5 Bukti Kejamnya Karoshi, Fenomena Kerja Berlebihan di Jepang

Work life balance itu hukumnya wajib!

Apa sih yang kalian pikirkan saat mendengar kata Jepang? Bunga sakura, kimono, dan deretan kartun anime mungkin akan langsung berlompatan di pikiran kalian. Jepang yang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata alam yang cantik ternyata juga menyimpan fakta kelam lho guys. Salah satunya yang cukup terkenal adalah fenomena karoshi. Karoshi adalah kasus kematian akibat terlalu banyak bekerja atau kelelahan akibat kerja. Karoshi sendiri berasal dari kata “karo” yang berarti kerja paksa, dan “shi” yang artinya kematian.

Bagi kalian yang belum pernah mendengar fenomena karoshi di Jepang mungkin akan merasa heran dan bertanya-tanya seberapa parah tekanan pekerjaan di Jepang hingga menimbulkan kematian. Faktanya tingkat jam kerja para pekerja Jepang memang sangat tinggi bahkan beberapa orang menyebutnya dengan istilah kerja tanpa cuti sampai mati.

Mungkin itu perumpamaan yang cukup ekstrim ya guys. Sebenarnya karoshi ini tidak selalu muncul akibat alasan fisik pekerja yang melemah akibat terlalu banyak bekerja seperti stroke dan gagal jantung, namun terdapat pula fenomena karoshi yang muncul akibat tingkat depresi yang tinggi sehingga beberapa pekerja memutuskan untuk bunuh diri atau meninggal karena overdosis obat anti depresan.

Depresi yang dirasakan para pekerja Jepang bukan tanpa alasan. Selain karena tingginya tekanan pekerjaan itu sendiri, Jepang dengan populasi penduduknya yang padat rupanya tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang memadai. Persaingan lapangan kerja dan kekhawatiran akan tidak terpenuhinya kebutuhan hidup cukup membuat para pekerja tertekan dan berakhir dengan depresi. Ngeri ya, guys.

Pemerintah Jepang sendiri sudah melakukan beberapa kebijakan untuk menekan kasus karoshi ini. Salah satunya adalah kebijakan Premium Friday yang mengharuskan perusahaan untuk memulangkan pegawainya lebih awal, yaitu pukul tiga sore, di setiap hari Jumat pada akhir bulan. Pemerintah Jepang sebenarnya juga sudah menginstruksikan kepada perusahaan tentang pembatasan jam lembur maksimal serta instruksi pemadaman listrik kantor di malam hari pada batas jam yang disepakati perusahaan untuk memaksa para pekerja tidak lembur berlebihan.

Nah karoshi faktanya telah mencapai angka 1.456 kasus menurut penelitian Departemen Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang pada tahun 2015. Meski tidak semua kasus tersebut mencuat dan diberitakan secara luas, namun ada beberapa kasus karoshi yang cukup banyak menyedot perhatian mayoritas penduduk Jepang dan dunia. Di antaranya adalah lima kasus karoshi di bawah ini guys.

1. Naoya Nishigaki (27 tahun)

5 Bukti Kejamnya Karoshi, Fenomena Kerja Berlebihan di Jepangsays.com

Kasus Karoshi yang pertama datang dari seorang pemuda bernama Naoya Nishigaki. Naoya yang mengemban pendidikan kuliah di bidang teknologi dan komputer mampu membanggakan ibunya saat berhasil diterima bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar Jepang. Ibu Naoya, Michiyo Nishigaki, mengatakan bahwa memang Naoya sering pulang dengan jadwal kereta malam terakhir atau acapkali harus bekerja lembur hingga pagi. Namun Michiyo tidak pernah menyadari bahwa Naoya mengalami stres dan kelelahan bekerja.

Kejanggalan baru Michiyo rasakan saat acara pemakaman kakek Naoya karena Naoya yang tidak bisa beranjak dari tempat tidur dan meminta Michiyo untuk meninggalkannya beristirahat sejenak. Kecurigaan itu membawa Michiyo berusaha mencari tahu fakta mengejutkan Naoya melalui rekan-rekan kerjanya yang mengatakan bahwa jam kerja Naoya sangat tinggi.

Mirisnya, dua tahun sejak Naoya bergabung dengan perusahaan, Naoya mengalami overdosis obat anti depresan yang menyebabkan Naoya meninggal dunia di usia yang masih sangat belia, 27 tahun. Michiyo merasa sangat kehilangan Naoya yang memang merupakan putra semata wayangnya.

2. Seorang pekerja bangunan (23 tahun)

5 Bukti Kejamnya Karoshi, Fenomena Kerja Berlebihan di Jepangtheguardian.com

Dilansir dari The Guardian, pada Maret 2017 terjadi lagi kasus karoshi pada seorang pekerja bangunan untuk proyek pembangunan stadium olimpiade baru Tokyo. Korban pada kasus karoshi ini tidak disebutkan namanya. Menurut pernyataan pengacara keluarga korban, korban telah bekerja lembur sebanyak 190 jam sejak sebulan sebelum kematiannya.

Pihak keluarga korban menuntut pemerintah untuk mengakui kasus kematian korban ke dalam kategori karoshi. Korban meninggal dengan cara bunuh diri setelah menghilang berminggu-minggu lamanya. Korban ditemukan di sebuah pegunungan dengan surat wasiat yang bertuliskan bahwa korban benar-benar telah merasa di ujung tanduk secara fisik dan mental.

dm-player

Baca Juga: #BaikItuMudah 3 Tips Sederhana Miliki Pola Hidup 'Work-Life Balance'

3. Seorang manajer (34 tahun)

5 Bukti Kejamnya Karoshi, Fenomena Kerja Berlebihan di Jepangevilyoshida.com

Lagi-lagi sebuah kasus karoshi yang tidak menyebutkan nama korbannya terjadi dengan cara bunuh diri. Korbannya merupakan seorang manajer pria yang bekerja di perusahaan mie Kogaraya. Korban melakukan bunuh diri pada Mei 2006 akibat depresi yang dialaminya selama bekerja.

Pada Mei hingga Juli 2005, korban bekerja selama 82 hari berturut-turut tanpa jeda hari libur sama sekali. Korban secara rata-rata melakukan lembur hingga 100 jam di setiap bulannya. Korban melakukan bunuh diri setelah memutuskan untuk pensiun dini pada bulan Desember 2005.

4. Miwa Sado (31 tahun)

5 Bukti Kejamnya Karoshi, Fenomena Kerja Berlebihan di Jepangbusinessinsider.sg

Karoshi di negeri Sakura ini tidak hanya melanda pekerja pria. Karoshi juga menimbulkan korban pekerja wanita. Salah satunya adalah seorang jurnalis berita cantik bernama Miwa Sado. Sado ditemukan tewas akibat gagal jantung di apartemennya yang berada di daerah Tokyo.

Menurut badan tenaga kerja resmi Jepang, Sado telah bekerja lembur antara 146 hingga 159 jam dalam satu bulan. Jika dalam satu bulan rata-rata terdapat 25 hari kerja, maka itu sama artinya dengan Sado harus lembur 6 jam di setiap hari kerja atau setara dengan hari kerja yang nyaris berlangsung konstan dalam satu bulan.

Satu bulan sebelum kematiannya, Sado sempat mengirim email kepada ayahnya dan mengatakan bahwa ia merasa sangat sibuk dan tertekan hingga ia sempat berpikir untuk berhenti bekerja suatu hari nanti meski ia merasa bahwa ia harus tetap bertahan dengan pekerjaannya.

5. Matsuri Takahashi (24 tahun)

5 Bukti Kejamnya Karoshi, Fenomena Kerja Berlebihan di Jepangbusinessinsider.sg

Korban pekerja wanita kedua dalam kasus karoshi adalah Matsuri Takahashi yang meninggal bunuh diri di usia yang masih sangat belia, 24 tahun. Matsuri bekerja di sebuah perusahaan periklanan terbesar Jepang ini mengaku sering bekerja selama rata-rata 20 jam per harinya atau setara dengan lembur hingga pagi menjelang.

ernyataan ini Matsuri sampaikan dalam akun Twitternya seminggu sebelum ia memutuskan bunuh diri. Dalam postingannya, Matsuri mengatakan, “Saat kalian harus bekerja 20 jam sehari, kalian tidak mengerti lagi akan tujuan hidup kalian." Perwakilan perusahaan tempat Matsuri bekerja mengatakan bahwa Matsuri telah bekerja lembur sebanyak 100 jam dalam bulan terakhir ia bekerja. Angka yang sangat fantastis. Matsuri memutuskan untuk bunuh diri bertepatan dengan hari Natal tahun 2015 dengan cara melompat dari asrama kantor.

Sedih ya dengan fakta bahwa mereka meninggal justru di usia yang masih sangat belia. Usia mereka justru merupakan usia produktif yang ideal dalam perusahaan. Nah, fenomena karoshi ini rupanya mampu menjadi alarm penting bagi kalian untuk selalu ingat akan konsep work life balance. Bekerja dengan kompetensi terbaik itu memang harus, tapi tidak selalu dengan cara bekerja nyaris nonstop ya. Ingat bahwa tubuh kalian juga sangat perlu beristirahat. Kesehatan fisik dan mental tetap harus kalian utamakan ya di tengah rutinitas pekerjaan kalian.

Baca Juga: Awas, 6 Dampak Berbahaya Mengintaimu yang Suka Bekerja Multitasking

Dian Lestari Wilianingtyas Photo Verified Writer Dian Lestari Wilianingtyas

Numpang nulis buat lepas penat.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang
  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya