6 Derita Mahasiswa Tingkat Akhir di Tengah Pandemik COVID-19 

Bingung dan serba salah mau berbuat apa 

Saat ini, dunia tengah digemparkan dengan penyebaran COVID-19 yang terjadi di berbagai penjuru, termasuk Indonesia. Guna mencegah semakin banyak orang yang tumbang akibat virus tersebut, telah banyak upaya yang dilakukan. Salah satunya, yaitu seruan pemerintah untuk melakukan physical distancing.

Sebisa mungkin, masyarakat diminta untuk beraktivitas di rumah, termasuk bagi pelajar. Termasuk mahasiswa, selama physical distancing diterapkan, pelajar melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah. Namun, sebagian mahasiswa tingkat akhir memiliki kekhawatiran lain selain COVID-19, yaitu terkait dengan penyelesaian studinya.

Berharap akan kebijakan pemerintah, enam derita ini harus dirasakan dan menjadi kendala bagi mahasiswa tingkat akhir di tengah wabah Corona.

1. Bimbingan secara online yang tidak terlaksana dengan baik

6 Derita Mahasiswa Tingkat Akhir di Tengah Pandemik COVID-19 unsplash.com/Brooke Cagle

Guna membuat skripsi yang baik, kegiatan bimbingan sangat diperlukan oleh mahasiswa tingkat akhir. Akan tetapi akibat adanya gerakan physical distancing, mahasiswa terpaksa melakukan bimbingan di rumah, yaitu dengan memanfaatkan internet atau secara online.

Meskipun terdengar mudah, namun bimbingan secara online tentunya memiliki banyak kendala, misalnya saja ke-enggan-an dosen pembimbing dan koneksi internet yang buruk. Tak hanya itu, bimbingan secara online tampaknya tidak dapat memenuhi rasa ingin tahu mahasiswa terkait dengan skripsinya.

Perasaan tidak leluasa saat bimbingan online, koneksi jaringan yang tidak stabil, atau bahkan keterbatasan bahasa tulis, membuat mahasiswa kurang puas dengan bimbingan dari rumah.

2. Tidak semua refrensi skripsi bisa didapatkan dari internet 

6 Derita Mahasiswa Tingkat Akhir di Tengah Pandemik COVID-19 readitforward.com

Meskipun teknologi sudah semakin maju, namun mahasiswa akhir tetap saja butuh perpustakaan sebagai sarana mendapatkan referensi skripsinya. Tidak semua buku yang diperlukan oleh mahasiswa, tersedia secara online dan dapat diakses dengan bebas.

Referensi seperti penelitian dengan judul serupa dan buku untuk kajian teori, biasanya hanya bisa diakses dengan cara datang ke perpustakaan. Selain itu, kalaupun buku yang diperlukan sebagai referensi dijual dan bisa dibeli dengan mudah, mahasiswa tentunya tidak bisa langsung membelinya, karena kendala biaya.

Bukan berarti pelit, namun referensi mahasiswa untuk skripsi tentu tidak bisa didapatkan hanya dari satu sumber. Jika setiap buku referensi untuk skripsinya harus dibeli, maka kebayang kan bagaimana besarnya pengeluaran mahasiswa tingkat akhir?

3. Sulitnya menjalankan penelitian langsung di lapangan, terutama terkait dengan anjuran physical distancing

6 Derita Mahasiswa Tingkat Akhir di Tengah Pandemik COVID-19 pbs.org

Setiap mahasiswa tingkat akhir, memiliki cara pengerjaan skripsi dan penelitian yang berbeda, baik dari jenis metode penelitian, pengumpulan data, objek penelitian, dan lain-lain. Tidak semua jurusan kuliah dapat melakukan pengumpulan data secara online, seperti yang banyak orang pikirkan sebagai solusi.

Salah satu contoh jurusan tersebut, yaitu jurusan keguruan. Mahasiswa tingkat akhir jurusan keguruan, perlu datang ke sekolah dan melakukan interaksi dengan siswa, yang bertujuan untuk mendapatkan berbagai informasi atau data terkait dengan skripsinya.

dm-player

Selain itu, jurusan kuliah yang butuh laboratorium untuk penelitiannya juga tentu kesulitan. Hanya bisa berharap semuanya kembali normal, mahasiswa yang kesulitan melakukan penelitiannya, baik secara langsung maupun tidak, tentu sangat butuh kebijakan dari pemerintah.

Baca Juga: 7 Tips Anti Grogi Buat Mahasiswa Baru Saat Berhadapan dengan Dosen 

4. Perpanjangan semester yang menghantui 

6 Derita Mahasiswa Tingkat Akhir di Tengah Pandemik COVID-19 theladders.com

Di jenjang perkuliahan saat ini, masih dapat dikatakan sebagai awal dari suatu semester untuk sebagian besar perguruan tinggi. Namun, ketidakpastian akan berakhirnya pandemik ini, membuat mahasiswa tingkat akhir optimis harus menunda kelulusannya. Jika mengambil semester tambahan, biaya yang harus dikeluarkan menjadi keresahan lain bagi para mahasiswa.

Selain itu, mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu, bahkan terancam dikeluarkan karena tak kunjung menyelesaikan studinya, merasa was-was. Meskipun telah diimbau untuk adanya keringanan bagi mereka, namun kelulusan yang semakin tertunda tentu dapat menimbulkan stres bagi mahasiswa.

5. Stres karena tidak bisa berbuat banyak 

6 Derita Mahasiswa Tingkat Akhir di Tengah Pandemik COVID-19 amp.theatlantic.com

Selain mematuhi kebijakan pemerintah untuk melakukan physical distancing, tampaknya mahasiswa tingkat akhir tidak dapat berbuat banyak, termasuk jika itu menyangkut dengan penyelesaian skripsinya. Melakukan hal yang dapat dilakukan lebih dahulu, tentunya sudah dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir sebagai usaha menyelesaikan studinya di tengah-tengah pandemik.

Akan tetapi, lain halnya jika memang sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan, dan butuh melakukan suatu hal yang tidak sejalan dengan keadaan saat ini. Mahasiswa pastinya tidak bisa berbuat banyak, sehingga mungkin saja dirinya terbebani dengan rasa khawatir, sehingga menimbulkan stres pada dirinya.

6. Serba salah jika diadakannya penghapusan kewajiban skripsi 

6 Derita Mahasiswa Tingkat Akhir di Tengah Pandemik COVID-19 dailymail.co.uk

Bagi mahasiswa yang belum memulai skripsinya, atau baru saja memulai, tentu penghapusan skripsi akan terasa sangat melegakan. Namun, berbeda dengan mahasiswa tingkat akhir yang sudah dalam tahap pengerjaan skripsi, apalagi yang telah menghabiskan banyak semester untuk mengerjakannya.

Apabila skripsi dihapuskan, segala upaya mereka untuk pengerjaan tersebut terasa begitu sia-sia. Selain itu, tentu penghapusan skripsi sangat tidak mungkin tanpa adanya kebijakan lain, atau tugas akhir lain untuk menggantikannya.

Bagi yang belum memulai apa-apa, syarat kelulusan baru seperti tugas akhir dalam bentuk lain tentunya menjadi angin segar. Namun sekali lagi, bagi yang telah berjuang untuk mengerjakan skripsinya, tentu hal tersebut seperti kerja dua kali, bukan?

Nah, itu dia enam derita mahasiswa akhir di tengah pandemik COVID-19. Selain patuh terhadap imbauan pemerintah, mahasiswa tingkat akhir hanya bisa berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan terbaik, yang tentunya tidak berat sebelah.

Semoga saja, semua ini cepat berlalu, dan semua dapat kembali pada tempatnya semula. Meski tidak berdekatan, yuk kita bersatu untuk lawan COVID-19!

Baca Juga: 5 Cara Jitu Mendapatkan IPK 4.0 bagi Mahasiswa Baru

Ar Farhan Photo Verified Writer Ar Farhan

(?)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya