5 Hal yang Biasanya Disepelekan Orang Awam Tentang Menulis

Kalau ditantang buat menulis, kamu berani?

Orang yang melihat dengan orang yang merasakan langsung suatu keadaan, akan menghasilkan pandangan berbeda terhadap keadaan tersebut.

Misalnya, ketika kamu melihat tetanggamu yang bekerja di bank. Dari sisi kamu yang cuma melihat ia bekerja sebagai pegawai bank mungkin akan berpendapat bahwa hidupnya enak. Kerjaannya relatif ringan, tapi gajinya lumayan. Tinggal duduk di belakang meja, menghitungi uang, lalu dibayar setiap bulan.

Tetanggamu yang merasakan langsung bagaimana rasanya bekerja di bank barangkali justru berpendapat sebaliknya. Menurutnya, pekerjaannya berat, risiko dan tekanannya tinggi, sementara gajinya nggak seberapa.

Hal yang sama terjadi pada profesi, atau katakanlah aktivitas menulis. Orang yang hanya melihat kamu menulis akan memiliki pandangan berbeda dengan kamu yang merasakannya langsung. Banyak dari apa yang dipikirkan orang lain tentang menulis, begitu bertolak belakang dengan apa yang kamu rasakan. Banyak hal yang orang lain katakan mengenai aktivitas menulis juga seringnya nggak bisa sepenuhnya dikatakan benar. Berikut ini lima di antaranya.

1. Menulis itu mudah

5 Hal yang Biasanya Disepelekan Orang Awam Tentang MenulisUnsplash/Thought Catalog

Orang lain melihat aktivitas menulis itu mudah. Tinggal duduk menghadapi komputer, mulai mengetik, lalu selesailah satu tulisan. Sebaliknya, bagi kamu yang pernah, bahkan sering melakukannya secara langsung, aktivitas menulis nggak semudah kelihatannya, meski juga nggak rumit-rumit amat. Mudah memang jika yang kamu tulis sekadar beberapa kalimat pendek untuk mengisi status akun media sosialmu. Akan lain jika yang kamu tulis berupa tulisan panjang yang sifatnya lebih serius dan membutuhkan pengetahuan lebih mendalam.

Menulis nggak cuma sekadar duduk menghadapi komputer dan menggerakkan jemari. Lebih dari itu, menulis membutuhkan pengetahuan dan penguasaan terhadap hal yang akan kamu tulis. Misalnya ketika kamu ingin menulis fiksi berupa cerpen, paling nggak kamu perlu tahu unsur apa saja yang membuat sebuah tulisan bisa dikategorikan sebagai cerpen. Itu baru dari segi dasarnya. Lebih dalam lagi, ketika kamu ingin menulis cerpen tentang seseorang yang mengalami depresi misalnya, paling nggak kamu harus tahu mengenai psikologi seorang yang tengah mengalami depresi itu seperti apa.

Selain itu, ada banyak hal yang perlu kamu pelajari dan kuasai untuk bisa menghasilkan tulisan bagus dan menarik. Hal-hal dasar semisal penguasaan kaidah PUEBI dan dari segi bahasa semisal tahu dan memahami penggunaan dan penempatan sebuah kata secara tepat, juga sintaksis yang benar, perlu kamu kuasai.

Kamu mungkin pernah menemukan buku-buku yang judulnya menyatakan bahwa menulis itu mudah, menulis itu gampang, dan sebagainya. Percayalah, kadang judul semacam itu dibutuhkan demi target marketing, karena pada kenyataannya, saat kamu mempraktikkan apa yang dijelaskan dalam buku-buku tersebut, kamu akan mendapati bahwa menulis ternyata nggak mudah. Untuk bisa menghasilkan tulisan yang bagus dan menarik, tetap saja kamu membutuhkan latihan, konsistensi, dan keberanian untuk mengalahkan rasa malas.

Bahkan bagi orang yang sudah terbiasa menulis pun, kegiatan menulis itu tetap nggak mudah.

2. Menulis fiksi sama dengan mengkhayal

5 Hal yang Biasanya Disepelekan Orang Awam Tentang MenulisPexels/Kaboompics.com

Menulis adalah sebuah keterampilan. Ia ada teorinya dan bisa dipelajari. Keterampilan yang nggak bisa begitu saja dikuasai hanya dengan mengkhayalkannya, tapi harus melalui praktik langsung. Begitu juga dengan menulis fiksi, ia sebuah keterampilan.

Ada hal-hal yang perlu kamu ketahui dan pelajari untuk bisa menghasilkan sebuah karya fiksi yang oke. Riset dan observasi tetap dibutuhkan ketika kamu ingin menulis fiksi. Bahkan bisa dibilang, jika diibaratkan masakan, hasil riset dan observasi adalah bahan utamanya, sementara imajinasi adalah bumbunya.

Menulis fiksi memang membutuhkan imajinasi, tapi imajinasi nggak sama dengan khayalan. Dalam khayalan kamu bebas mereka apa saja, bahkan sekalipun rekaanmu itu nggak logis. Berbeda dengan imajinasi, ketika dipadukan dengan hasil riset dan observasi, ia haruslah bisa menjadikan cerita fiksi tetap logis. Ada hubungan sebab dan akibat yang bisa menjelaskan mengapa sesuatu bisa terjadi.

dm-player

Intinya, menulis fiksi juga kegiatan yang membutuhkan intelektualitas, bukan semata kegiatan mengkhayal.

3. Kalau sudah menulis dan menerbitkan banyak buku berarti sudah banyak duit

5 Hal yang Biasanya Disepelekan Orang Awam Tentang MenulisUnsplash/Thought Catalog

Di mata orang lain, atau sebutlah pembaca, sering kali menganggap bahwa seorang penulis yang sudah menulis dan menerbitkan banyak buku berarti sudah memiliki banyak duit. Pendapat semacam ini nggak sepenuhnya benar.

Honor penulis buku rata-rata dibayar dengan sistem royalti yang dihitung berdasarkan jumlah buku yang terjual. Nah, jika buku yang terjual sedikit, otomatis honor yang ia terima pun sedikit. Jadi, penulis yang sudah menulis dan menerbitkan banyak buku nggak menjamin pendapatan yang diterimanya juga besar. Belum lagi harus dipotong pajak yang persentasenya lumayan tinggi.

Baca Juga: 5 Faktor yang Membuat Seseorang Kehilangan Fokus Dalam Menulis

4. Menulis itu cuma buat orang-orang berpendidikan tinggi

5 Hal yang Biasanya Disepelekan Orang Awam Tentang MenulisPexels.com/Hai Nguyen

Jika kamu berpikir bahwa yang melakukan aktivitas menulis haruslah yang sudah bergelar sarjana atau Doktor, salah besar.

Menulis nggak membutuhkan gelar. Ia adalah keterampilan yang sangat mungkin dipelajari di luar lingkungan akademis. Kamu bahkan bisa mempelajarinya secara otodidak. Serendah apa pun pendidikanmu, selama kamu memiliki kemauan dan keberanian untuk mempelajarinya, kamu akan bisa menulis tulisan yang kualitasnya nggak kalah dengan kualitas tulisan seorang Doktor.

Untuk membuktikannya, kamu bisa gunakan mesin pencari, banyak kok, penulis Indonesia yang karyanya bahkan sampai saat ini masih dinikmati dan dijadikan perbincangan, adalah orang yang pendidikannya bahkan nggak lulus sarjana.

5. Menulis harus dilakukan di tempat sepi

5 Hal yang Biasanya Disepelekan Orang Awam Tentang MenulisVisual Hunt

Bahwa menulis hanya bisa dilakukan di tempat sepi atau sunyi juga nggak sepenuhnya benar. Setip penulis memiliki kecenderungannya masing-masing. Ada yang baru bisa menulis ketika kondisi di sekitarnya sepi, ada juga yang tetap bisa melakukannya meski tengah berada dalam lingkungan yang ramai.

Penulis Emha Ainun Nadjib misalnya, bisa menyelesaikan satu tulisan berupa esai saat menempuh perjalanan dari satu tempat menuju tempat lain. Ada juga penulis yang baru bisa lancar menulis justru ketika ia berada di tengah keramaian. Jadi, perkara tempat dan suasana, menulis bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Tergantung si penulisnya, lebih nyaman menulis di tengah kesunyian atau sebaliknya, di tengah keramaian.

Lepas dari kelima hal tadi, sebenarnya nggak masalah apa pun yang dipikirkan orang lain tentang aktivitas menulis, dianggap mudah atau sulit, jika ingin tahu bagaimana rasa sesungguhnya menulis, coba saja kamu praktik langsung untuk menulis. Berani?

Baca Juga: 5 Cara Agar Menulis Menjadi Kegiatan yang Menyenangkan, Wajib Coba!

El Rui Photo Verified Writer El Rui

Penghuni Pluto. Gemar menulis hal-hal remeh dan berpikir aneh-aneh. Twitter: @EeelRui

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya