Melihat Sukses Hanya dari Hasil Akhir Pekerjaan Adalah Kebiasaan yang Buruk

Meskipun pekerjaanmu berhasil mencapai target, bukan berarti apa yang kamu lakukan pasti benar.

Hasil akhir adalah tolak ukur yang sering digunakan untuk menilai keberhasilan seseorang. Kamu dikatakan berhasil di kantor jika hasil akhir pekerjaanmu mencapai target. Dietmu berhasil jika berat badanmu turun sesuai dengan yang kamu targetkan sebelumnya, dan sebagainya.

Dari pemikiran tersebut, apakah semua bentuk keputusan, metode, dan proses yang ternyata berhasil membantumu mencapai target bisa dikatakan keputusan yang tepat.  

Well, tidak juga. Memang, dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, hasil akhir adalah hal yang penting. Namun, menjadi result-oriented, atau mengukur keberhasilan hanya dari hasil akhir bukanlah hal yang bagus.

Kamu Bisa Saja Tetap Mencapai Target Walaupun Jelas Melakukan Kesalahan

Melihat Sukses Hanya dari Hasil Akhir Pekerjaan Adalah Kebiasaan yang Burukpexels.com

Oke, ayo kita ambil kalimat “kalau hasil akhir sesuai target, berarti kamu melakukan hal yang benar”.

Pekerjaanmu bisa saja tetap mencapai target dan dianggap “berhasil” meskipun prosesnya berantakan dan kamu mengambil banyak keputusan yang buruk. Sebaliknya, meskipun kamu melakukan pekerjaanmu dengan proses yang benar serta pengambilan keputusan yang tepat, kamu bisa saja gagal.

Ketika sedang berusaha mencapai target, ada banyak faktor yang tidak bisa ditebak atau dikendalikan, tapi bisa mempengaruhi keberhasilanmu. Faktor ini bisa mulai dari keberuntungan, campur tangan orang lain, atau eksplitasi terhadap sesuatu yang tidak semestinya. Faktor ini bisa membuatmu berhasil, atau malah gagal mencapai hasil yang diinginkan, terlepas dari benar tidaknya keputusan dan proses yang kamu ambil.

Misalnya, pensi tahunan sekolah yang kamu pimpin terancam gagal karena tidak ada sponsor yang tertarik dengan tawaran dan strategimu, sehingga acaramu kekurangan dana. Karena desperate, kamu akhirnya menggunankan strategi darurat (atau “andalan”), yaitu meminta sumbangan dana dari teman sekolah atau orang tuanya. Kebetulan, di sekolah ada anak kelas tiga yang memang kaya, dan bersedia memberikan bantuan dana dalam jumlah besar.

Berkat dana tersebut, pensi sekolahmu berjalan dengan sukses. Namun, apakah secara keseluruhan pensimu berhasil? Sama sekali tidak. Strategimu dalam menarik sponsor gagal dan timmu sebenarnya tidak bisa mengumpulkan dana yang cukup. Kamu hanya beruntung ada yang mau menyumbangkan dana sukarela dalam jumlah besar untuk menutupi kegagalanmu.

Sekali lagi, hanya karena kamu berhasil mencapai hasil akhir yang diinginkan, bukan berarti kamu sudah melakukan hal yang benar. Sebaliknya, meskipun kamu sudah melakukan hal yang benar, bisa saja sesekali kamu gagal.

Just because it works, doesn’t mean it’s right

Melihat Sukses Hanya dari Hasil Akhir Pekerjaan Adalah Kebiasaan yang Burukpixabay.com
dm-player

Nah, menjadi result-oriented atau terlalu fokus pada hasil akhir akan memberikanmu anggapan bahwa apapun yang sudah kamu lakukan sebelumnya adalah hal yang benar. Karena itu, ke depannya kamu bisa kembali melakukan hal yang sama untuk mendapatkah hasil akhir yang sama. If it ain’t broke, don’t fix it.

Kalau dilihat hanya dari hasil akhirnya, contoh pensi di atas bisa dianggap berhasil. Namun kalau kamu tidak mengubah cara mencari dan menarik sponsor, pensi di tahun-tahun berikutnya mungkin tidak akan pernah berhasil.

“Lah, kan tinggal galang dana dari teman sekelas lagi. Malah mending ga usah cari sponsor, tinggal galang dana aja.”

Pertanyaannya, seberapa sering sekolahmu memiliki siswa super kaya dan mau mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membantumu menyukseskan pensi sekolah? Apa yang terjadi kalau tahun depan ternyata sekolahmu tidak punya siswa super kaya atau yang bersedia menjadi donatur?

Anggaplah sekolahmu kedatangan siswa super kaya dan dermawan tiap lima tahun sekali. Berarti kalau kamu tidak mau memperbaiki strategimu dalam mendapatkan sponsor dan hanya mengandalkan donatur, pensi sekolahmu hanya berhasil tiap lima tahun. Saya rasa sebelum lima tahun, kepala sekolahmu mungkin sudah memutuskan untuk tidak lagi mengadakan pensi sekolah.

Memang, if it’s not broken, don’t fix it. Namun sekali lagi, dalam upaya mencapai target dan mendapatkan hasil akhir yang diinginkan, proses juga penting. Proses dan keputusan yang tepat dan sehat bisa membawa keberhasilan jangka panjang. Sebaliknya, meskipun bisa sesekali membawakan hasil yang baik, proses yang buruk akan lebih sering menuai kegagalan dalam jangka panjang.

Just because it works, doesn’t mean it’s right.

Berlaku untuk Kehidupan Sehari-hari

Melihat Sukses Hanya dari Hasil Akhir Pekerjaan Adalah Kebiasaan yang Burukpixabay.com

Ilusi yang diperlihatkan dari mindset result-oriented tidak cuma berlaku pada lingkungan kerja atau organisasi, tapi juga kehidupan sehari-hari.

Dalam berbagai macam kegiatan, kita selalu mengambil keputusan dan berusaha untuk mencapai sesuatu. Keputusan yang kita ambil, sadar ataupun tidak, bisa saja salah. Lalu entah karena bernasib mujur, kamu tetap berhasil atau mencapai hasil akhir yang kamu inginkan. Padahal kamu tahu bahwa kamu mengambil keputusan yang salah dan yakin akan menuai kegagalan.

Bahkan setelah beberapa kali terbukti gagal, kadang kita jadi mengingat satu momen di mana cara yang salah ini berhasil. Akibatnya, kita menolak untuk introspeksi atau memperbaiki diri.

Ingat, proses itu penting. Jadi, tiap kali kamu selesai mengerjakan sesuatu, berhasil ataupun tidak, selalu lihat kembali proses dan cara kamu mengerjakannya. Kalau ada yang bisa dan harus diperbaiki, perbaikilah. Jangan gelap mata dan malas hanya karena satu keberhasilan.

Kaoru Photo Writer Kaoru

Menulis tentang segala hal yang sekilas tidak penting, tapi sebenarnya berguna.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya