5 Cara Johnson & Johnson Indonesia Mendukung Produktivitas Karyawan

Menyediakan home office dan gym!

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh JobStreet pada Oktober 2020 di Indonesia, diketahui bahwa sebanyak 86 persen pekerja di seluruh penjuru negeri mengalami imbas dari pandemik COVID-19 sejak awal 2020 lalu. Sementara itu, hasil survei tersebut juga menunjukkan kualitas kehidupan para pekerja menurun drastis selama masa pandemik.

Hal ini ditandai oleh 33 persen pekerja merasa gak lagi bahagia dengan situasi pekerjaannya meski masih mempunyai pekerjaan. Meski demikian, Johnson & Johnson Indonesia memiliki kebijakan tersendiri yang berpengaruh baik bagi karyawan sehingga mempertahankan gelarnya sebagai ‘Employer of Choice’.

Dalam Media Briefing "Peluncuran Kampanye ‘Employer of Choice’ Johnson & Johnson Indonesia yang diselenggarakan pada Jumat (15/10/2021), Devy Andrie Yheanne selaku Country Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Indonesia membocorkan peranan perusahaan untuk mempertahankan produktivitas karyawannya. 

1. Memprioritaskan keselamatan dan kesehatan para karyawan dengan menerapkan kebijakan WFH

5 Cara Johnson & Johnson Indonesia Mendukung Produktivitas KaryawanDevy Andrie Yheanne selaku Country Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Indonesia dalam Media Briefing bertajuk "Peluncuran Kampanye ‘Employer of Choice’ Johnson & Johnson Indonesia. 15 Oktober 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Johnson & Johnson Indonesia secara konsisten terus membuktikan diri dalam peningkatan kesejahteraan karyawan, terlebih di masa pandemik. Hal ini dimulai dengan memberlakukan Work From Home (WFH) sejak pertama kali Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik global serta membantu para karyawan selama masa transisi bekerja dari rumah

"Ketika pandemik masuk ke Indonesia, Johnson & Johnson langsung memprioritaskan keselamatan dan kesehatan para karyawan dengan menerapkan kebijakan WFH. Berdasarkan data-data internal dan eksternal, banyak sekali faktor yang perlu dipertimbangkan hingga perusahaan bisa membiarkan karyawan bekerja di pabrik. Perusahaan hanya diperbolehkan bekerja di satu pabrik dengan jumlah maksimal 15 persen," terang Devy.

Walau demikian, ia juga menyampaikan bila sistem kerja WFH menjadi salah satu faktor yang memengaruhi ketidakpuasan dalam bekerja. Maka dari itu, perusahaan perlu beradaptasi dengan segala bentuk penyesuaian yang baru. 

2. Menyediakan home office dan peralatan kesehatan

5 Cara Johnson & Johnson Indonesia Mendukung Produktivitas KaryawanDevy Andrie Yheanne selaku Country Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Indonesia dalam Media Briefing bertajuk "Peluncuran Kampanye ‘Employer of Choice’ Johnson & Johnson Indonesia. 15 Oktober 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Ada banyak alasan yang membuat karyawan lelah bekerja selama pandemik. Salah satunya karena hilangnya momen berkumpul bersama teman. Sementara pada karyawan yang sudah berumah tangga, peran sebagai orangtua membuat mereka bisa lebih dekat dengan keluarganya, meski gak mudah. 

Salah satu bentuk dukungan Johnson & Johnson Indonesia terhadap karyawan adalah menyediakan perlengkapan kerja dari rumah berupa peralatan home office agar memaksimalkan kinerja karyawan. Gak hanya itu, ditawarkan pula perlengkapan agar dapat berolahraga dari rumah hingga hotline untuk berkonsultasi dengan psikolog.

“Sangat penting bagi kami di Johnson & Johnson Indonesia untuk menomorsatukan kesehatan fisik dan mental karyawan pada masa pandemik. Sumber daya manusia adalah aset utama perusahaan yang harus dijaga," jelasnya. 

3. Mengusung beragam fasilitas dan layanan terkait kesehatan mental

5 Cara Johnson & Johnson Indonesia Mendukung Produktivitas KaryawanDevy Andrie Yheanne selaku Country Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Indonesia dalam Media Briefing bertajuk "Peluncuran Kampanye ‘Employer of Choice’ Johnson & Johnson Indonesia. 15 Oktober 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)
dm-player

Salah satu dampak buruk yang kian dirasakan karyawan selama menerapkan kebijakan WFH adalah munculnya stres hingga mengalami burnout. Perihal ini, Johnson & Johnson memberlakukan program kesehatan mental berupa konseling dengan tenaga profesional atau self-help content.

"Kita punya beragam fasilitas dan layanan terkait kesehatan mental. Itu semua sudah diberikan, intinya kita tidak secara langsung menyuapi karyawan saya, tapi mengintegrasikan people leader. Setiap manajer di Johnson & Johnson diwajibkan untuk bisa terbuka dan peka terhadap masalah yang tengah dihadapi karyawannya," katanya.

Sayangnya, gak semua karyawan memiliki keberanian untuk berterus terang. Karena itu, Johnson & Johnson juga mengadakan pelatihan bagi setiap leader agar mampu berbicara tanpa mendominasi dan memberikan kesempatan untuk para karyawan berkembang.

"Karyawan yang mengatakan memiliki masalah dan gak bisa bekerja di hari terkait, mereka harus mengatakan alasannya dengan jelas. Hal-hal yang membuat ia gak bisa menyelesaikan tugas dengan sempurna itu, harus bisa dijelaskan dan leader juga harus paham tentang yang dijelaskan tersebut," imbuhnya.

Baca Juga: 5 Tanda Perusahaan Akan Melakukan PHK Terhadap Karyawan, Hati-hati!

4. Mengatur ulang jam kerja karyawan yang lebih fleksibel

5 Cara Johnson & Johnson Indonesia Mendukung Produktivitas KaryawanDevy Andrie Yheanne selaku Country Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Indonesia dalam Media Briefing bertajuk "Peluncuran Kampanye ‘Employer of Choice’ Johnson & Johnson Indonesia. 15 Oktober 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Perusahaan yang melakukan penyesuaian lebih cepat dan lebih awal dapat segera bertindak dalam menanggapi kondisi karyawan yang sedang mengalami stres atau burnout. Maka dari itu, Devy menerangkan bila Johnson & Johnson mulai mengatur ulang jam kerja karyawan agar lebih fleksibel selama pandemik.

"Upaya adaptasi yang dilakukan antara lain melalui pengaturan ulang jam kerja karyawan yang lebih fleksibel, baik bagi mereka yang harus bekerja dari rumah ataupun dari kantor, pemberian apresiasi kepada karyawan agar mereka menyadari bahwa pekerjaannya dihargai," ucapnya.

5. Menawarkan kesempatan yang sama bagi setiap orang tanpa memandang gender dan usia

5 Cara Johnson & Johnson Indonesia Mendukung Produktivitas KaryawanDevy Andrie Yheanne selaku Country Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Indonesia dalam Media Briefing bertajuk "Peluncuran Kampanye ‘Employer of Choice’ Johnson & Johnson Indonesia. 15 Oktober 2021. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Terakhir, guna mendukung persaingan yang sehat antar karyawan, Johnson & Johnson juga berupaya menerapkan kesetaraan gender dengan melihat kemampuan karyawan terkait promosi. Dengan demikian, wajar saja bila secara global, Devy mengungkapkan bila setidaknya ada 48 persen karyawannya adalah perempuan.

Bahkan, lebih spesifik, dia menegaskan jika di Indonesia terdapat 46 persen karyawan. Gak hanya itu, dalam level manajer, 11 dari 17 petinggi yang ada merupakan perempuan.

"Kami lebih melihat kemampuan, bukan gender. Jadi jangan menyangka bila di kami, masih muda, usia 20-an, kalau punya kapabilitas yang mumpuni, bisa saja disejajarkan dengan karyawan yang dewasa kalau ada kesempatan. Kami mendorong karier dan mengadopsi nilai Indonesia dengan program bernama Bhinneka," pungkasnya.

Itu dia beberapa cara dan upaya yang dilakukan oleh Johnson & Johnson Indonesia dalam mendukung produktivitas karyawan di tengah pandemik. Ingat, meski dikejar beragam deadline, kesehatan tetap jadi nomor satu. 

Baca Juga: 5 Kualitas Karyawan yang Paling Dicari Perusahaan, Yakin Itu Kamu?

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya