Credit Scoring, Penilaian Riwayat Finansial saat Rekrutmen Karyawan

Apakah jadi bentuk diskriminasi terhadap calon pekerja?

Kamu mungkin mengenal istilah BI Checking yang digunakan untuk background checking saat analisis pengajuan kredit. Namun, tahukah kamu bila riwayat finansial seseorang dapat berpengaruh pada proses pelamaran kerja atau seleksi karyawan dengan posisi dan jabatan tertentu?

Hal tersebut disebut credit scoring, yang dewasa ini mulai head hunter atau HRD perusahaan untuk menilai karakter dan reputasi keuangan calon karyawan dalam proses rekrutmen atau evaluasi karyawan tetap. Untuk mengetahui informasi lebih jelas mengenai credit scoring, mari simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

1. Apa itu credit scoring?

Credit Scoring, Penilaian Riwayat Finansial saat Rekrutmen Karyawanilustrasi interview kerja (unsplash.com/Nik MacMillan)

Kebutuhan informasi credit scoring calon pekerja menjadi bagian proses seleksi, seperti halnya medical check up. Namun, beberapa pihak menganggap credit scoring untuk keperluan rekrutmen cenderung bersifat diskriminatif.

Hal ini berlaku, terutama terhadap calon karyawan yang sedang mengalami kesulitan finansial. Ditambah dengan kondisi dua tahun pandemik yang membuat banyak orang terdesak situasi hingga memutuskan mengambil pinjaman. 

2. Credit scoring ke depannya punya peluang menjadi seperti psikotes atau medical check up yang umum dilakukan saat rekrutmen

Credit Scoring, Penilaian Riwayat Finansial saat Rekrutmen KaryawanIlustrasi wawancara kerja (Pexels.com/Tim Gouw)

Metode baru ini memunculkan perdebatan, apakah credit scoring dalam proses rekrutmen adalah metode yang efektif atau justru bentuk diskriminasi. Masalah ini jadi topik hangat dalam diskusi virtual Kini Paham Kredit #2: “Cegah Karyawan Fraud: Cek Credit Scoring Saat Proses Rekrutmen” yang diselenggarakan oleh IdScore pada hari Selasa (24/05) lalu.

Acara tersebut dihadiri langsung oleh Managing Director Headhunter Indonesia, Haryo Suryosumarto dan Direktur Utama IdScore, Yohanes Arts Abimanyu selaku narasumber. Haryo menjelaskan bahwa credit scoring ke depannya punya peluang untuk jadi seperti psikotes atau medical check up yang umum dilakukan saat rekrutmen.

Namun, credit scoring juga tidak berdiri sendiri sebagai dasar pengambilan keputusan karena pertimbangan dari faktor lain masih dibutuhkan seperti psikotes, kompetensi, kesesuaian budaya kerja, riwayat pekerjaan sebelumnya, latar belakang pendidikan, catatan kriminal, dan lain-lain.

"Sama halnya dengan medical check up, proses pengecekan kredit kandidat dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari kandidat. Jadi, saya rasa hal ini bukan merupakan bentuk diskriminasi," terangnya.

3. Namun tenang, data credit scoring hanya bisa diperoleh atas persetujuan kandidat

Credit Scoring, Penilaian Riwayat Finansial saat Rekrutmen Karyawanilustrasi interview kerja (pexels.com/Christina Morillo)
dm-player

Haryo juga menegaskan bahwa credit scoring dalam melakukan proses rekrutmen bukanlah tindakan yang melanggar privasi. Ini karena data credit scoring hanya bisa diperoleh atas persetujuan kandidat, kebutuhannya pun bersifat opsional.

Credit scoring itu perlu untuk menilai satu aspek dari karyawan, yaitu bagaimana kondisi kesehatan finansialnya. Penilaian ini berpengaruh khususnya untuk beberapa posisi tertentu seperti level Manager, C-level, atau posisi strategis di bidang keuangan,” lanjutnya.

Baca Juga: 5 Dampak Buruk Hustle Culture, Pekerja Wajib Tahu! 

4. Credit scoring bisa menjadi pertimbangan dan informasi tambahan bagi HR untuk mendalami profil seseorang

Credit Scoring, Penilaian Riwayat Finansial saat Rekrutmen KaryawanIlustrasi wawancara kerja (unsplash.com/Charles Deluvio)

Yohanes juga menjelaskan manfaat pengecekan credit scoring bagi HR maupun kandidat. Menurutnya, dari sisi HR, credit scoring bisa menjadi pertimbangan untuk mendalami kandidat pelamar.

Bagi kandidat, credit scoring yang baik gak hanya jadi nilai tambah dalam proses melamar kerja, melainkan juga kesempatan untuk mengetahui keakuratan data finansial mereka. Ini penting agar rencana permohonan kredit ke depannya gak terkendala. 

Credit scoring bisa jadi pertimbangan dan informasi tambahan bagi HR untuk mendalami profil seseorang berdasarkan karakter dan reputasi keuangan seseorang melalui catatan perilaku dalam memenuhi kewajiban keuangan. Dengan melakukan cek riwayat kredit kandidat, khususnya untuk posisi-posisi tertentu, kita dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan karyawan melakukan fraud yang merugikan perusahaan,” tuturnya.

5. MyIdScore jadi salah satu tempat untuk mengetahui hasil credit score secara detail

Credit Scoring, Penilaian Riwayat Finansial saat Rekrutmen Karyawanilustrasi interview kerja (unsplash.com/@amyhirschi)

Hasil credit score beserta detail kredit historis dan riwayat pembayaran dapat diakses oleh kandidat secara pribadi. Salah satunya melalui website www.myidscore.id.

MyIdScore menggunakan skor yang berkisar antara 250-900. Semakin tinggi credit score, akan semakin rendah risiko kredit. Credit score ini disusun dari data historis kredit debitur dan dilengkapi dengan riwayat kredit dan profil risiko kredit yang bersangkutan. 

Itu dia sedikit ulasan mengenai credit scoring yang menjadi metode terbaru dalam proses rekrutmen. Kalau kamu sendiri, apakah setuju dengan metode yang satu ini?

Baca Juga: Raffi Ahmad Buka Rekrutmen, 10 Lowongan Kerja di RANS Entertainment

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya