5 Alasan Perfeksionisme Berdampak Buruk di Dunia Kerja, Bikin Capek!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seorang perfeksionis menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan tidak mentolerir kegagalan. Pemikiran ini kemudian membuahkan kekhawatiran akan kegagalan dan ketakutan terhadap kritik atau evaluasi negatif dari orang lain.
Karena itu, orang yang memiliki perfeksionisme tinggi cenderung sulit keluar dari zona nyaman. Mereka memandang keberhasilan sebagai sebuah kewajiban, yang mana pada akhirnya hanya akan menciptakan pola pikir serta perasaan negatif lain. Simak 5 alasan mengapa perfeksionisme berdampak buruk terhadap perkembangan dirimu, khususnya di tempat bekerja.
1. Perfeksionisme mengikat self-talk negatif
Sisi perfeksionismu bisa bertransformasi menjadi inner critic, suara dari dirimu yang terus mengritik dan menghakimi diri sendiri. Kamu terus memandang diri serta hasil kerjamu sebagai sesuatu yang “kurang”, secara konstan memandang rendah pencapaianmu sendiri.
Tentu ini berdampak buruk bagi kepercayaan diri serta self-esteem. Alih-alih belajar hal baru, energi serta waktumu banyak terkuras untuk mencari-cari celah pada dirimu. Tak heran kamu mudah merasa lelah. Suara batinmu sendiri yang telah menjadi sumber utama stres,
2. Seorang perfeksionis sulit berdamai dengan kesalahan
Ironisnya seorang perfeksionis ialah, meski ia terus berusaha untuk meraih kesempurnaan, ia tidak memiliki growth mindset yang benar dan terarah.
Dengan self-critic yang berlebihan serta standar yang tinggi, akan sulit bagimu untuk memiliki relasi yang sehat dengan kegagalan. Kita tentu setuju bahwa kegagalan bukanlah pengalaman menyenangkan, tapi itu ada dan harus ada agar kita dapat belajar menjadi pribadi lebih baik.
Bahaya ketika kamu mulai merasa takut terhadap kesalahan atau kegagalan, sehingga cenderung menghindarinya dengan tidak mencoba. Pemikiran inilah yang mencegahmu keluar dari zona nyaman.
Baca Juga: 5 Pekerjaan dengan Prospek Menjanjikan di Masa Depan, Ada Pilihanmu?
3. Perfeksionis cenderung untuk khawatir berlebih tentang pekerjaan
Editor’s picks
Adanya kekhawatiran membuatmu sulit untuk mengambil waktu istirahat. Demi membuat dirimu merasa lebih baik, kamu merasa harus terus melakukan atau mengerjakan sesuatu.
Padahal, tidak semua waktu harus dilakukan dengan bekerja. Ada waktu untuk istirahat, me time, serta menghabiskan waktu bersama orang terdekat. Melulu duduk di depan laptop tidak hanya berdampak buruk untuk kesehatan fisik, tetapi juga mental dan pikiranmu.
4. Sikap perfeksionisme menguras energi
Pernah mendengar istilah burn out? Sifat perfeksionisme menuntut kita pada kebiasaan untuk terus bekerja dan terus berproduktif. Maka tak heran kamu akan mudah merasa lelah secara fisik dan emosi.
Belum lagi harus berhadapan dengan self critic serta kekhawatiran berlebih terhadap pekerjaan. Satu demi satu emosi negatif yang ditumpuk perlahan-lahan akan meledak dan membuatmu kehilangan minat dan gairah atas pekerjaanmu.
5. Orang perfeksionis cenderung sulit menikmati apa yang dikerjakan
Seseorang bisa terus improve ketika ia mencintai apa yang dikerjakannya. Meski belum sempurna dan masih banyak melakukan kesalahan, ia akan belajar dengan tekun dan perlahan berusaha untuk memperbaiki kekurangannya.
Namun berbeda dengan perfeksionis, ia menetapkan standar yang tinggi untuk apa yang dikerjakannya. Perlahan, pekerjaanmu terasa bagai tuntutan dan bukannya sesuatu yang kamu nikmati. Kamu akan merasa stuck, sulit untuk berproses dan menciptakan progres.
Ternyata, perfeksionisme berdampak negatif di dunia kerja. Mulai terapkan self-compassion, belajar menerima diri sendiri apa adanya. Ubah pola pikirmu terhadap kegagalan dan coba improve satu demi satu langkah. Kamu pasti bisa, semangat!
Baca Juga: 5 Langkah Menemukan Mentor yang Tepat untuk Pengembangan Karier
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.