Nyata! 8 Alasan Pentingnya Punya Kesabaran Kalau Ingin Jadi Penulis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Siapa bilang menjadi penulis itu cuma soal kepiawaian menemukan ide dan merangkai kata? Jika kamu ingin menjadi seorang penulis profesional, bukan lagi sebatas hobi melainkan juga profesi, kamu harus banget menempa mentalmu sendiri. Salah satunya, agar kamu punya kesabaran di atas rata-rata.
Terdengar gak nyambung? Ayo simak 8 alasannya!
1. Menyelesaikan naskah butuh waktu dan usaha penuh kesungguhan
Makin panjang naskah yang harus ditulis, makin kesabaranmu diuji. Jadi kalau baru menulis satu atau dua halaman saja kamu sudah mengeluh ini itu, artinya tugasmu buat belajar bersabar masih sangat besar.
Kamu harus menyelesaikan dengan baik bagian awal, tengah, dan akhir dari tulisanmu. Jangankan setiap paragraf, setiap kalimat bahkan pilihan kata pun perlu dipikirkan baik-baik.
2. Di tengah mengerjakan naskah, kadang ada bagian yang sangat sulit
Bagian yang sulit pasti ada dalam setiap naskah yang sedang kamu tulis. Tetapi tantanganmu jadi makin besar saat berhadapan dengan bagian yang lebih sulit lagi.
Biasanya ini terjadi karena riset yang masih kurang, gagasan rumit yang perlu diuraikan sedemikian rupa agar tak membingungkan pembaca, atau gagasannya belum cukup matang untuk dikeluarkan. Kalau gak sabar, kesulitan tingkat tinggi bisa membuat naskahmu gak pernah selesai.
3. Naskah sudah selesai ditulis pun masih butuh diedit berkali-kali
Ini yang mungkin masih kerap disalahpahami oleh penulis pemula. Meski ada editor di setiap media massa atau penerbit, tugas menyunting pertama dan utama tetap ada pada penulisnya. Kan, itu naskahmu. Isinya gagasanmu. Jadi kamu yang seharusnya paling paham soal naskah itu.
Dan mengedit bukan cuma soal tanda baca atau salah ketik lho. Banyak banget yang perlu diperhatikan termasuk membuat tulisanmu lebih mengalir dan gak cacat logika. Editor akan tetap membantu memperbaiki dan merapikan bagian-bagian yang masih luput olehmu. Jadi jangan naskah selesai ditulis langsung dikirimkan ya? Nanti naskahmu masih terlalu kacau dan otomatis ditolak.
4. Memublikasikan tulisanmu adalah perjuangan berikutnya
Setiap media massa atau penerbit pasti punya kriteria masing-masing tentang naskah yang hendak diterbitkan. Maka kamu perlu terlebih dahulu mengenal media massa atau penerbit yang hendak dituju. Jangan sampai mengirimkan jenis naskah yang gak sesuai.
Misalnya, naskah opini tentang kebijakan pemerintah dikirim ke media yang lebih fokus ke gaya hidup. Jenis naskah sudah sesuai pun gak menjamin naskahmu pasti lolos seleksi. Kan, naskah lain banyak sekali. Persaingannya ketat. Tanpa kesabaran, baru beberapa kali ditolak, kamu sudah malas mengirim tulisan lagi.
Editor’s picks
Baca Juga: 5 Hal yang Menghambat Kesuksesan Penulis, Wajib Kamu Tahu!
5. Dari naskah dikirim sampai terbit gak jarang butuh waktu sangat lama
Ya, antrean seleksi bisa jadi sangat panjang. Bisa memakan waktu beberapa hari, minggu, bahkan berbulan-bulan. Apalagi untuk naskah buku yang halamannya ratusan. Bisa sampai 6 bulan bahkan lebih untuk mendapatkan kabar naskah tersebut dapat terbit atau tidak.
Kalaupun naskah buku diterima, sampai buku dirilis dalam bentuk cetak maupun digital bisa butuh waktu lebih dari satu tahun. Bagaimana, sanggup gak nih kamu bersabar?
6. Kalau gak sabar menghadapi tugas merevisi, naskahmu batal terbit
Ada naskah yang bisa langsung terbit tanpa perlu revisi. Ada pula yang harus direvisi bahkan mungkin gak cukup sekali. Setelah proses menulis dan menunggu keputusan yang gak sebentar, tugas merevisi bisa jadi bikin kamu kesal. Seolah-olah tugasmu gak kelar-kelar.
Masalahnya, kalau kamu berkeras gak mau merevisi padahal memang ada yang harus direvisi, bukan sekadar masukan yang boleh gak diikuti, naskahmu sudah pasti gak akan terbit.
7. Sudah terbit tetapi gak mendapat respons sesuai harapan bisa bikin kamu ingin menyerah
Ya, respons pembaca tulisanmu bisa bermacam-macam. Kalau responsnya positif, jelas kamu senang dan makin semangat menulis. Namun jika sebaliknya, kira-kira sanggup menghadapinya gak?
Bukannya diapresiasi, kamu justru mendapatkan kritik pedas. Kadang malah lebih seperti menyerang pribadimu. Dengan kesabaran, kamu akan bisa memilah mana kritik yang membangun dan mana yang gak perlu terlalu dipikirkan.
8. Harus mau belajar di setiap tarikan dan embusan napas
Bila kamu gak mau belajar, kualitas tulisanmu terancam berjalan di tempat bahkan mengalami kemunduran. Ya, di antara kesibukan menulis, kamu harus tetap menyediakan waktu khusus untuk belajar setiap harinya. Salah satu yang paling penting bagi penulis tentu saja membaca.
Ini harus menjadi sepenting makanan bagimu. Bisa juga mengikuti acara bincang-bincang daring yang diadakan media atau penerbit tentang berbagai topik. Bahkan menonton film sampai bisa memetik pelajarannya. Pokoknya, semua yang bisa meningkatkan wawasanmu harus disimak.
Dengan kesabaran berproses, fondasimu sebagai penulis akan sangat kuat. Ibaratnya, di atasnya didirikan bangunan setinggi apa pun, fondasimu akan kuat menopangnya. Ini artinya, karier menulismu akan panjang. Ingin begini juga, kan? Makanya, belajar sabar ya?
Baca Juga: IWF 2020: Ini 8 Tips Menjadi Penulis ala Tsana Penulis Rintik Sedu
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.