Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Mengubah Tekanan Jadi Motivasi Kerja, Tetap Semangat, yuk!

ilustrasi lelah bekerja
ilustrasi lelah bekerja (pexels.com/Anna Tarazevich)
Intinya sih...
  • Tekanan bukan musuh, tapi tantangan. Ubah mindset dari "aku tertekan" jadi "aku tertantang" untuk merasa lebih punya kendali dan energi positif.
  • Fokus ke solusi, bukan keluhan. Pikirkan apa yang bisa kamu kontrol saat tekanan datang, sehingga energi negatif otomatis berkurang.
  • Gunakan tekanan sebagai pemicu fokus. Atur ritme kerja saat ditekan, masuk ke zona produktif dengan cepat tanpa multitasking.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap orang pasti pernah merasakan tekanan di tempat kerja. Entah itu karena deadline yang mepet, bos yang demanding, target yang terus bertambah, atau situasi kantor yang penuh drama. Tekanan itu kadang bikin kepala mau meledak, semangat drop, bahkan bisa bikin kita pengen resign aja. Namun, faktanya, tekanan gak selalu buruk, kok. Kalau kita bisa mengolahnya dengan cara yang tepat, tekanan justru bisa berubah jadi bahan bakar untuk performa kerja yang lebih keren.

Bayangkan saat olahraga, otot gak akan kuat kalau gak dilatih dengan beban. Nah, sama halnya dengan mental dan profesionalitas kita di dunia kerja. Tekanan itu sebenarnya bisa jadi “beban latihan” yang bikin kita lebih tangguh, fokus, dan adaptif. Masalahnya, gak semua orang tahu gimana caranya mengubah tekanan itu jadi motivasi. Nah, biar kamu gak terus menerus kalah sama stres, yuk bahas gimana caranya bikin tekanan kerja justru jadi sumber tenaga untuk berkembang.

1. Ketahuilah bahwa tekanan itu bukan musuh

ilustrasi laki-laki merasa lelah
ilustrasi laki-laki merasa lelah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kebanyakan orang langsung panik begitu merasa ditekan. Padahal, yang bikin stres bukan tekanannya, tapi cara kita melihat tekanan itu sendiri. Coba ubah mindset dari “aku tertekan” jadi “aku tertantang”. Dengan begitu, kamu bisa merasa lebih punya kendali dan energi positif untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, daripada bilang “duh, deadline-nya gila banget,” coba bilang ke diri sendiri, “oke, ini kesempatan untuk ngetes seberapa cepat aku bisa kerja efisien.” Mindset kecil seperti ini bisa mengubah beban jadi dorongan.

2. Fokus ke solusi, bukan keluhan

ilustrasi bekerja
ilustrasi bekerja (pexels.com/olia danilevich)

Tekanan sering bikin orang sibuk mengeluh daripada cari jalan keluar. Padahal, semakin kamu fokus ke masalah, semakin stres rasanya. Coba balik arah, begitu tekanan datang, langsung pikirkan apa yang bisa kamu kontrol. Misalnya, kalau workload lagi menumpuk, kamu bisa mulai dari prioritas tertinggi, bikin to-do list, atau komunikasikan ke atasan soal waktu realistis. Saat otak sibuk memikirkan solusi, energi negatif otomatis berkurang. Bonusnya, kamu juga jadi lebih kelihatan profesional dan tangguh di mata atasan dan rekan kerja.

3. Gunakan tekanan sebagai pemicu fokus

ilustrasi fokus bekerja
ilustrasi fokus bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Tekanan itu ibarat alarm alami yang bilang, “Ayo, waktunya serius!” Banyak orang justru perform terbaiknya ketika ada tekanan karena otak jadi lebih waspada dan fokus. Kalau kamu tahu gimana cara atur ritme kerja saat ditekan, kamu bisa masuk ke zona produktif dengan cepat. Triknya, jangan multitasking. Pilih satu hal penting dan kejar sampai selesai. Tekanan yang terarah justru bikin kamu lebih efektif, bukan malah burnout.

4. Rayakan setiap kemajuan

ilustrasi karyawan sedang bekerja
ilustrasi karyawan sedang bekerja (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Salah satu alasan tekanan terasa berat adalah karena kita lupa melihat progres kecil. Misalnya, kamu sudah menyelesaikan 70 persen proyek tapi malah fokus ke 30 persen yang belum selesai. Coba ubah perspektif: setiap langkah maju layak diapresiasi. Kamu bisa beri self-reward kecil, seperti ngopi santai atau scrolling sebentar setelah menyelesaikan tugas penting. Dengan begitu, tekanan gak terasa seperti beban besar, tapi seperti permainan level yang makin seru.

5. Gunakan tekanan sebagai guru

ilustrasi laki-laki sedang bekerja
ilustrasi laki-laki sedang bekerja (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Setiap tekanan selalu datang membawa pelajaran. Kadang kita baru sadar kemampuan tersembunyi kita justru pas lagi di bawah tekanan. Misalnya, kamu baru tahu bisa presentasi di depan banyak orang dengan tenang padahal awalnya gugup banget. Coba refleksi setelah momen-momen tertekan: “Apa yang aku pelajari?” atau “Apa yang bisa aku perbaiki biar gak kepanikan lagi?” Dari situ, kamu gak hanya lebih tahan stres, tapi juga tumbuh lebih dewasa dalam karier.

Intinya, tekanan itu bukan tanda kamu gagal, tapi bukti kamu lagi tumbuh. Setiap orang sukses pasti pernah merasa kepepet, cemas, atau takut gak sanggup. Bedanya, mereka gak lari dari tekanan, melainkan belajar menaklukkannya. Jadi, lain kali kalau kamu merasa terjepit, tarik napas dalam-dalam dan ingat: mungkin ini bukan cobaan, tapi momen di mana semangatmu lagi diuji untuk naik level. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tanda Dia Bukan Butuh Waktu Tapi lagi Cari Penggantimu

02 Nov 2025, 18:28 WIBLife