5 Tanda Kamu Terobsesi Hustle Culture, Termasuk Toxic Productivity?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hustle culture tengah naik daun di kalangan Gen Z dan Millennials. Fenomena ini dipicu oleh tekanan untuk menampilkan pencapaian terbaik, hingga seseorang menjadi terlalu ambisius tanpa mempedulikan dampak negatifnya pada kesehatan mental.
Media sosial diduga menjadi penyebab utama tersebarnya fenomena ini. Prestasi istimewa yang kerap ditampilkan oleh orang lain, terkadang membuat kita membandingkan kehidupan dengan mereka. Untuk menghindari, yuk kenali ciri-cirinya di bawah ini!
1. Penggunaan teknologi secara berlebihan
Kontak terlalu lama dengan gadget karena merasa harus selalu 'siap' menandakan produktivitas yang melampaui batas. Perilaku ini dapat berakibat negatif pada kesehatan tubuh, terutama mata yang terkena sinar blue light layar HP secara konstan.
“8 dari 10 Millennial mengatakan mereka tidur dengan ponsel menyala di sampingnya agar dapat mengirim SMS, panggilan, email, lagu, berita, video, game, dan bangun tidur dengan suara alarm,” ungkap sebuah penelitian yang dilakukan Pew Research Center, dilansir Healthline.
2. Mengukur harga diri berdasarkan prestasi
Menggantungkan kebahagiaan pada hasil kerja termasuk indikasi ketergantungan pada hustle culture. Memperoleh kepuasan dalam pekerjaan memang diperbolehkan, namun validasi yang bersifat eksternal tidak akan bertahan lama.
Bila tidak ditangani secepatnya, hal ini bisa membuat dirimu merasa terlalu terpuruk saat mengalami kegagalan. Padahal, ketidakberhasilan dapat menjadi peluang untuk kesempatan baru di bidang lain jika dilihat dengan mindset yang positif.
3. Mudah lelah secara fisik dan batin
Editor’s picks
"Hustle-culture hanya memperkuat validasi untuk bekerja lebih, dengan merisikokan kesehatan seseorang, termasuk kesejahteraan sosial-emosional mereka," ungkap Konselor Holistik Dr. Sylva Dvorak, dilansir Birdie.
Pekerjaan justru dapat dijadikan mekanisme untuk mengatasi stress bagi beberapa orang, atau disebut juga workaholic. Semakin lama hal ini berubah menjadi adiksi yang menjauhkan mereka dari kehidupan sosial, dan kesadaran untuk mempedulikan kebugaran.
Baca Juga: 13 Istilah Kerja ala Gen Z, Sudah Tahu Arti Hustle Culture dan Demot?
4. Merasa bersalah saat beristirahat
Ketika meluangkan waktu sejenak dari pekerjaan membuat dirimu tidak tenang, perasaan tersebut lebih baik segera diatasi. Beristirahat sangat penting dilakukan untuk mengurangi efek negatif dari dampak bekerja secara berlebihan, seperti kelelahan dan perasaan cemas.
"Hustle culture menuntut kamu untuk terus gigih mencoba, walaupun sudah mencapai titik kelelahan," pungkas Psikiatris Lea Lis, MD, dilansir Psychology Today.
5. Terlalu khawatir dengan masa depan
Pada era modern ini, setelah melalui resesi global di tahun 2008 dan pandemi COVID-19 banyak millennial sadar akan pentingnya dana darurat. Perubahan keadaan ekonomi yang tidak terprediksi, menjadi motivasi mereka untuk lembur agar mendapat ubah lebih.
"Sumber stres nomor satu adalah uang dan kekhawatiran terkait masalah finansial," ungkap seorang CEO Perusahaan Pakaian, Mike Kisch, dilansir Healthline.
Pemberian insentif tambahan dapat membantu menjamin keamanan finansialmu di masa depan. Namun, bila kebugaranmu menurun, maka pengeluaran akan bertambah untuk biaya medikasi. Jadi, tetap utamakan kesehatan mental dan fisik ya, guys!
Baca Juga: 5 Hal Utama yang Diperhatikan oleh Tamu ketika Berkunjung
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.