5 Anggapan Keliru tentang Psikotes yang Terlanjur Dipercaya Orang 

Ketahui fakta ini biar gak salah memahami lagi

Psikotes memang sudah cukup familier bagi sebagian besar orang. Beberapa akan menghadapi tes ini saat melamar pekerjaan atau penjurusan akademik, termasuk dalam hal melihat kecenderungan minat dan bakat seseorang.

Namun, sayangnya banyak pula muncul ketakutan-ketakutan saat akan menghadapi psikotes. Hal ini biasanya dipicu oleh pemahaman yang keliru dalam masyarakat.

Parahnya, sudah banyak orang yang terlanjur mempercayainya hingga psikotes kerap menjadi momok bagi mereka. Berikut beberapa pemahaman keliru tentang psikotes yang terlanjur dipercaya orang.

1. Psikotes hanya berisi pertanyaan jebakan

5 Anggapan Keliru tentang Psikotes yang Terlanjur Dipercaya Orang Unsplash.com/Tetiana SHYSHKINA

Banyaknya variasi psikotes dipicu oleh adanya kebutuhan tes psikologis tertentu yang disasar. Beberapa tes hadir dengan sejumlah pertanyaan bilangan atau hitungan, gambar-gambar, dan pernyataan verbal yang dijawab dengan cara memilih yang paling sesuai.

Tes berupa pilihan pernyataan inilah yang kemudian dianggap menjebak. Padahal sebenarnya pilihan tersebut hanya merepresentasi kondisi yang paling sesuai dengan diri kita.

Solusinya hanya satu, jawab sesuai yang terlintas pertama kali dalam pikiran. Jauhkan anggapan ada jebakan di baliknya, sebab hasil tes hanya perwujudan karakter dalam diri yang terbaca dari hasil analisa tes. 

2. Hasil psikotes menjadi acuan kepandaian seseorang 

5 Anggapan Keliru tentang Psikotes yang Terlanjur Dipercaya Orang Unsplash.com/Surface

Hasil psikotes memang bisa digambarkan dalam bentuk skor angka seperti pada tes intelegensi atau lebih populer disebut tes IQ. Intelegensi sendiri diartikan sebagai bentuk penyesuaian yang cepat dan tepat atas kondisi yang dihadapkan pada seseorang.

Jadi, sangat wajar jika orang dengan skor IQ tinggi akan mampu menyelesaikan berbagai tugas yang secara awam akan dikategorikan pintar. Namun, bukan berarti orang dengan skor IQ rata-rata lantas dikatakan bodoh.

Skor keseluruhan sebenarnya merupakan akumulasi dari sub skor dari tiap kemampuan yang berbeda-beda, seperti kemampuan ruang, verbal, maupun hitungan. Boleh seseorang akan memiliki hasil skor tinggi di kemampuan tertentu dan skor rendah di kemampuan yang lain.

Alhasil, skor secara keseluruhan pun tidak terlalu tinggi atau di kategori rata-rata. Bahasa awamnya, mereka memiliki keahlian hanya di bidang tertentu. 

Baca Juga: Psikotes Tak Lagi Menyeramkan Kalau Kamu Menerapkan 5 Kiat Ini

3. Ada jawaban benar-salah atau baik-buruk 

dm-player
5 Anggapan Keliru tentang Psikotes yang Terlanjur Dipercaya Orang Unsplash.com/Mari Helin

Banyak orang menjawab setiap pertanyaan dalam psikotes dengan ketakutan jika memberu jawaban yang salah. Padahal, sebenarnya tidak pernah ada penilaian tentang benar-salah atau baik-buruk dalam psikotes.

Hal ini dikarenakan hasil yang didapat dari psikotes lebih merujuk pada pengungkapan kepribadian seseorang. Bisa jadi anggapan semacam ini muncul karena memang ada jenis psikotes untuk melihat intelegensia seseorang.

Namun, seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya, intelegensia bukan tentang kepandaian atau kepintaran seseorang. Namun lebih pada kemampuan kognitif atau cara berpikir yang melahirkan tindakan tertentu. 

4. Alhasil, muncul anggapan kalau jawaban psikotes bisa dipelajari 

5 Anggapan Keliru tentang Psikotes yang Terlanjur Dipercaya Orang Unsplash.com/Chivalry Creative

Banyaknya literatur panduan psikotes memunculkan anggapan jika jawaban dalam psikotes bisa dipelajari atau malah dihafalkan. Sebenarnya, panduan semacam ini lebih merujuk pada gambaran variasi psikotes yang mungkin akan muncul atau digunakan oleh pihak terkait.

Namun, jawabannya tetap tidak memiliki norma benar-salah yang mutlak. Hal ini dikarenakan setiap kepribadian itu unik hingga hasil analisa dari jawaban pun bisa berbeda-beda.

Meski dua orang menuliskan jawaban yang sama, terutama untuk tes kepribadian, hasil psikodinamikanya bisa sangat berbeda. Di sinilah menariknya psikotes sebab mampu mengungkap karakter seseorang meski berusaha ditutup-tutupi.

5. Psikotes menjadi penentu utama seleksi penerimaan kerja  

5 Anggapan Keliru tentang Psikotes yang Terlanjur Dipercaya Orang Unsplash.com/Yustinus Tjiuwanda

Ada anggapan jika psikotes menjadi penentu seseorang diterima atau ditolak kerja. Faktanya, jika dikatakan mempengaruhi penilaian pihak perusahaan terhadap calon karyawannya, itu benar.

Namun, bukan menjadi satu-satunya penentu seseorang diterima atau ditolak dalam seleksi kerja. Psikotes hanya memperlihatkan kepribadian pelamar kerja dan kecenderungan keahliannya.

Hal ini dimaksudkan agar perusahaan bisa melihat gambaran calon karyawan mereka secara menyeluruh. Ketidaksesuaian dengan keinginan perusahaanlah yang kemudian menimbulkan anggapan bahwa penyebab kegagalan seleksi kerja hanya tertumpu pada psikotes. 

 

Pada dasarnya, psikotes menjadi cara untuk mengungkap karakter dan kemampuan seseorang yang bisa diwakili dalam skor maupun pernyataan hasil analisa kepribadian. Yuk, mulai luruskan kembali pemahaman yang keliru tadi agar psikotes gak perlu lagi menjadi momok yang terkesan menakutkan. 

Baca Juga: 5 Cara Lulus Psikotes yang Bikin Kamu Dipilih HRD

T y a s Photo Verified Writer T y a s

menulis adalah satu dari sekian cara untuk menemui ketenangan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Albin Sayyid Agnar

Berita Terkini Lainnya