata adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan. Itulah yang dianggap membuat seseorang bahagia. Padahal bahagia dan senang adalah hal yang berbeda.
Lee Eul dicap negatif di kalangan orang banyak. Ia pun dianggap gila. Di usianya yang seharusnya ia bekerja, ia malah masih asyik dengan pertunjukkan sulap yang tak menghasilkan uang.
Meski dicibir banyak orang, Lee Eul tetap melanjutkan kehidupannya sebagai pesulap yang berjiwa anak-anak. Apa yang dilakukannya tidak membuat rugi orang lain melainkan kesenangan bagi yang melihat atraksinya.
Begitu pula dengan Na Il Deung yang akhirnya berani memilih kehidupannya sendiri. Ia pun harus menerima kenyataan pahit, seperti dianggap aneh dan bahkan orangtuanya pun meninggalkannya.
4. Tidak butuh pengakuan, tapi kepercayaan
Lee Eul sebenarnya bisa saja jadi pesulap terkenal jika ia menjadikannya sebagai mata pencaharian. Namun, karena berjiwa anak-anak, ia lebih memilih untuk membuat orang lain senang dengan atraksinya.
Tidak butuh pengakuan, ia pun tinggal di taman bermain yang sudah usang. Saat kasus pembunuhan dan perampokan mencuat, Lee Eul jadi pihak yang tertuduh dari para korban. Saat itulah ia hanya butuh kepercayaan dari seseorang.
Ia ingin ada yang percaya pada dirinya bahwa ia tidak melakukan hal yang melanggar hukum. Tentu saja rasa percaya ini sulit muncul karena berbagai hal negatif tertuju padanya. Untungnya, Yoon Ai, Na Il Deung, dan sahabatnya percaya padanya.
5. Berdamai dengan masa lalu yang dirasa perih
Yoon Ai mempunyai pengalaman yang perih saat masih kecil. Ia dijanjikan oleh ibunya untuk menunggu di depan komidi putar jika tersesat. Saat perusahaan bangkrut, ibunya pun pergi meninggalkan dirinya.
Yoon Ai kecil pun pergi ke wahana permainan sambil menunggu di depan komidi putar. Berharap ibunya datang menghampiri dirinya. Hingga remaja, ia pun merasa perih jika mengingat peristiwa tersebut.
Saat Lee Eul melakukan sulap waktu, Yoon Ai tiba-tiba bertemu dengan dirinya saat masih kecil di taman bermain sembari menunggu ibunya berharap datang. Di akhir, Yoon Ai hanya berkata pada masa kecilnya bahwa akan baik-baik saja apa pun masalahnya sambil memegang tangan. Ia pun kembali bersemangat ketika kembali ke dunia nyata.
The Sound of Magic tak hanya dimanjakan oleh kualitas akting dari para pemeran, alur, CGI, melainkan mengajarkan untuk memahami apa arti bahagia sesungguhnya. Bagi yang sudah menonton The Sound of Magic, bagaimana versi bahagia menurut kamu?
Baca Juga: 13 Artis Korea yang Jadi Pemeran Pendukung di The Sound of Magic
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.